Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
SEBANYAK empat kilogram beras ketan putih dan satu butir kelapa parut disiapkan di dapur Vihara Vimalakirti Purwokerto, Jawa Tengah, Kamis (17/10) pagi. Beberapa Umat Buddha dari Majelis Niciren Shoshu Buddha Dharma Indonesia (MNSBDI) mengolahnya menjadi kue mochi dengan cara direbus, dikukus, lalu dihaluskan. Canda tawa mengiringi kerja bersama tersebut.
Setelah terbentuk menjadi kue mochi warna putih dengan ukuran masing-masing 30x30 sentimeter, kemudian dihiasi garis-garis lurus warna hijau dan merah, dipadu garis diagonal warna kuning. Hiasan tersebut dibuat dengan pewarna makanan merah yang dioleskan pada kue menggunakan kuas halus. Mochi yang sudah diwarnai dipotong menjadi tiga bentuk, yakni bentuk gunung, ombak, dan bintang. Tiap potongan kue mochi dipasang pada tangkai bilah bambu yang telah dibentuk sedemikian rupa seperti tangkai pohon.
Joko Waluyo, salah satu pengurus Vihara Vimalakirti Purwokerto, menjelaskan, kue-kue mochi itu sedianya akan dipasang sebagai hiasan pada pilar di kedua sisi altar pada saat berlangsung Perayaan Oesyiki 19-20 Oktober 2024.
"Setiap tahun menjelang Oesyiki, kami memang membuat kue mochi sebagai ornamen yang dipasang pada pilar di sisi kiri dan kanan altar bersama bunga sakura dari kertas dan buah-buahan," kata Waluyo, Kamis (17/10).
Rebikem, salah satu panitia Perayaan Oesyiki Purwokerto, menyebutkan, pembuatan kue mochi membutuhkan bahan beras ketan dan kelapa parut dengan perbandingan empat banding satu yakni 4 kg beras ketan putih dan satu butir kelapa parut.
"Kegiatan ini dilakukan bersama, ada yang memarut kelapa, ada yang mengukus beras dan kelapa parut, lalu dihaluskan membentuk kue mochi," ucap Rebikem.
Mengacu pada catatan meninggalnya Niciren Daishonin, pendiri sekte Agama Buddha Niciren Shoshu yang ditulis oleh Bhiksu Tertinggi kedua Nikko Shonin, Bhiksu Yang Arya Singyo Kimura menerangkan wafatnya Niciren terjadi pada 13 Oktober 1282 jam 08.00 pagi. Saat itu bumi bergetar dan bunga sakura bermekaran tidak pada musimnya.
Gempa bumi memiliki makna bahwa alam semesta berduka atas kematian Niciren. Mekarnya bunga sakura tidak pada musimnya bermakna alam semesta merayakan 'metsu fu metsu' atau kemoksaan pada ketidakmoksaan, atau kekekalabadian jiwa Buddha Niciren Daishonin.
Karena itu, di bulan Oktober hingga Desember biasanya diselenggarakan Upacara Oesyiki di kuil dan vihara daerah untuk merayakan hal tersebut. Selain hiasan bunga sakura sebagai ornamen penghias altar, juga terdapat buah-buahan, dan ornamen kue mochi tiga bentuk yang terbuat dari beras ketan dan kelapa menghiasi altar. Semua ornamen itu disusun dalam pilar yang dipasang di kedua sisi altar Gohonzon.
Sebelumnya, dalam dokumen Majelis Niciren Shoshu Buddha Dharma Indonesia (MNSBDI), Bhiksu Yang Arya Shojo Sakabe, menjelaskan, hiasan ini berdasarkan pandangan dunia Gunung Semeru dalam Agama Buddha, di alam semesta ada sembilan gunung dan delapan samudra di atas angin, air, dan emas. Kemudian matahari, bulan, dan bintang ada di angkasa. Warna putih kue moachi yang diberi hiasan warna kuning, merah, dan hijau yang dipasnag pada pilar mengungkapkan angin, air, emas, dan angkasa tersebut.
Mochi yang dipotong segitiga untuk menggambarkan gunung mengungkapkan makna sembilan gunung. Mochi bentuk ombak melambangkan delapan samudra, dan mochi bentuk bintang menunjukan matahari, bulan, dan bintang. Dengan demikian, pilar kue mochi sebagai ornamen di altar saat Oesyiki bermakna seluruh alam semesta.
Selain itu, memasang bunga sakura di atas pilar tersebut pun menggambarkan dunia Buddha yang kekal abadi. Hal ini diwujudkan saat Buddha Niciren Daishonin moksa. (M-3)
Sekitar 300 orang Umat Buddha Niciren Shoshu dari 11 daerah merayakan Oesyiki di Vihara Vimalakirto Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah pada Sabtu (19/10) dan Minggu (20/10).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved