Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
KOPI menjadi salah satu andalan komoditas perkebunan di Kabupaten Sleman. Keberadaan Kopi Sleman pun diharapkan dapat semakin mendukung iklim pariwisata di kabupaten yang berada di kaki Gunung Merapi sisi Selatan, Yogyakarta.
Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI, Heru Tri Widarto mengungkapkan, kopi dan pariwisata itu hubungannya sangat erat. "Kita mungkin berpikirnya kopi diproduksi untuk ekspor. Padahal kalau kita menjadikannya daya tarik bagi wisatawan, akan mendatangkan lebih banyak keuntungan," terang dia.
Keberhasilan pengembangan kebun kopi di Sleman membawa berkah tersendiri bagi para petani dan industri pariwisata. Heru menjelaskan, dengan kemampuan menghasilkan biji kopi berkualitas, wisatawan akan terpanggil mengunjungi lereng Merapi, menikmati kopi dan alam.
Para wisatawan yang datang pun tentu akan menggunakan transportasi udara maupun darat, yang tentu membantu bisnis transportasi.
Selain itu, bisnis perhotelan dan penginapan pun ikut terbantu, dan bisnis makan minum, bahkan UMKM Yogyakarta juga ikut tumbuh.
"Kami dari Kementerian Pertanian berkomitmen, kalau mau lebih dikembangkan lagi perkebunan kopi di DIY ini, tentu akan kami bantu dan dukung," jelas da saat Panen Perdana Kopi Sleman di Dusun Ploso Kerep, Umbulharjo, Kapanewon Cangkringan, Sleman, Minggu (15/6). Pengembangan tanaman kopi di daerah tersebut telah dimulai tiga tahun yang lalu.
Dirinya melihat di lereng Merapi masih cukup banyak lahan yang bisa ditanami kopi. Tanaman kopi juga tidak akan mengganggu tutupan lahan karena tanaman kopi bisa ditanam dengan metode tumpang sari.
"Tanaman ini juga bisa menjadi tanaman konservasi tanah, sehingga fungsi ekologi dapat, fungsi ekonominya apalagi," terang dia.
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X pun memberikan dukungan pada budidaya kopi di Sleman. Pihaknya akan memberikan bantuan pembuatan embung bagi para petani kopi di Cangkringan, Sleman.
Embung ini nantinya dapat menjadi sumber pengairan bagi kebun-kebun kopi warga agar dapat lebih menghasilkan produk kopi unggulan.
Sri Sultan pada Panen Perdana Kopi Sleman "Kopi Sleman, Berkualitas Untuk Negeri" di Dusun Ploso Kerep, Umbulharjo, Kapanewon Cangkringan, Sleman pada Minggu (15/06). Sri Sultan mengatakan, Pemda DIY telah banyak membuat embung yang berguna sebagai pengairan perkebunan warga.
"Sebetulnya kopi ini juga memerlukan air yang cukup. Jadi kalau masih ada sisa tanah yang mungkin bisa dimanfaatkan, kita bikinkan embung saja," terang dia.
Pembuatan embung tidak usah (dana dari) APBN, dana daerah saja bisa. "Kami di provinsi juga sudah membangun embung, di mana-mana, seperti untuk perkebunan teh ataupun durian," ungkap Sri Sultan.
Sri Sultan tetap mengharapkan dukungan dari masyarakat dan perangkat desa setempat untuk bergotong-royong membuat saluran-saluran air penghubung embung dan kebun-kebun.
"Warga masyarakat juga harus ikut bergotong-royong. Ada Embung tapi tidak ada pipa-pipa untuk mengairi hingga ke perkebunan kopi, ya percuma juga. Jadi bisa tidak kita gotong royong bersama memasang pipa. Yang murah saja yang penting air bisa mengalir dari embung ke tanaman kita," kata Sri Sultan.
Sri Sultan mengatakan pentingnya konsistensi dalam menjaga tanaman kopi. Tanaman yang sudah mulai berbuah dengan baik ini bisa terus menghasilkan buah-buah kopi berikutnya yang berkualitas.
"Untuk pemasaran juga harus konsisten dan jual kopinya pakai satu nama saja, jangan macam-macam, nanti justru saling bersaing. Harapan saya ada satu branding saja, harga jualnya juga disamakan, bangun jaringan bisnis, dan tumbuhkan masyarakat yang guyub dan semangat kebersamaan," papar Sri Sultan. (H-3)
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X memimpin giat tanam pohon bersama Pemda DIY, Kraton Yogyakarta dan Pengurus Pusat Organisasi Pemuda Lintas Agama.
Gunung Merapi yang berada di perbatasan Magelang, Boyolali, Klaten (Jawa Tengah) dan Sleman (DIY) mengalami kegempaan ratusan kali dan kembali menggugurkan lava delapan kali.
Selama seminggu, terjadi gempa Fase Banyak 2.226 kali dan gempa Guguran mencapai 1.116 kali akibat aktivitas vulkanik Gunung Merapi.
BALAI Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta merilis, selama sepekan dari hari Jumat (27/9) hingga Kamis (3/10).
Kolom abu yang teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal mengarah ke barat daya dan barat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved