Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Di Kongres IDAI, Kepala BKKBN: TBC Sebabkan Anak Stunting

Media Indonesia
10/10/2023 08:55
Di Kongres IDAI, Kepala BKKBN: TBC Sebabkan Anak Stunting
Masih banyak anak tinggal di rumah tidak layak huni. Karena itu TBC dan penyakit-penyakit yang menular masih mewarnai.(Dokpri.)

MASIH banyak anak Indonesia tinggal di rumah tidak layak huni yang berkisar 57,9%. Oleh karena itu TBC juga penyakit-penyakit yang menular masih mewarnai hingga membuat tergerusnya status nutrisi dan penyebab stunting.

Itu disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Nasional (BKKBN) Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) saat menjadi pembicara dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Kesehatan Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang digelar di Kota Padang, Sumatra Barat, Senin (9/10). Menurut Hasto, upaya percepatan penurunan stunting dengan kolaborasi berbagai pihak telah menunjukkan penurunan yang signifikan.

"Kalau kita lihat target yang diberikan Pak Presiden yakni 14% di tahun 2024. Hari ini, stunting 21,6% harus turun 3,8% di tahun ini. Mudah-mudahan hasil SSGI 2023 akhir ini mencapai 18% atau 17,8%. Untuk balita 21,6% tetapi untuk baduta yaitu 17,9% sehingga ada harapan. Semua yang masih di atas 10% masih punya PR (pekerjaan rumah) untuk kita supaya bisa menurunkan stunting dengan sebaik baiknya," kata Hasto.

Ia juga menyebutkan variasi makanan bagi anak-anak. "Hari ini variasi makanan anak-anak Indonesia di kota masih lebih bagus daripada daerah. Hari ini juga ASI eksklusif masih berat untuk mencapai 70%. Oleh karena itu kita meminta dukungan dari rekan-rekan semua supaya ASI eksklusif bisa mencapai 70%," ujar dia.

Kualitas keluarga dan mental emotional disorder di kalangan anak-anak dan remaja yang jumlahnya terus meningkat setiap tahun juga disoroti. "Karena itu BKKBN mengembangkan IBangga yang pada prinsipnya mengembangkan indikator keluarga tenteram, bisa mandiri, dan bahagia. Ada hasilnya dan ini sudah masuk rencana pembangunan jangka panjang untuk dicapai targetnya yaitu indeks pembangunan keluarga," jelas Hasto.

Gubernur Sumatra Barat Mahyeldi Ansharullah menyebutkan selama 2022 terdapat 15% status pneumonia pada anak, terutama balita. Di Sumbar, kasus pneumonia pada bayi 1,7%, balita 3,8%, dan usia di atas 5 tahun 4,1% dengan jumlah kematian sebanyak 5 jiwa. "Peran orangtua sangat diharapkan untuk menciptakan anak yang sehat berakhlak dan berdaya saing dengan menjadikan orangtua sebagai contoh provider bertanggung jawab menyiapkan semua kebutuhan anak dan akan memberikan perlindungan kepada anak, dan memberikan informasi kepada anak tentang hidup sehat serta mempromosikan pengetahuan tentang pentingnya hidup sehat," kata Mahyeldi.

Sumber air minum layak

Usai menjadi pembicara di IDAI, Hasto juga melakukan pembinaan Tim Satgas Percepatan Penurunan Stunting Provinsi Sumatra Barat bertempat di Kantor Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatra Barat. Dalam arahannya, Hasto berpesan agar dana BOKB segera direalisasikan dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. "Pentingnya realisasi penyerapan DAK BOKB tersebut sangat erat kaitannya dengan keberhasilan dalam menurunkan stunting dan lainnya," katanya.

Kepala Perwakilan BKKBN Sumatra Barat Fatmawati mengatakan hasil analisis korelasi faktor penyebab stunting terhadap kejadian keluarga risiko stunting yaitu korelasi sangat tinggi pada keluarga yang tidak punya jamban dan tidak memiliki sumber air minum layak. "Kita melakukan analisis kuadrat dari data stunting dengan capaian indikator kinerja utama. Kita mendapatkan kabupaten/kota yang menjadi prioritas dan perhatian khusus untuk dilakukan intervensi dengan program kegiatan yang ada di provinsi maupun kabupaten kota, terlihat di analisis kuadrat stunting, kita coba melakukan analisis data dengan hasil bahwa penurunan berpengaruh signifikan pada peningkatan MCPR sebesar 72,9% kemudian meningkatnya TFR berpengaruh signifikan terhadap peningkatan privalensi stunting sebesar 24,8% dan meningkatnya MCPR berpengaruh signifikan terhadap penurunan TFR sebesar 27%," ujar Fatmawati.

Dia juga menyampaikan harapannya agar pada 2023, prevalensi stunting di Sumatra Barat turun yang sebelumnya pada 2021 sebesar 23,5% naik menjadi 25,2% pada 2022. "Sebanyak 12 kabupaten kota yang turun dan 7 kabupaten kota yang mengalami kenaikan. Kita terus memaksimalkan sumber daya yang ada. Semoga di tahun ini prevalensi stunting di Sumatra Barat mengalami penurunan," ujar dia. (RO/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya