Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
DI tengah percepatan transformasi hijau global, Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) mengambil langkah penting yang menjadi tonggak sejarah.
Pada 30 Juni, IMIP bersama Desa Fatufia, Bete-Bete, Padabaho, dan Mbokita menyelenggarakan acara penandatanganan proyek kemitraan pariwisata hijau pertamanya di "Rumah Literasi Lahan Sidaya IMIP" di Desa Labota, Morowali, Sulawesi Tengah.
Acara ini dihadiri perwakilan dari Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Morowali, Pemerintah Kecamatan Bahodopi, perwakilan perusahaan di kawasan, serta masyarakat desa setempat.
Langkah ini menandai transisi strategis kawasan IMIP yang berfokus pada industri menuju pembangunan yang lebih hijau, inklusif, dan kolaboratif.
Upacara dibuka dengan lagu kebangsaan Indonesia Indonesia Raya, yang menghadirkan suasana khidmat dan penuh harapan, mencerminkan aspirasi bersama untuk revitalisasi wilayah, kemajuan ekologi, dan kesejahteraan masyarakat.
ini merupakan proyek pertama IMIP yang berpusat pada komunitas dan memanfaatkan sumber daya perusahaan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan di tingkat desa.
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Morowali Mohammad Amin menekankan dalam pidatonya bahwa Bahodopi tidak hanya kaya akan sumber daya mineral, tetapi juga memiliki keindahan alam yang masih asri serta keragaman budaya yang banyak.
Dia menegaskan bahwa pariwisata hijau merupakan jalur penting untuk melestarikan lingkungan dengan pertumbuhan ekonomi, serta menjadi alat untuk mencapai kemakmuran yang merata.
Sekretaris Kecamatan Bahodopi Arsan mengatakan, “Upacara penandatanganan ini ibarat kunci emas menuju masa depan—tonggak penting bagi pengembangan pariwisata bersama antara kawasan industri dan komunitas lokal.”
Ia menambahkan bahwa ini tidak hanya akan mendorong pengembangan sumber daya alam dan budaya secara sistematis, tetapi juga meningkatkan keterlibatan masyarakat, menciptakan lapangan kerja, dan mempercepat transformasi hijau di wilayah tersebut.
Untuk menjamin kelancaran pelaksanaan proyek, masing-masing dari empat desa mitra membentuk tim khusus pengembangan pariwisata bersama. Setiap tim terdiri dari sembilan anggota inti yang akan melakukan kunjungan lapangan dan kerja sama lintas sektor untuk memastikan implementasi secara efektif dan menyeluruh untuk mendukung pembangunan bersama.
Dalam acara tersebut juga dilakukan pengangkatan resmi yang menetapkan peran dan tanggung jawab masing-masing desa serta memperkuat mekanisme koordinasi.
Proyek ini tidak hanya menghimpun pemerintah daerah dan komunitas, tetapi juga melibatkan partisipasi dari perusahaan-perusahaan di kawasan industri.
PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel, PT Indonesia Guangqing Nickel Industry, PT Huayue Nickel Cobalt, PT Dexin Steel Indonesia, dan masing-masing menandatangani perjanjian kerja sama dengan kepala desa setempat.
Berdasarkan perjanjian, kerja sama akan berfokus pada tiga bidang utama:Mendorong pembangunan infrastruktur bersama, khususnya yang mendukung sektor pariwisata, menyediakan saluran dan informasi untuk promosi industri pariwisata, membuka pelatihan kepariwisataan melalui pendidikan ekologi dan pelatihan keterampilan yang terarah.
Yayasan Keberlanjutan IMIP ini mencakup mekanisme evaluasi berkala untuk memastikan perkembangan dan kemajuan proyek.
Direktur Komunikasi IMIP Emilia menyatakan, “Kami yakin bahwa sistem industri yang tangguh harus dibangun di atas dasar keberlanjutan, dengan mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap ekologi dan komunitas.”
Ia menambahkan bahwa kawasan industri tengah giat mendorong transformasi hijau dan rendah karbon untuk membangun ekosistem industri yang hemat sumber daya, ramah lingkungan, dan inklusif terhadap masyarakat.
Inisiatif ini sejalan dengan tujuan inti Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 PBB dan sangat selaras dengan visi pembangunan hijau dalam Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative).
Bergerak dari pendekatan bantuan eksternal menuju pemberdayaan lokal, serta dari investasi menuju pembangunan bersama, proyek ini telah menciptakan lapangan kerja, menghidupkan kembali tata kelola komunitas, dan mendorong peningkatan struktur industri.
Inisiatif ini melampaui batas-batas konvensional dengan membentuk mekanisme pembangunan baru yang melibatkan tiga pihak: perusahaan, komunitas, dan pemerintah.
Model partisipatif “multi-pihak, pembangunan bersama, dan manfaat bersama” ini menjadi contoh penting bagi kawasan industri lainnya yang ingin bertransformasi ke arah yang lebih hijau.
Harmoni antara manusia dan alam adalah fondasi keberlanjutan peradaban; pembangunan bersama dan manfaat bersama adalah arah masa depan pembangunan global.
Perjalanan hijau Morowali terus berlanjut—memberikan respons nyata, sistemik, dan penuh makna terhadap harapan dunia akan masa depan yang berkelanjutan. (Z-1)
Saat ini semakin banyak desa yang memanfaatkan dana desa untuk pembangunan sarana olahraga dan ruang kreatif pemuda.
Program Desa BRILiaN merupakan program pemberdayaan desa yang bertujuan menghasilkan role model dalam pengembangan desa melalui implementasi praktik kepemimpinan desa yang unggul.
Sebelumnya Apdesi juga menyampaikan beberapa permohonan diantaranya penambahan Alokasi Dana Desa.
Biaya dan moda transportasi yang semakin beragam dan terjangkau juga turut mengubah pola mudik di masyarakat.
Mudik menjadi momen peningkatan ekonomi bagi masyarakat pedesaan berupa bergesernya perputaran uang dari kota tempat masyarakat bekerja ke desa kampung halaman.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved