Disnakertrans Sulteng: Tiga Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja di ITSS

M. Taufan SP Bustan
25/12/2023 16:45
Disnakertrans Sulteng: Tiga Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja di ITSS
Kapolda Sulteng Irjen Agus Nugroho mengecek kondisi korban yang selamat dari kecelakaan kerja di PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel.(MI/Humas Polda Sulteng.)

TIM investigasi Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) telah berada di Morowali, Sulawesi Tengah, untuk mengusut peristiwa kebakaran tungku pengolahan nikel di kawasan industri nikel PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS). Musibah itu menimbulkan 59 korban.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Sulteng Arnold Firdaus mengatakan tim Kemenaker sudah bergabung bersama tim Disnakertrans di Morowali. "Kemarin tim kami sudah berangkat ke sana (Morowali). Hari ini (kemarin) juga tim Kemenaker akan bergabung," terangnya kepada Media Indonesia di Palu, Senin (25/12).

Menurut Arnold, dalam kunjungan ke Morowali Kemenaker dan Disnakertrans akan melakukan investigasi untuk mengetahui persis penyebab kecelakaan kerja di PT ITSS. "Tentu kasus ini akan diusut dan kami telah berkoordinasi dengan pihak kepolisian," katanya.

Baca juga: Kemnaker Turunkan Pengawas Tindaklanjuti Kecelakaan Kerja di Morowali

Banyak pihak menduga terjadi human error di lokasi kejadian. Namun, Arnold menegaskan semua kemungkinan bisa saja menjadi penyebab, tetapi harus diputuskan melalui proses penyelidikan terlebih dahulu. "Dugaan human error, mungkin ya, tetapi kita perlu investigasi untuk mengetahui secara pasti," ungkapnya.

Arnold menjelaskan dalam peristiwa kecelakaan kerja ada tiga faktor yang bisa menjadi penyebab. Tiga faktor tersebut yaitu lingkungan tidak mendukung, human error pekerja, dan peralatan bermasalah. "Nah ketiga faktor itu menjadi fokus investigasi tim di lokasi kejadian," paparnya.

Sejauh ini, penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di kawasan industri PT ITSS dan secara umum di kawasan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) sudah cukup baik. Namun yang menjadi problem di Indonesia, kata Arnold, khususnya pada smelter nikel yang menggunakan alat berat dan raksasa apalagi perusahaan metal, ialah kecelakaan kerja.

Baca juga: Pemerintah Didorong Usut Tuntas Peristiwa di PT ITSS

"Memang faktor kecelakaan kerja sangat rawan dan sulit dihindari. Namun, kami selalu menekankan jangan sampai ada korban jiwa kepada PT IMIP dan seluruh tenant dalam kawasan industri itu," sebutnya.

Sejauh ini, lanjut Arnold, pihaknya secara periodik memantau aktivitas di kawasan industri PT IMIP. Bahkan, koordinasi yang dibangun bersama mitra di PT IMIP terus berjalan. "Koordinasi itu dilakukan agar penanganan K3 lebih baik dari waktu ke waktu, sehingga bisa terhindar dari kecelakaan kerja yang mematikan, cuma memang tidak setiap hari kami pantau," ujarnya.

Pascainsiden ini, kegiatan pengolahan nikel di lokasi kejadian PT ITSS dihentikan sementara. Pun demikian, secara umum aktivitas pekerja, khususnya di bidang pengoperasian smelter, tetap berjalan. "Kalau smelter tidak bisa dihentikan karena itu akan menimbulkan kesulitan untuk mengulangi lagi operasi lain. Smelter harus terus berjalan," kata Arnold.

Ke depan, Arnold berharap penanganan kecelakaan kerja di kawasan industri nikel harus melibatkan lintas sektor. Kementerian Perindustrian, Kementerian BKPM, Menkomarvest, Kemenaker, dan KLHK harus terlibat.

"Lintas sektor harus turun karena ini berkaitan semua. Saya lihat faktor lingkungan berpengaruh juga di sana, khususnya seputar lokasi PT IMIP yang sering macet, ketika orang mau pergi dan pulang kerja. Itu sangat macet bisa sampai dua jam. Nah faktor kelelahan itu saya khawatir bisa menimbulkan kelelahan pekerja sehingga menyebabkan insiden dan human error," pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, kecelakaan kerja terjadi di pabrik pengolahan nikel milik PT ITSS di kawasan industri nikel Kabupaten Morowali, Minggu (24/12). Sebanyak 59 pekerja menjadi korban dalam peristiwa itu. Dari jumlah tersebut, 13 pekerja meninggal dunia dan 46 lain terluka. Umumnya luka disebabkan karena terkena uap panas. (Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya