Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Kasus DBD Meningkat di Yogyakarta, Pemerintah Gencarkan Gerakan PSN dan 3M Plus

Siti Sayidah
29/12/2024 15:33
Kasus DBD Meningkat di Yogyakarta, Pemerintah Gencarkan Gerakan PSN dan 3M Plus
Kasus DBD di Yogyakarta tahun 2024 meningkat 70% dibandingkan tahun sebelumnya. Dinas Kesehatan mengimbau masyarakat untuk aktif menjalankan PSN dan 3M Plus.(freepik)

MEMASUKI penghujung tahun, penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali menggerogoti sejumlah wilayah di Indonesia, salah satunya Yogyakarta.

Kasus DBD di Kota Yogyakarta mengalami peningkatan. Hal itu menyusul jumlah penderita tahun ini mengalami lonjakan yang cukup tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Kesehatan pun semakin gencar mengimbau warganya untuk aktif menjalankan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), guna menanggulangi penyebaran penyakit yang ditularkan nyamuk Aedes aegypti ini.

Data Kasus DBD di Yogyakarta

Melansir data dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, dalam setahun terakhir, kasus DBD di kota tersebut meningkat drastis hingga 70%. Pada 2024 ini tercatat sebanyak 283 orang terkena DBD. Lonjakan tersebut sangat berbeda jauh dibandingkan tahun 2023 yang hanya menangani 86 kasus. 

Salah satu penyebab meningkatnya kasus DBD adalah cuaca yang tidak menentu. 

Hujan yang disertai panas menciptakan kondisi yang ideal bagi perkembangan nyamuk penyebab penyakit berbahaya ini.

Menurut Endang Sri Rahayu, Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, menjelaskan faktor utama yang berperan dalam peningkatan kasus DBD di kota pelajar tersebut adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

Tak hanya itu, Endang juga mengingatkan, agar masyarakat lebih aktif dalam menjalankan PSN secara rutin dan mandiri.

Adakan Gerakan PSN dan 3M Plus

Pemerintah Kota Yogyakarta menghimbau warganya untuk tidak hanya mengandalkan upaya dari pihak kesehatan, tetapi juga berpartisipasi aktif dalam pencegahan DBD. 

Salah satu cara yang dapat mempersempit ruang perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti tersebut yaitu dengan menerapkan gerakan 3M Plus, yang meliputi menguras tempat penampungan air, menutup rapat wadah air, mendaur ulang barang bekas, serta menggunakan obat nyamuk dan memasang kelambu saat tidur.

Selain itu, program "Satu Rumah Satu Jumantik," diharuskan kembali digalakkan terutama pada daerah perkampungan dan perkantoran. 

Adanya program tersebut bertujuan memastikan setiap rumah memiliki pemantau jentik nyamuk (jumantik) dan memastikan tidak ada tempat berkembang biaknya nyamuk di lingkungan warga.

“Gerakan satu rumah satu jumantik harus dihidupkan lagi di kampung dan perkantoran. Selain itu, masyarakat wajib melakukan 3M plus dan menghindari gigitan nyamuk dengan memakai baju panjang atau menggunakan kelambu,” papar Endang.

Upaya Puskesmas dan Koordinasi dengan Masyarakat

Sembari mengimbau warganya untuk melakukan gerakan "Satu Rumah Satu Jumantik”. Pemerintah Yogyakarta memberikan sarana berupa adanya salah satu puskesmas yang turut aktif dalam upaya pencegahan DBD yaitu Puskesmas Mantrijeron. 

Kepala Puskesmas Mantrijeron, Eny Purdiyanti, menegaskan pentingnya koordinasi antara pihak puskesmas, Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) dalam menjalankan PSN.
 
“Kami selalu mengimbau kepada masyarakat untuk menjalankan PSN dengan mandiri. Selain itu, penting juga untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami gejala DBD,” ujar Eny.

Kemudian, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta juga memperkuat upaya pencegahan  penyakit berbahaya ini dengan mengadakan penyuluhan kepada masyarakat melalui puskesmas-puskesmas di Yogyakarta. 

Penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya DBD dan langkah-langkah yang bisa diambil untuk mencegahnya.

Tak hanya melalui puskesmas, sebagai bagian dari upaya pencegahan, Pemerintah Kota Yogyakarta juga memperkenalkan teknologi nyamuk Wolbachia. Teknologi ini diharapkan dapat membantu mengurangi penyebaran DBD dengan mengurangi jumlah nyamuk Aedes aegypti.

Menurutnya, meskipun tidak menjamin 100% efektif, teknologi ini diharapkan dapat membantu mengurangi penyebaran DBD dengan mengurangi jumlah nyamuk Aedes aegypti.

“Ketika DBD tahun ini naik di semua wilayah, Kota Yogyakarta juga ikut naik. Namun, dibandingkan dengan wilayah lainnya, Kota Yogyakarta berada di posisi kelima se-DIY,” ungkapnya.

Pentingnya Penanganan Dini

Selain pencegahan, penanganan dini bagi penderita DBD juga menjadi hal yang sangat penting. Endang Sri Rahayu mengingatkan kepada masyarakat untuk segera membawa anggota keluarga yang menunjukkan gejala DBD, seperti demam tinggi mendadak, nyeri otot, atau munculnya bintik merah pada kulit, ke fasilitas kesehatan. 

"Penanganan yang cepat dan tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi yang lebih serius," ujarnya.

Sementara itu, diakhir Kepala Puskesmas Mantrijeron, Eny Purdiyanti, berharap agar upaya bersama ini dapat membuahkan hasil, sehingga Kota Yogyakarta bisa bebas dari ancaman penyakit DBD yang berbahaya ini. (Pemerintah Kota Yogyakarta/Kemenkes RI/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya