Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
MUSIM kemarau di Sumatra Selatan (Sumsel) diprediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan mulai berlangsung pada bulan ini hingga Oktober mendatang. Sementara untuk puncak kemarau tahun ini diprediksi terjadi pada Juli hingga Agustus.
Karena itu, seluruh pemangku kepentingan di Sumsel harus mengantisipasi potensi kekeringan dan juga bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan atau karhutla.
"Secara umum wilayah Sumsel sedang berlangsung pancaroba dari musim hujan ke kemarau. Namun kami memperkirakan puncak musim kemarau tahun ini akan berlangsung pada Juli hingga Agustus nanti," demikian keterangan BMKG, Kamis (11/5).
Baca juga: Polda Sumsel Awasi Daerah Rawan Karhutla
Pada Juli, puncak musim kemarau diprediksi berlangsung di bagian barat Sumsel, yakni Kota Lubuklinggau, Kota Pagar Alam, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Musi Rawas Utara, Kabupaten Empat Lawang, dan Kabupaten Lahat.
Pada Agustus, di bagian tengah dan timur Sumsel, yaitu Kabupaten Musi Banyuasin, Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Muara Enim, Ogan Komering Ulu (OKU), OKU Selatan, OKU Timur, Ogan Ilir, Banyuasin, dan Ogan Komering.
Berdasarkan data yang dihimpun BMKG Sumsel, potensi El Nino akan terjadi pada semester kedua 2023.
"Sehingga semua pihak pemangku kepentingan berkaca dari tahun 2015 dan 2019 yang terjadinya El Nino. Kondisi tersebut dapat menyebabkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang cukup signifikan di wilayah Sumsel yang menyebabkan asap dapat timbul hingga masuk ke Kota Palembang," kata BMKG.
Baca juga: Antisipasi Karhutla, Angkasa Pura Siagakan Pemadam Kebakaran
BMKG Sumsel juga telah mengimbau masyarakat dan terutama pemerintah daerah untuk siap siaga terhadap dampak El Nino.
"Apabila benar-benar terjadi El Nino tersebut dampaknya itu akan cukup signifikan di wilayah timur Sumsel karena banyak memiliki lahan gambut. Jadi bila titik panas terjadi di musim kemarau cukup banyak di daerah tersebut itu akan memudahkan terjadinya karhutla," kata BMKG. (Z-6)
Cukup tidur juga dapat memperbaiki jaringan kulit wajah karena penyerapan produk yang Jelita gunakan (skincare, vitamin) menjadi lebih maksimal dan efektif.
Batuk rejan diketahui kerap membuat anak-anak itu sangat kesulitan untuk menarik nafas, dan sampai mengeluarkan bunyi.
Pastikan anak membawa botol air saat mereka berada di luar, mengenakan pakaian pelindung matahari dan tabir surya mineral, serta tidak berada di bawah sinar matahari terlalu lama.
Saat ini sebagian wilayah Jawa Barat sedang memasuki masa peralihan atau pancaroba dari musim hujan ke musim kemarau.
Pompanisasi merupakan solusi tercepat mengatasi krisis pangan.
Untuk kebakaran hutan, dari 22 kelurahan terdapat 13 kelurahan yang pernah mengalami kebakaran hutan dan lahan
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved