GUBERNUR Sumatra Utara Edy Rahmayadi memberi penegasan bahwa pers pertama di Indonesia lahir di Sumatra Utara dengan nama Benih Merdeka.
Hal itu diungkapkannya sebelum membuka HPN Expo yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2023, di Kawasan Astaka, Pancing, Kabupaten Deli Serdang, Selasa (7/2).
Pada kesempatan itu Edy menuturkan, selama ini surat kabar Bromartani
dikenal sebagai pers tertua di Indonesia. Sejarah mencatat Bromartani adalah surat kabar berbahasa dan beraksara Jawa yang terbit pertama kali di Surakarta pada 29 Maret 1855.
Surat kabar ini adalah surat kabar pertama yang berbahasa Jawa dan
merupakan surat kabar terawal yang terbit dalam bahasa selain bahasa
Belanda.
Namun dalam rangkaian kegiatan HPN 2023, kata Edy, muncul bukti bahwa pers tertua di Indonesia adalah surat kabar yang berasal dari Sumatra Utara.
"Di Sumatra Utara pada 1836 sudah terbit surat kabar bernama Benih Merdeka," ungkapnya.
Karena itu, surat kabar Benih Merdeka berusia lebih tua dari Bromartani.
Dengan demikian, Edy menegaskan bahwa pers Indonesia pertama kali lahir di Sumatra Utara.
Lebih lanjut, dia memastikan, dewasa ini peran pers sangat vital bagi
pemerintah. Salah satunya adalah menyosialisasikan kinerja pembangunan
kepada masyarakat.
Perjalanan panjang
Ketua PWI Pusat Atal S Depari mengatakan, pers Indonesia sudah menempuh
perjalanan yang panjang. Sejak Tirto Adi Suryo menerbitkan surat kabar
Priyayi seabad lalu.
Meski koran tersebut tidak berumur panjang, tetapi itu merupakan pers
pertama di Hindia Belanda yang dikelola orang-orang pribumi. Hal yang lebih penting dari torehan sejarah itu adalah semangat kebangsaan.
"Lewat koran tersebut benih-benih semangat kebangsaan ditularkan ke seluruh rakyat yang sedang dalam cengkeraman tangan penjajah," paparnya.
Setelah membuka HPN Expo, Gubernur Edy Rahmayadi juga membuka Pameran Tiga Abad Perjalanan Pers Indonesia. Areal pameran ini berada di dalam venue HPN Expo.
Atal menyampaikan, melalui pameran ini HPN 2023 ingin menampilkan
perjalanan pers dari masa ke masa. Yang mana pameran tersebut menampilkan setidaknya 300 koleksi surat kabar tempo dulu yang dapat dilihat langsung pengunjung. (N-2)