Headline
Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.
EKONOM menilai kenaikan harga beras perlu segera direspon untuk menjaga stabilitas harga pangan. Permintaan itu disampaikan menyusul tren kenaikan di sejumlah pasar tradisional di luar Kota Medan.
"Masalah kenaikan biaya produksi dan supply gabah yang menipis di level kilang menjadi faktor utama kenaikan harga beras belakangan ini," kata Gunawan Benjamin, Ekonom Universitas Islam Sumatera Utara, Kamis (26/6).
Permintaan ini muncul saat mayoritas harga bahan pangan di Sumatera Utara mengalami tren penurunan. Namun, harga beras justru menunjukkan arah sebaliknya terutama di kawasan luar Kota Medan.
Pada pertengahan Juni 2025, harga beras di beberapa pasar tradisional Kabupaten Deli Serdang naik hingga 3,4% dibanding bulan sebelumnya. Kenaikan ini dinilai sebagai dampak dari meningkatnya ongkos produksi dan terbatasnya pasokan dari penggilingan.
Sementara itu, harga beras di pasar-pasar Kota Medan cenderung masih stabil. Ketahanan harga ini belum tentu bertahan jika tekanan pasokan terus berlanjut di hulu distribusi.
Gunawan mencatat harga kebutuhan pokok lainnya justru cenderung turun selama Juni. Komoditas cabai merah mencatatkan penurunan lebih dari 30% dibandingkan Mei.
Cabai rawit juga turun sekitar 2% secara rata-rata, meskipun di beberapa lokasi justru sedikit naik. Penurunan ini turut memperbesar potensi deflasi di Sumatera Utara bulan ini.
Harga bawang putih juga mengalami koreksi sekitar 6% dari bulan sebelumnya. Sementara harga daging ayam turun di kisaran 2,5% hingga 3,4% di berbagai lokasi.
Harga daging sapi pun melandai sekitar 1%, dan harga telur ayam turun tipis 0,4%. Minyak goreng mengalami penurunan signifikan antara 3% hingga 5%.
Meski mayoritas komoditas turun, beras tetap menjadi perhatian utama karena bobotnya besar terhadap inflasi. Harga beras yang terus naik dapat menekan daya beli masyarakat kelas bawah.
Dari data yang dihimpun Badan Pusat Statistik Sumut, rata-rata harga beras Januari–Mei 2025 memang menunjukkan tren fluktuatif. Namun pada Mei, rata-rata harga beras medium naik hingga menyentuh Rp14.250 per kilogram.
Tekanan terhadap inflasi juga datang dari naiknya harga emas akibat ketegangan geopolitik. Ketidakpastian global turut berdampak terhadap ekspektasi harga komoditas dalam negeri.
Gunawan memerkirakan Sumut berpotensi mengalami deflasi 0,07% pada Juni ini. Deflasi tersebut dipicu oleh kombinasi memburuknya harga jual di tingkat produsen, penurunan biaya produksi, serta peningkatan pasokan.
Meski begitu, pemerintah tetap diminta melakukan langkah antisipatif terhadap pergerakan harga beras. Intervensi dari Perum Bulog dinilai sebagai kunci untuk mengamankan ketersediaan beras dalam waktu dekat.
Bagi petani, naiknya harga beras bisa menjadi berkah dalam jangka pendek. Namun, dalam konteks stabilitas ekonomi, lonjakan harga perlu dikendalikan agar tidak berdampak negatif bagi konsumen.(H-2)
Hasil pengamatan Ombudsman menunjukkan bahwa isu pengoplosan beras yang selama ini menimbulkan kekhawatiran masyarakat sebenarnya tidak sepenuhnya tepat.
Setelah ada keputusan, pemerintah akan memberikan waktu transisi untuk penyesuaian sehingga tidak serta merta langsung diterapkan.
BPS melaporkan kenaikan harga beras pada Juli 2025, dengan inflasi mencapai 4,14%. Beras medium mengalami lonjakan tertinggi. Simak detail selengkapnya.
Harga beras terus merangkak naik terutama terjadi pada beras premium super semula dijual Rp13.500 perkg menjadi Rp 15 ribu hingga Rp 16 ribu per kg.
Harga beras di sejumlah daerah di Jawa Tengah sempat melonjak. Rata-rata beras kelas medium yang seharusnya dijual sesuai HET Rp12.500 per kilogram naik menjadi Rp13.500-14.000 per kilogram.
BULOG mulai menyalurkan cadangan beras pemerintah (CBP) ke masyarakat dan pasar. Hal itu dinilai jadi angin segar bagi masyarakat saat harga beras tinggi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved