Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
MESKI masih berusia muda, jiwa wirausaha Fadli Maulana Ibrahim telah diasah sejak bangku sekolah. Tak ayal, jenama (brand) fesyen miliknya, Miracle Mates kini tak hanya sukses di Bandung, Jawa Barat saja, tapi sudah dikenal di kalangan anak muda Indonesia.
Fadli memulai Miracle Mates di usia yang sangat muda yakni 16 tahun. Ketika itu medio 2014, dan dia hanya seorang siswa yang duduk di bangku kelas 1 SMA (kelas 10). Saat itu ia sudah menyimpan ketertarikan pada industri fesyen.
Selain tentu mengikuti perkembangan fesyen di dalam dan luar negeri, Fadli juga rutin berbelanja di jenama lokal, khususnya lewat sederet event di Kota Bandung.
Baca juga : Inilah Kiat Sukses Menjadi Womanpreneur Muda
Saking seringnya mengakses brand lokal dan produk-produk rilisan teranyar, Fadli akhirnya terbesit ide untuk memulai jenamanya sendiri. Maka di titik itulah, ketika berusia 16 tahun, ia mendirikan Miracle Mates untuk menumpahkan berbagai ide produk fesyen yang ada di kepalanya.
Dibantu seorang temannya, ia kemudian membuat desain yang disematkan pada t-shirt dengan modal Rp600 ribu untuk jumlah satu lusin.
Baca juga : Tangkas Motor Listrik Buka Showroom Baru di Tegal, Jateng
“Lalu produk itu saya jual ke teman-teman terdekat saja. Ketika itu benar-benar gak money oriented, gak mikir uang sama sekali, karena suka saja dan merasa keren punya brand sendiri,” kata Fadli.
Modal Rp600 ribu itu akhirnya menelurkan penghasilan sebesar Rp1 juta. Itulah penghasilan awal Miracle Mates yang akhirnya diputar kembali sebagai modal kerja, sekaligus menandakan awal perjalanan brand populer itu.
Seperti yang Fadli bilang, sejak awal mendirikan Miracle Mates, ia tak pernah berpikir untuk menjadi besar dan menghasilkan pendapatan yang optimal. Ia tak pernah mengikuti tip dan trik berbisnis dari orang lain, melainkan terus memanfaatkan momentum yang ada di depan mata.
Ketika memulai Miracle Mates, ia hanya memiliki seorang mitra yang memang menyimpan ketertarikan pada dunia fesyen. Sembilan tahun berlalu, kini Miracle Mates ditukangi oleh 12 orang yang memiliki tugas masing-masing dalam menjaga eksistensi Miracle Mates di skena local brand.
Fadli bercerita, ketika awal mendirikan Miracle Mates, ia benar-benar tak mengerti bagaimana cara memanfaatkan teknologi. Ia hanya memanfaatkan Instagram, media sosial populer bagi generasi z sepertinya, dalam mengenalkan produk-produk Miracle Mates.
“Bahkan waktu itu saya sendiri yang antar produk yang dibeli. Saya ngerasa senang saja, bisa nyamperin pembeli ke rumahnya, atau COD-an untuk antar baju. Bahkan, gak sedikit juga pembeli yang mau datang ke rumah untuk mengambil sendiri produk yang mereka pesan,” ujar Fadli.
Miracle Mates tidak serta-merta mencapai eksistensinya dalam sekejap mata. Bahkan, Fadli mengaku harus melalui beberapa kisah pilu dalam melakoni bisnisnya, salah satunya adalah yang berkaitan dengan orang tua.
Suatu hari menjelang Hari Raya Idul Fitri 2016, Fadli bercerita, ia membuka booth di Jalan Trunojoyo, Kota Bandung, yang berstatus sebagai pusat industri fesyen lokal dan menjadi incaran masyarakat dalam berbelanja. Di hari pertama ia membuka lapaknya, sedikit sekali peminat yang mau mampir dan membelanjakan uangnya untuk Miracle Mates.
“Waktu itu orang tua datang dan lihat aku berjualan di booth. Pas pulang ke rumah, orang tua nanya ada yang kejual gak barangnya? Aku jawab ada, padahal waktu itu gak ada yang beli sama sekali. Aku hanya gak mau mereka kepikiran,” tuturnya.
Tapi sepertinya ucapan adalah doa. Di hari ketiga booth itu berdiri, akhirnya produk Miracle Mates berhasil terjual dan banyak peminat.
Seiring berjalannya waktu, dunia mengalami pandemi Covid-19 yang menghantam ekonomi baik itu yang bersifat mikro maupun makro. Seperti yang dialami merek lainnya, Miracle Mates pun terancam tak bisa melanjutkan berkarya karena lesunya daya beli dan berbagai keterbatasan yang ada.
Tapi Fadli tidak menyerah, ia terus memutar otak dan mencari jalan keluar dari berbagai kesulitan tersebut. Alih-alih mengalami kerugian, justru ketika Covid-19 melanda, Miracle Mates semakin berjaya dan dikenal banyak orang.
“Akhirnya itu adalah titik kali pertama Miracle Mates bikin toko di e-commerce. Market Miracle Mates yang awalnya hanya offline saja, ketika itu justru mendapat sambutan cukup luar biasa dari market online. Itu menjadi awal di mana Miracle Mates mendapat penghasilan yang sepadan,” tutur Fadli.
Keseriusan Fadli dalam mendirikan Miracle Mates harus dibayar dengan merelakan sebagian masa mudanya. Ia meninggalkan waktu untuk nongkrong hingga mengesampingkan keinginannya untuk memiliki pacar, karena sebagian besar waktunya dihabiskan untuk memikirkan Miracle Mates.
Berbagai pengorbanan itu membuahkan hasil yang sepadan bagi Fadli. Antrean pengunjung telah menjadi pemandangan yang biasa di toko Miracle Mates yang berdiri di The Hallway, Pasar Kosambi, Kota Bandung.
“Dengan modal awal Rp600 ribu, lebaran kali ini (2023) Miracle Mates berhasil menghasilkan omzet lebih dari Rp1 miliar dalam satu bulan. Angka yang patut disyukuri meski sejujurnya bukan itu yang bisa memuaskan aku untuk melakoni karier sebagai pengusaha,” kata Fadli.
Mengenai kiat mendirikan local brand untuk mendapatkan kepercayaan dari pasar, Fadli menjawabnya dengan santai. Ia menjelaskan, kunci dari kesuksesannya ialah dengan terus berupaya konsisten, mengingat 9 tahun bukanlah waktu yang sebentar.
“Untuk bisa konsisten, kuncinya kita harus menyukai apa yang sedang kita jalani. Misalnya saya suka banget feseyn, suka industrinya, suka orang-orangnya, dan saya bergaul di lingkungan itu. Jadi cobalah untuk mengembangkan sesuatu sambil main, sehingga dijalankannya bisa dengan enjoy,” tutur Fadli.
Di sisi lain, kata Fadli, pada pengusaha generasi z sepertinya, jangan melupakan motivasi untuk terus membanggakan orang tua. Sejatinya keluarga adalah faktor yang sangat mendukung dan dapat memberi semangat untuk terus melanjutkan bisnisnya.
“Berbagai permasalahan yang muncul di keluarga, justru aku jadikan semangat untuk gak nyerah buat Miracle Mates,” tutur Fadli. (RO/Z-5)
KETUA Gekrafs Temi Sumarlin mengungkapkan industri kreatif Tanah Air memiliki potensi besar, salah satunya fesyen. Industri subsektor ekraf itu dinilai menjanjikan
DESAINER Nila Baharuddin, kembali hadir di Jepang dengan koleksi eksklusif tas handmade. Salah satu yang menjadi sorotan utama dalam koleksinya adalah tas perpaduan makramé dan rotan.
Anna Wintour mundur dari American Vogue setelah 37 tahun. Ia tetap pegang posisi global di Condé Nast. Pergantian besar tengah terjadi di tubuh perusahaan.
Busana dengan gaya khas Italia 1951 tampil di koleksi dari merek fesyen asal Italia Max Mara, berkolaborasi dengan merek dasi asal Italia E. Marinella.
DESAINER dan pelestari warisan budaya Indonesia, Era Soekamto telah menerima penghargaan dari UNESCO atas komitmennya yang berkelanjutan dalam melestarikan budaya
Temukan perjalanan inspiratif THENBLANK, brand fashion lokal yang lahir dari ruang tamu kecil hingga sukses menembus pasar digital bersama Shopee.
SANDINATION berkolaborasi dengan Yayasan Indonesia Setara (YIS) kembali menghadirkan program SI IKLAS (Sahabat Sandi Naik Kelas) Rocket 5.0.
Tujuan utama akademi ini adalah mencetak talenta-talenta muda yang siap bersaing di berbagai bidang, baik di dunia profesional, industri kreatif, maupun wirausaha.
Di tengah perubahan lanskap kewirausahaan global, pelaku wirausaha kini dihadapkan pada tantangan membangun bisnis yang tangguh dan berkelanjutan.
PJI Company of the Year Competition menjadi panggung bagi 12 perusahaan siswa SMA dan SMK terbaik di Indonesia untuk menampilkan inovasi bisnis berbasis keberlanjutan.
Upaya pemberdayaan kewirausahaan, keuangan, dan kesiapan kerja telah memberikan dampak kepada lebih dari 9.700 siswa dari 50 SMA dan SMK di 14 kota/kabupaten di Indonesia.
Pekan Nasional Mengajar diselenggarakan di 58 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di berbagai wilayah Indonesia, melibatkan sedikitnya 1.740 siswa untuk menumbuhkan semangat wirausaha
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved