Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
KASUS penyakit mulut dan kuku (PMK) di sejumlah daerah di Jawa Tengah kembali meningkat, kondisi ini memicu terjadinya kepanikan para peternak hingga menjual ternaknya dengan harga murah dibawah standar dan dimanfaatkan oleh para pedagang nakal.
Pemantauan Media Indonesia Minggu (12/1) wabah PMK di sejumlah daerah di Jawa Tengah terus berlanjut hingga semakin banyak hewan ternak terutama sapi terpapar, meskipun sejumlah daerah tejah menutup pasar hewan untuk mengantisipasi terjadinya peningkatan kasus ini, namun membuat warga maupun peternak panik karena khawatir terhadap nasib terbaik peliharaanbya.
Kondisi kepanikan peternak ini, dimanfaatkan oleh para pedagang bakal dengan berkeliling dari desa ke desa menakut-nakuti peternak hingga menjual dengan harga murah. "Ada pedagang yang datang menawar murah ternak terindikasi PMK, sehingga bagi warga yang ketakutan melepas dengan harga sandat murah," ujar Poniman,45, seorang peternak sapi di Blora
Hal serupa juga diungkapkan kursi,50, peternak di Grobogan mengaku didatangi pedagang (blantik) yang menawar sapi muda bergejaka terkena PMK dengan harga Rp5 juta, padahal harga normal untuk sapi ukuran tersebut berkisar Rp15 juta hingga Rp20 juta per ekor. "Saya sih tenang-tenang saja, karena penyakit ini bisa disembuhkan," imbuhnya.
Hal itu juga dibenarkan oleh Plt Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan HewanJawa Tengah Ignasius Hariyanta bahwa fenomena panic buying para peternak sapi terjadi akibat merebaknya wabah PMK, sehingga banyak di antara peternak terpaksa menjual sapi piarannya dengan harga sangat murah seperti dilaporkan petugas di lapangan di sejumlah pasar hewan.
Fenomena anjloknya harga ternak sapi, menurut Ignasius Hariyanta, seperti ditemukan di sejumlah pasar hewan Kabupaten Sragen, Sukoharjo dan Kabupaten Wonogiri, dipicu kepanikan peternak dan ulah pedagang (blantik) yang menakut-nakuti peternak agar menjuak ternak sapi dengan harga tidak wajar dibawah harga standarnya.
"Kami minta tidak perlu panik menghadapi PMK ini, karena sapi yang tertular PMK masih bisa disembuhkan dengan ketelatenan para peternak," kata Ignasius Hariyanta.
Sementara itu terkait kasus PMK, ungkap Ignasius Hariyanta, jumlahnta terus meningkat hingga saat ini tercatat telah mencapai 2.945 kasus PMK menyerang dan sebanyak 29 ekor berhasil sembuh, sehingga untuk mengantisipasi lonjakan telah diturunkan petugas untuk melakukan pengawasan ketat lalulintas hewan ternak terutama di daerah perbatasan, penanganan cepat ternak terpapar dan pemberian vaksin. (H-2)
PMK merebak di Desa Cikawungading, Cipanas, Ciheras dan Kertasari, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya,
Tingginya kasus PMK juga berdampak pada penjualan sapi di Pasar Hewan Kabupaten Purwakarta. Penjualan sapi mengalami penurunan.
Sebanyak 500 ekor sapi di Kota Bandung telah mendapatkan vaksin PMK melalui program vaksinasi yang dilakukan secara intensif selama sepekan terakhir.
SEBANYAK 36 sapi di Kecamatan Cipatujah, Parungponteng, Karangnunggal, Bantarkalong, Cikalong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, mati diduga akibat penyakit mulut dan kuku (PMK).
Kasus penyebaran PMK di Kabupaten Tasikmalaya telah terjadi di 10 kecamatan
Penyebaran PMK menyebabkan 36 ekor mati dan 470 ekor sapi positif terjangkit.
Meskipun tidak menular kepada manusia, sapi yang terjangkit harus segera diisolasi, untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Wabah PMK yang diderita ternak milik petani skala kecil bisa menambah angka kemiskinan di daerah atau pedesaan.
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar mengatakan, vaksin PMK yang telah tiba ini diperuntukan sebagai upaya pencegahan dari penyakit yang menjangkit hewan ternak.
Sejauh ini, 350.457 hewan ternak telah terjangkit penyakit itu dengan 112.999 ekor telah sembuh, 230.719 masih belum sembuh dan 2.095 ekor mati.
Perkembangan kasus baru penyakit mulut dan kuku (PMK) harian di Indonesia tercatat turun hingga 96,96%. Ini merupakan hasil dari upaya keras pemerintah mengendalikan penyebaran virus PMK.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved