Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Gempa Susulan Terasa saat Salat Jumat Perdana di Pidie Jaya

Ferdian Ananda Majni
09/12/2016 20:12
Gempa Susulan Terasa saat Salat Jumat Perdana di Pidie Jaya
Gempa Susulan Terasa saat Salat Jumat Perdana di Pidie Jaya(ANTARA/Hafidz Mubarak A)

TIDAK seperti biasanya, suara azan terdengar kecil dan pelan. Di bawah tenda darurat itu, direntangkan sajadah panjang merah dan biru bermotif arsitektur bangunan masjid. Ada belasan saf berbaris sejajar keluar dari naungan tenda.

Siang itu, satu per satu warga Desa Kuta Pangwa, Kecamatan Trienggadeng, Pidie Jaya, Aceh, melaksanakan salat Jumat perdana pascabencana gempa berkekuatan 6,5 Skala Richter yang melanda Kabupaten Pidie Jaya. Meski harus menunaikan ibadah di luar masjid, kondisi itu tidak menyurutkan niat masyarakat setempat.

Gempa subuh lalu telah menghancurkan Masjid Jamik Quba, satu-satunya masjid di permukiman tersebut. Jumat (9/12), salat siang itu digelar di halaman masjid tidak jauh dari reruntuhan bangunan masjid. Bahkan, kubah masjid masih berdiri di atas puing-puing.

Saat azan kedua berkumandang, tiba-tiba gempa susulan kembali menghentakkan Tanoh Aceh. Sejurus kemudian, para jemaah beristigfar dan mengucapkan asma Allah.

"Saya tersentak kaget, ada gempa susulan hampir meninggalkan saf jemaah salat, tapi baru sadar ternyata kami salat di halaman masjid," kata Teuku Raja Umar, salah seorang jemaah Jumat asal Meulaboh.

Meski salat di luar masjid, Umar mengaku masih trauma dengan kondisi gempa. Apalagi, dia juga sempat merasakan kondisi gempa dan tsunami Aceh yang terjadi pada 2004 lalu.

"Sebenarnya tidak apa-apa, tapi karena refleks aja, jika ada gempa langsung beranjak ke luar rumah dan mencari tempat aman," sebutnya.

Setelah roboh, ini merupakan kali pertama warga menjalankan ibadah salat secara berjamaah di kawasan masjid tersebut.

Azhar, 40, tokoh gampong setempat mengaku pelaksanaan salat Jumat pekan ini begitu mengharukan karena banyak di antara jemaah kehilangan anggota keluarga yang tertimbun reruntuhan bangunan.

"Kami harus kuat, ini cobaan pasti ada hikmahnya. Jadi setelah salat, kami juga membacakan doa untuk semua warga yang meninggal dunia dalam musibah ini," katanya.

Menurutnya, Masjid Quba memang tidak bisa digunakan lagi. Namun, secara bergotong royong warga mendirikan tenda dan sajadah guna menampung ratusan orang yang beribadah di sana.

"Jemaahnya banyak, tidak hanya warga permukiman sini. Jadi tetap kami bentangkan sajadah agar muat banyak jemaah," lanjutnya.

Tidak hanya di Masjid Quba, Desa Pangwa, salat Jumat juga dilaksanakan di Masjid Beuracan. Di sini, konstruksi masjidnya juga runtuh, tetapi tidak separah Masjid Quba, Pangwa.

Agus Setiady menjelaskan, masyarakat tetap menjalankan ibadah berjemaah di masjid tersebut. Meski sebagian konstruksi bangunan mulai retak, antusias masyarakat tetap tinggi salat di bawah bangun yang hampir roboh.

"Takut juga karena bangunan masjid banyak rusak, tapi warga sekitar sangat antusias salat meski ada gempa susulan tadi," pungkasnya.

Sebanyak 49 masjid rusak ringan dan parah di 3 kabupaten/kota akibat gempa yang berpusat di Pidie Jaya beberapa hari lalu. Bahkan sebanyak 12.560 rumah juga rusak di kawasan tersebut.

Tiga hari pascagempa, Kabupaten Pidie Jaya mulai padat dikunjungi orang, baik relawan, wartawan, hingga para pejabat negara guna membangun kembali Pidie Jaya yang sempat remuk. Selain itu, ada juga warga yang sekadar mengunjungi lokasi gempa, seperti Masjid Quba dan Masjid Beuracan untuk menyaksikan kondisi masjid dan memotret masjid yang menjadi saksi mata gempa Pidie Jaya. (OL-4)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya