Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Rencana Pemasangan Chattra di Borobudur Masih Didiskusikan dan Belum Final

Despian Nurhidayat
10/9/2024 14:57
Rencana Pemasangan Chattra di Borobudur Masih Didiskusikan dan Belum Final
Sejumlah biksu di Candi Borobudur.(Dok. Antara)

RENCANA pemasangan chattra atau payung mahkota di stupa induk Candi Borobudur yang terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah menimbulkan beragam respons baik itu positif dan negatif dari berbagai pihak.

Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia, Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja menjelaskan bahwa sebetulnya rencana pemasangan chattra tersebut belum bersifat final dan masih didiskusikan.

“Jadi sebetulnya bapak juga mengikuti Ditjen Bimas Buddha yang mengundang kami untuk diskusikan ini. Ada unsur arkeolog, sejarawan dan BRIN juga. Komplit lah. Kami dikumpulkan sebagai tokoh budha dan semua dibicarakan secara detail,” ungkapnya kepada Media Indonesia, Selasa (10/9).

Baca juga : Pannyavaro Minta Penyelamatan Borobudur Jangan Pinggirkan Rakyat Kecil

“Pada prinsipnya waktu itu sampai sekarang masih dalam proses pengkajian. Jadi belum total final. Tentu intinya semua ditinjau dari sisi arkeologi, sejarah, apalagi secara spiritualitasnya. Semua dikaji dan dan diteliti,” sambung Suhadi.

Lebih lanjut, menurutnya rencana pemasangan chattra ini tidak akan dilakukan secara sembrono melainkan akan dilakukan secara hati-hati dan mempertimbangkan berbagai hal termasuk kelestarian candi yang tidak ternilai.

Selain itu, menurutnya Candi Borobudur saat ini bukan merupakan kepemilikan salah satu unsur saja, melainkan kepemilikan bangsa dan juga dunia.

Baca juga : Pemasangan Chattra di Stupa Induk Borobudur Dinilai Bawa Energi Baik

“Maka itu bahkan sedetail mungkin dikaji. Jadi masih dalam proses dan diharapkan akan ada kesepakatan kebijaksanaan. Jadi ini kearifan dan harus sangat bijaksana untuk menyepakati ini. Kita tidak hanya berdiri pada pikiran satu tapi karena ini milik seluruh umat manusia dan bangsa Indonesia. Ini aset bangsa dan dunia. Kami sebagai tokoh buddha memposisikan diri pada posisi itu. Jadi akan ada kesepakatan terbaik dan semua pihak harus arif. Bangsa ini bangsa yang hati-hati kok,” pungkasnya.

Sebelumnya, Dirjen Bimas Buddha, Kemenag, Supriyadi menyampaikan bahwa pihaknya selaku wakil dari umat Buddha Indonesia senantiasa berusaha memberikan layanan terbaik untuk masyarakat Buddha. Menurut Supriyadi, salah satu harapan masyarakat Buddha adalah menempatkan kembali Chattra di puncak stupa Candi Borobudur.

“Harapan ini sudah cukup lama dan baru secara formal disampaikan oleh Menteri Agama Gus Yaqut Cholil Qoumas pada saat rapat DPSP semester I 2023 di Borobudur,” kata dia.

Baca juga : PKL Kawasan Candi Borobudur Gugat Pengelola

Supriyadi menambahkan untuk rencana pemasangan Chattra di puncak stupa betul-betul mendapatkan perhatian dan arahan. “Kami selaku pemrakarsa melakukan upaya agar apa yang dilakukan terhadap warisan dunia itu tetap mematuhi kaidah-kaidah yang ditetapkan oleh UNESCO, maka kemudian kami mengajukan kajian kepada Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN),” sebutnya.

Perlu Uji Publik

Di lain pihak, Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Mego Pinandito mengatakan uji publik penting dilakukan.

Baca juga : Ada Sosok Aktris Dani Mukti di Balik Megahnya Pernikahan di Candi Borobudur

“Tapi yang jelas karena ini merupakan salah satu wujud dari warisan dunia maka kita perlu melihat apa yang memang sudah ditetapkan sebagai persyaratan kemudian kalau kita akan melakukan sesuatu dengan candi Borobudur itu sendiri,” jelas Mego.

Mego juga menyebut dalam konteks ini pihaknya akan mengupayakan yang terbaik bersama dengan UNESCO. Sehingga, apa yang dilakukan semuanya sejalan dengan berbagai peraturan apa yang diharapkan oleh komite warisan dunia.

“Tentunya kami berupaya bahwa dalam konteks melakukan berbagai hal diupayakan memang mencari masukan baik secara langsung maupun berdasarkan data dari seluruh stakeholder, pakar, organisasi, dan perwakilan komunitas. Diharapkan hasilnya bisa merangkum semuanya,” lanjutnya.

Menurutnya, para pihak memiliki satu visi misi yang sama yaitu bagaimana menyempurnakan Candi Borobudur itu sendiri. Sehingga dengan terjadinya pemasangan nantinya langkah-langkah sesuai dengan prosedur standar konservasi dari komite warisan dunia ini dengan berbagai tahapan yang ada.

Di lain pihak, Pendiri Ehipassiko Foundation, Handaka Vijjananda menjelaskan, Borobudur merupakan sebuah stupa besar atau maha stupa. Dari strukturnya, ada landasan, kubahan, harmika, dan di ujungnya ada tiang dan payung. Borobudur sebuah struktur yang disebut maha stupa.

“Sebuah struktur yang lengkap atau sebuah harus mengandung elemen-elemen tersebut, kalau kita lihat sekarang ini masih ada yang kurang yaitu bagian puncaknya yaitu bagian payungnya atau chattranya dan itu yang kita kaji hari ini,” ujar Handaka.

Menurutnya, chattra itu suatu elemen yang mutlak harus ada di setiap candi apalagi yang maha candi. Ini bisa dilihat dari stupa di seluruh dunia, misalnya di India, Nepal, Sri Lanka, Thailand, dan Myanmar.

“Sebetulnya maha stupa utama pasti ada chattranya. Kalau tidak ada chattranya kelihatan tidak lengkap. Ibarat raja tanpa mahkota,” tandas Handaka. (Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya