Headline

Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.

Harga Beras Berbagai Jenis di Pantura semakin Mahal

M Ahmad Yakub
26/8/2025 20:52
Harga Beras Berbagai Jenis di Pantura semakin Mahal
Ilustrasi(Antara)

HARGA beras berbagai jenis di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, kembali mengalami kenaikan berkisar antara Rp1.000 hingga Rp1.500 per kg. Beras medium kini dijual seharga Rp14. 000 per kg dan beras premium naik hingga Rp16.000 per kg. 

Kenaikan ini dipicu karena anomali cuaca yang melanda kawasan setempat. Kondisi tersebut membuat warga mengeluh kemahalan. 

"Ini sangat meresahkan, semakin hari makin binggung. Beras naik terus," keluh Suyati, 38, warga Kecamatan Panceng, Selasa (26/8). 

Menurut dia, hampir beras hampir tiap minggu mengalami kenaikkan. Beras medium pada akhir bulan lalu masih seharga Rp13.000 kini, naik menjadi Rp14.000-Rp14.200 per kg. Begitu juga harga beras premium yang naik sekitar Rp1.500 per kg dari sebelumnya kisaran Rp14.500 per kg.

 "Beras premium malah naik jadi Rp16.000 per kg," tambahnya. 

Menurut dia, kenaikan harga beras berbagai jenis ini sangat memberatkan warga yang memiliki penghasilan kecil. Tak hanya beras, sebagian beras harga bahan pangan juga makin mahal. Dengan kondisi tersebut, membuat beban warga makin bertambah berat. 

Makan, 52, pemilik penggilingan padi di kawasan setempat mengatakan, harga beras di pasaran sejak sebulan terakhir terus mengalami kenaikan. "Kenaikkan bertahap tapi, berlangsung hampir tiap minggu, " jelasnya. 

Kondisi tersebut, dikarenakan sebagian kecil lahan pertanian di wilayah pesisir yang bisa ditanami. Sementara, sebagian besar lahan dibiarkan terlantar akibat kekurangan air. Anomali cara ini berlangsung sejak musim tanam tahun lalu. 

Dengan kondisi tersebut, stok beras di penggilingan padi habis sejak beberapa bulan terakhir. "Kita sudah lebih dari empat bulan tidak memiliki stok beras," tandasnya. 

Menurut dia, masa paceklik ini juga dikarenakan stok gabah petani lokal sudah setengah tahun lalu. Turunnya produksi pangan juga dipicu akibat serangan hama tikus pada lahan padi beberapa bulan terakhir. 

Apalagi, hanya sebagian lahan pertanian yang bisa ditanami padi. Sedangkan, sisanya hingga saat ini masih dalam kondisi terlantar atau tanpa tanaman. Hal ini mengakibatkan tidak ada lagi petani yang menggilingkan gabahnya di tempat usahanya. (YK/E-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri yuliani
Berita Lainnya