Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
HARI ini, Selasa (15/10), menjadi momen penting bagi usaha kecil dan menengah (UMKM) Indonesia, khususnya sektor minyak nilam di Aceh, dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama antara Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) dan Universitas Syiah Kuala. Kemitraan ini akan meningkatkan kapasitas literasi keuangan petani kecil dalam ekosistem rantai nilai Atsiri Research Center (ARC) di Universitas Syiah Kuala melalui pelatihan komprehensif, perangkat digital inovatif, dan peningkatan akses terhadap pembiayaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan akses pasar.
Lebih dari 64,2 juta UMKM berkontribusi terhadap 60,5% PDB Indonesia dan mempekerjakan 97% tenaga kerja. Pelaku UMKM telah menjadi tulang punggung bagi pertumbuhan ekonomi negara. Sektor pertanian, segmen signifikan dari UMKM ini menghadapi tantangan unik, termasuk akses terbatas ke kredit, akses terbatas ke pasar, kapasitas yang lemah, dan hambatan regulasi yang menghambat daya saing.
"Sektor minyak nilam Indonesia memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berpusat pada manusia serta penciptaan lapangan kerja sangat besar. Kemitraan ini merupakan peluang unik untuk menghubungkan lembaga penelitian utama dengan industri guna memberikan manfaat bagi industri dan masyarakat. Dengan bekerja sama, kami mempersiapkan dasar bagi rantai nilai berkelanjutan yang mendukung petani lokal sambil mempromosikan sektor nilam baik di pasar domestik maupun ekspor," kata Simrin Singh, Direktur ILO untuk Indonesia dan Timor-Leste.
Indonesia memimpin dalam produksi minyak nilam yang menguasai 80%-90% pasar global. Provinsi Aceh memasok 70% dari permintaan ini. Kolaborasi antara ILO dan Universitas Syiah Kuala akan difokuskan pada peningkatan produktivitas tetapi juga menekankan praktik pertanian dan produksi berkelanjutan serta penciptaan lapangan kerja yang layak dalam sektor ini.
Tonggak penting yang dicapai hari ini ialah peluncuran sistem Enterprise Resource Planning (ERP) yang memungkinkan petani nilam untuk menyimpan catatan proses produksi mereka, memastikan kepatuhan terhadap standar dan peraturan industri. Sistem ERP berbasis web ini, yang dinamakan MyNilam, merupakan ERP yang dirancang khusus untuk komoditas nilam yang akan meningkatkan efisiensi operasional, data terpusat untuk pengambilan keputusan yang tepat, mengelola inventaris dan rantai pasokan secara efektif, serta meningkatkan pengelolaan dan perencanaan tanaman nilam dalam ekosistem rantai nilai ARC.
Dipimpin oleh Manajer Proyek ILO bertajuk Promise II Impact Djauhari Sitorus, Manajer Program SECO Jonas Grunder, dan Kepala ARC Syaifullah Muhammad, peluncuran MyNilam tidak hanya akan membantu petani lokal mendapatkan kredibilitas di mata konsumen tetapi juga akan membuat sektor nilam lebih menarik bagi lembaga keuangan. Hasilnya, petani akan memiliki akses yang lebih baik ke modal yang sangat dibutuhkan, yang penting untuk memastikan keberlanjutan produksi nilam dan meningkatkan penghidupan mereka.
MyNilam menyediakan fitur-fitur penting bagi petani, termasuk manajemen profil, pelacakan produksi, keterlacakan komoditas, dan pemantauan penjualan. Peningkatan efisiensi operasional memberdayakan petani untuk mengadopsi praktik-praktik berkelanjutan dan mendorong pertumbuhan jangka panjang di sektor nilam, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup mereka.
"Peluncuran MyNilam merupakan peluang yang mengubah dinamika pembangunan pertanian bagi petani nilam," kata Djauhari Sitorus. "Kami berharap melalui proyek Promise II Impact, manfaat dari inovasi digital seperti penggunaan ERP juga dapat direplikasi dalam ekosistem nilam di lokasi lain yang memiliki tujuan yang sama dengan kami."
Rektor Universitas Syiah Kuala Marwan menambahkan, "Dengan MyNilam, kami tidak hanya menyediakan teknologi, kami membekali petani dengan sumber daya untuk membangun masa depan yang berkelanjutan. Ini tentang menciptakan komunitas pertanian yang berkembang yang dapat bersaing di pasar global."
Acara hari ini turut merayakan ekspor minyak nilam pertama Aceh dari Desa Ekosistem Keuangan Inklusif (EKI) naungan Otoritas Jasa Keuangan Indonesia (OJK) yang memamerkan hasil nyata dari kolaborasi dan inovasi di wilayah tersebut. Berdasarkan data terbaru, secara historis, hanya 0,01% dari kredit Aceh yang dialokasikan untuk sektor Nilam, yang menyoroti perlu ekosistem keuangan yang lebih mendukung petani. Selain itu, acara ini merayakan ekspor minyak nilam pertama Aceh dari Desa Ekosistem Keuangan Inklusif (EKI) Otoritas Jasa Keuangan Indonesia (OJK) yang memamerkan hasil nyata dari kolaborasi dan inovasi di wilayah tersebut. Secara historis, hanya 0,01% dari kredit Aceh yang dialokasikan untuk sektor nilam yang menyoroti perlu ekosistem keuangan yang lebih mendukung petani.
"Kolaborasi OJK dan ILO di desa EKI sangat memajukan sektor nilam karena dirancang untuk membuka potensi penuh daerah pedesaan--alam, budaya, sosial, dan keuangan--dengan memperluas akses ke perbankan, asuransi, dan pasar modal," kata Mahendra Siregar, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Inisiatif ini diharapkan dapat mempercepat pembangunan pedesaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
Asisten Deputi Bidang Inklusi Keuangan & Keuangan Islam dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Erdiriyo, juga menambahkan bahwa kolaborasi ini sejalan dengan Strategi Nasional Inklusi Keuangan Indonesia, yang memberdayakan petani lokal dengan sumber daya dan pelatihan penting untuk meningkatkan produktivitas dan mengintegrasikan masyarakat pedesaan ke dalam ekosistem keuangan nasional.
Proyek ILO Promise II Impact yang kini memasuki fase kedua didukung oleh Pemerintah Konfederasi Swiss melalui Sekretariat Negara untuk Urusan Ekonomi (SECO) bertujuan untuk mengatasi tantangan ini secara langsung. Proyek ini berfokus pada peningkatan kapasitas penyedia layanan keuangan dan mempromosikan inklusi keuangan. Saat ini, 200 petani di Atsiri Research Center memperoleh manfaat dari pelatihan literasi keuangan dan kewirausahaan, dengan 20% peserta ialah perempuan.
"Kolaborasi antara Swiss dan Indonesia ini merupakan contoh nyata bagaimana inklusi keuangan dan transformasi digital dapat mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Saya sangat senang dengan komitmen seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam rantai nilai nilam ini. Saya yakin hal ini dapat menjadi model bagi sektor lain dan dapat ditiru di masa depan," kata Olivier Zehnder, Duta Besar Swiss untuk Indonesia, Timor-Leste, dan ASEAN.
ILO, bermitra dengan Otoritas Jasa Keuangan Indonesia (OJK), Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dan Pemerintah Provinsi Aceh di bawah Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD), membayangkan masa depan sektor minyak nilam berfungsi sebagai model untuk pertanian berkelanjutan dan inklusi keuangan. Ini akan memberi manfaat bagi ribuan petani kecil, mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, dan mendorong ketahanan di sektor pertanian. (RO/Z-2)
Kepala Atsiri Research Center (ARC) Universitas Syiah Kuala (USK) Saifullah Muhammad mengatakan ada tiga jalur ekspor minyak nilam Aceh ke pasar internasional
Sedikitnya ada tiga jalur ekspor minyak nilam Aceh ke pasar internasional. Ke tiga jalur itu adalah memiliki eksportir yang berbeda.
Minyak nilam asal Aceh dinilai memiliki potensi besar karena banyak diproduksi oleh petani lokal
Instruktur parfum bersertifikat Internasional, William Sicher Wijaya menjelaskan single note terdiri dari beberapa family yang biasa dijadikan bahan dasar dalam pembuatan parfum
Produk turunan nilam Aceh menjadi bahan baku nilam terbaik dunia, jangan pernah disiakan.Karena bisnis kosmetik dan turunan nilam ini akan booming luar biasa
Di tengah musim tanam padi gadu (musim tanam kedua), harga gabah di Kabupaten Aceh utara, Aceh, melonjak.
TIADA perbuatan paling indah, kecuali berpuasa A'syura dan menyantuni anak yatim serta bersedekah kepada orang miskin di Hari A'syura, 10 Muharram 1447 H.
KELANGKAAN hingga tingginya harga gas elpiji 3 kilogram (kg) di kawasan Provinsi Aceh jalan terus. Sejak tiga pekan terakhir hingga Minggu (6/7), belum ada tanda-tanda membaik.
Kelangkaan gas elpiji 3 kilogram di Provinsi Aceh terus berlangsung. Sejak tiga pekan terakhir hingga, Minggu (6/7), belum ada tanda-tanda pasokan gas tersebut membaik.
Sesuai keadaan di lokasi sedikitnya ada tiga tahap warga setempat menanam bawang merah. Sebagian yang ditanami tahap pertama dua bulan lalu, kini sudah mulai memanen.
Hal itu mengundang perhatian publik, apakah ada permainan pasar atau kebijakan PT Pertamina mengurangi pasokan bahan bakar gas bersubsidi itu untuk masyarakat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved