Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
KEPALA Stasiun Klimatologi Yogyakarta, BMKG, Reni Kraningtyas menyampaikan, berdasarkan monitoring perkembangan ikim di wilayah D.I Yogyakarta, pada dasarian Il Januari 2023 (pertengahan Januari 2023), secara umum, wilayah D.I Yogyakarta masih dalam periode musim hujan. Fenomena La Nina diprakirakan akan terus melemah dan berlangsung hingga Maret 2023.
Berdasarkan pengamatan gejala fisis dan dinamika atmosfer - laut terkini, ia menyebut, pergerakan monsun asia/angin baratan yang biasanya membawa uap air melemah. "Dominasi angin di atas wilayah Jawa khususnya D.I Yogyakarta berasal dari Selatan yang dominan bersifat kering," kata Reni, Rabu (25/1/2023).
Anomali suhu permukaan laut di Samudera Hindia Selatan Jawa, lanjut dia, pada Januari dasarian ll, yaitu -0.1 °C sd 0.25 °C. Kondisi tersebut diperkirakan akan menjadi netral (-0.25 °C s.d 0.25 °C) dan akan berlangsung sampai dengan bulan Mei 2023.
Fenomena La Nina pada Desember 2022 dasarian Ill dalam kategori lemah. Pada Januari 2023, La Nina masih dalam kategori lemah dengan indeks ENSO -0 65. "Kemudian diprakirakan akan terus melemah dan berlangsung hingga Maret 2023," kata dia.
Indian Ocean Dipole(IOD) menunjukkan kondisi netral dengan indeks -0.04 (penambahan suplai uap air di wilayah Indonesia bagian barat tidak signifikan) dan diprakirakan akan bertahan hingga Juli 2023.
Beberapa kondisi dinamika atmosfer dan laut di atas menyebabkan beberapa hari terakhir ini cuaca cerah dan tidak terjadi hujan. Pihaknya memperkirakan, kondisi seperti ini berlangsung tidak lama sekitar 3 hingga 5 hari ke depan dan akan kembali ke kondisi normal (potensi hujan kembali ada).
Dalam tiga bulan ke depan, pihaknya memprakirakan, curah hujan di wilayah D.1 Yogyakarta akan bervariasi.
Curah hujan bulan Februari 2023 dengan kriteria menengah - tinggi berkisar 201 - 500 mm bulan. Curah hujan bulan Maret 2023 dengan kriteria menengah - tinggi berkisar 151 - 400 mm/bulan. Sementara itu, curah hujan bulan April 2023 dengan kriteria rendah - tinggi umumnya berkisar 0 - 500 mm/bulan.
"Masyarakat dihimbau agar waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi yang terjadi pada periode musim hujan 2022/2023 di wilayah D.1. Yogyakarta," pesan dia.
Untuk para petani, mereka diimbau supaya mulai mempersiapkan pola tanam yang sesuai dengan kondisi tersebut agar tidak mengalami gagal panen. "Senantiasa memperbarui informasi iklim di wilayah D.I. Yogyakarta melalui media sosial BMKG," tutup dia. (OL-13)
Baca Juga: BMKG: Gempa Magtudo 4,7 Cianjur Akibat Sesar Cugenang
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis prakiraan cuaca untuk wilayah DKI Jakarta, periode Kamis 17 Juli 2025.
Menurut BMKG Jawa Barat, empat wilayah tersebut adalah Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur dan Bandung Barat. Prakiraan cuaca keempatnya berpotensi diguyur hujan ringan hingga lebat.
BMKG kembali mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem untuk esok hari, Rabu, 16 Juli 2025. Setidaknya 16 wilayah di Indonesia terancam hujan lebat
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis prakiraan cuaca untuk wilayah DKI Jakarta, periode Rabu, 16 Juli 2025. Seluruh kawasan ibu kota diprediksi cerah sepanjang hari.
Tujuh wilayah tersebut antara lain kabupaten dan kota Bogor, Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Bandung Barat, Cimahi, dan Purwakarta.
Untuk kota-kota besar di Indonesia, akan mengalami potensi berawan, berawan tebal, udara kabur, hujan ringan, hujan sedang, hingga hujan
BMKG menyediakan data meteorologi dan klimatologi yang dimanfaatkan Korika untuk mengembangkan model AI dalam mendukung deteksi dan mitigasi risiko kesehatan akibat perubahan iklim.
BADAN Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bekerja sama dengan British Council memberangkatkan 23 pegawai ke beberapa universitas di Inggris.
Di Bumi, hujan adalah proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di daratan.
Musim semi terjadi saat periode atau masa peralihan dari musim dingin ke musim panas. Kondisi ini berkaitan dengan posisi kemiringan Bumi terhadap Matahari.
Fenomena ini tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis maupun ekstrem
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved