Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
ORANGTUA bayi kembar siam asal Desa Pandai, Kecamatan Wotan Ulumado, Kabupaten Flores Timur (Flotim), Nusa Tenggara timur (NTT), Fransiskus Boli mengharapkan bantuan dari pemerintah Pusat, khusunya dari Presiden Joko Widodo. Pasalnya biaya yang diperlukan untuk memisahkan kedua buah hatinya sangat besar.
"Kami sangat mengharapkan adanya bantuan dari berbagai pihak, sebab biaya yang dibutuhkan untuk proses pemisahan anak kembar kami sangat besar, sementara kami tidak punya biaya," ungkap Fransiskus saat ditemui di RSUD dr Hendrikus Fernandes Larantuka, Selasa (2/5).
Sejak proses melahirkan hingga bayi kembarnya berada di dalam tabung inkubator, biaya yang telah dikeluarkan kata Fransiskus sudah lebih dari Rp5 juta.
Baca juga: Bayi Kembar Siam Lahir di RSUD Doktor Hendrikus Fernandes Larantuka
"Sebagian besar biaya, mulai dari rujukan hingga ke RSUD Hendrikus Larantuka saya mengeluarkan biaya Rp5 juta lebih. Kami masih bingung mencari biaya untuk persiapan hingga proses operasi. Kami juga belum tahu dimana akan dilakukan operasi pemisahan. Namun, berdasarkan keterangan dokter, kemungkinan besar akan dilakukan di Rumah Sakit dr Sutomo Surabaya," ujar Fransiskus
Metrotv/Fransiskus Gerardus Molo--Fransiskus Boli, orangtua bayi kembar Siam di Flores Timur.
Kedua orangtua bayi kembar siam, Fransiskus Boli dan Emiliana Pone Aran, hanya bekerja sebagai petani dan ibu rumah tangga. Mereka mengaku tidak memiliki cukup biaya untuk proses operasi pemisahan anak kembar mereka tersebut.
Menurut Fransiskus, bayi kembar siam berjenis kelamin perempuan dan telah diberi nama Rein dan Rain itu lahir pada Jumat (28/4) sekitar pukul 12 00 Wita siang melalui operasi caesar.
Baca juga: Bayi Perempuan Kembar Tiga Lahir di Palembang
Sejauh ini, kata Fransiskus, belum satu pun pihak pemerintah setempat yang datang melihat kondisi bayi kembarnya tersebut.
"Kami berharap Bapak Presiden Joko Widodo bersedia membantu agar kedua anak kembar kami tersebut bisa dipisahkan. Pada pemeriksaan USG (ultrasonografi) kami sudah tahu kalau anak dalam kandungan istri saya itu kembar tapi baru tahu kalau kondisinya dempet dada dan perut setelah lahir," ungkap Fransiskus
Kepala Bidang Informasi, Pengembangan SDM, dan Rekam Medik Paulus Lameng mengatakan telah memberi kebijaksanaan terhadap proses perawatan bayi kembar siam tersebut.
Pihaknya juga telah mendapatkan konfirmasi dari dokter spesialis bedah dari RSUD dr Soetomo Surabaya melalui zoom meeting guna membantu operasi pemisahan bayi kembar siam itu.
Paulus Lameng juga berharap agar ada pihak yang mau membantu meringankan proses operasi yang akan dilakukan terhadap bayi kembar siam.
"Kami berharap, melalui teman-teman wartawan, ada pihak yang mau membantu meringankan beban orangtua dari bayi kembar siam tersebut sebab biaya yang dibutuhkan untuk proses operasi pemisahan cukup besar," pungkas Paulus. (Z-1)
Cafe Dapur Inches berlokasi di Pantai Harnus kota Lewoleba, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur.
Empat perempuan muda tersebut yakni Yola, asal Kota Kupang, Karmelita asal Kabupaten Nagekeo, Ina, asal Kabupaten Lembata dan Helda asal Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Yuk dukung film Women from Rote Island, film karya sineas Jeremias Nyangoen.
Ada versi untuk anak-anak dengan gerakan lebih mudah, sedangkan untuk lansia meminimalisir risiko cedera
Insan Bumi Mandiri dan ASEAN Foundation memberdayakan masyarakat di wilayah pedalaman, khususnya di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Untuk mendorong daya saing usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), Bentoel Group meluncurkan program Bangun Karya.
Kedua bayi mengalami dempet di bagian dada dan perut. Selain itu, jaringan lever dan selaput jantung mereka juga menyatu.
UNICEF mengatakan seluruh biaya operasi dan logistik lainnya tertutup oleh sumbangan dari berbagai donor.
Saat ini, bayi kembar itu, Ahmed dan Mohammed, berada dalam kondisi sehat.
Lebih dari 150.000 orang telah tewas dalam kekerasan dan sistem kesehatan negara itu telah hancur. PBB menggambarkan kondisi itu sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Bayi kembar itu, Arthur dan Bernardo Lima, dikategorikan sebagai kembar craniopagus, kondisi langka dengan tengkorak mereka menyatu.
Prosesi pemisahan keduanya melibatkan 30 tenaga medis dan berjalan selama 10 jam.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved