Headline
Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.
Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.
GELOMBANG tinggi di Laut Jawa terus bergolak Minggu (8/12). Ribuan nelayan di Pantura Jawa Tengah memilih tidak melaut dan menyandarkan kapal mereka di sejumlah dermaga pelabuhan perikanan untuk menghindari jatuhnya korban. Musibah tenggelamnya kapal nelayan KM Podo Lancar yang membawa 16 anak buah kapal (ABK) di Batang pada Jumat (6/12) membuat nelayan khawatir.
Terlihat ratusan kapal disandarkan di sejumlah pelabuhan seperti Pelabuhan Wonokerto (Pekalongan), Pelabuhan Perikanan Nusantara (Kota Pekalongan), Klidang Lor (Batang), Gempolsewu dan Bandengan (Kendal), Tambaklorok (Semarang), Morosari dan Wedung (Demak), Kartini (Jepara), Banyutowo dan Juwana (Pati) dan Tasik Agung dan Sarang (Rembang).
"Kita belum berani melaut dan memilih istirahat, karena gelombang tinggi terutama di tengah mencapai tiga meter," ujar Sukisno,45, nelayan di Juwana, Kabupaten Pati.
Dalam sepekan ini, menurut Sukisno, telah dua nelayan hilang di perairan utara Rembang. Satu korban yakni Pomo Priyanto,38, nelayan asal Tasikharjo, Kecamatan Kaliori baru saja ditemukan telah meninggal dunia. "Nelayan menemukan perahunya terombang ambing gelombang di tengah laut," tuturnya.
Nelayan lain di pelabuhan Klidang Lor, Kabupaten Batang, Wardoyo,40, juga mengungkapkan bahwa ratusan nelayan di daerah ini memilih untuk tidak melaut, apalagi sebelumnya ada kapal ikan setempat yang tenggelam dihantam gelombang tinggi. Meskipun 16 ABK kapal itu selamat namun kejadian itu cukup membuat nelayan lain takut.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Batang Teguh Tarmujo telah mengeluarkan larangan kepada seluruh nekayan untuk tidak melaut pada 6-13 Desember 2024, karena di Laut Jawa saat ini sedang terjadi gelombang tinggi serta membahayakan pelayaran. "Saya sudah keluarkan larangan, apalagi sudah ada peristiwa kapal tenggelam," tambahnya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jepara juga telah mengeluarkan peringatan dini terjadinya gelombang tinggi berkisar 1,25-2,5 meter di Perairan Karimunjawa Bagian Barat, Perairan Karimunjawa Bagian Timur, Perairan Pekalongan – Kendal, Perairan Semarang – Demak, Perairan Jepara, Perairan Pati – Rembang, sehingga diminta para nelayan untuk waspada.
Peringatan dini juga dikeluarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Maritim Tanjung Emas Semarang, selain air laut pasang (rob) di perairan utara Jawa Tengah, gelombang tinggi saat ini masih terjadi. "Selain banjir rob di pesisir Pantura, nelayan diminta waspada gelombang tinggi," kata Prakirawan BMKG Stasiun Maritim Wahyu Sri Mulyani.
Berdasarkan pengamatan cuaca Minggu (8/12), ungkap Wahyu Sri Mulyani, selain gelombang tinggi, di perairan utara Jawa Tengah juga berpotensi turun hujan dengan angin dari Barat Daya hingga Barat Laut dengan kecepatan 2 – 25 knot. Kondisi ini cukup membahayakan pelayaran untuk kapal-kapal berukuran kecil-sedang
Sedangkan air laut pasang di laut utara, menurut Wahyu Sri Mulyani, diperkirakan kembali meningkat pada pukul 00.00-04.00 WIB dengan ketinggian berkisar 70-110 centimeter hingga berpotensi menimbulkan bencana banjir di sejumlah daerah di pesisir Pantura Tengah. "Kondisi ini cukup mengganggu aktivitas warga di pesisir," tambahnya. (N-2)
Air laut pasang (rob) di perairan utara juga masih bertahan dengan ketinggian maksimum 0,9 meter pada pukul 05.00-09.00 WIB.
Gelombang tinggi hingga 4 meter juga masih berlangsung di perairan selatan dan ketinggian 2,5 meter di perairan Karimunjawa bagian timur.
BMKG menginformasikan potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah Indonesia pada Jumat 1 AGustus 2025
Dari 12 kapal yang kemarin tenggelam, tujuh kapal berhasil dievakuasi. Sebagian besar bodi kapal masih utuh meski ada mesin dan peralatan yang hilang,
Gelombang pasang terjadi sejak Senin (28/7). Ketinggian gelombang mencapai 3-4 meter.
Ratusan nelayan Dermaga Pamayangsari, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, terpaksa berhenti melaut karena angin kencang hingga gelombang tinggi terjadi di pesisir pantai.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved