Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

BMKG: Equinox Fenomena Biasa tidak Menyebabkan Serangan Panas

Indriyani Astuti
25/3/2019 12:03
BMKG: Equinox Fenomena Biasa tidak Menyebabkan Serangan Panas
ANTARA FOTO/Fikri Yusuf(ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)

BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menanggapi beredarnya berita yang menyebutkan adanya fenomena Equinox. Menurut BMKG, fenomena itu tidak mengakibatkan sun stroke atau serangan panas dan menyebabkan dehidrasi.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono Rahadi Prabowo menjelaskan equinox adalah salah satu fenomena astronomi saat matahari melintasi garis khatulistiwa dan secara periodik berlangsung dua kali dalam setahun, yaitu tanggal 21 Maret dan 23 September.

Saat fenomena ini berlangsung, matahari dengan bumi memiliki jarak paling dekat dengan wilayah tropis sekitar ekuator sehingga mendapatkan penyinaran matahari maksimum. Meski demikian, fenomena ini tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis maupun ekstrem.

Baca juga : BMKG-British Council Kirim 23 Pegawai ke 9 Perguruan Tinggi Inggris

“Secara umum, diketahui rata-rata suhu maksimum di wilayah Indonesia berada dalam kisaran 32-36°C,” terang Prabowo melalui siaran pers, Senin (25/3).

Berdasakan pengamatan BMKG, suhu maksimum tertinggi pada hari Sabtu 23 Maret 2019 tercatat 37,6°C di Meulaboh, Aceh.

“Equinox bukan merupakan fenomena seperti gelombang panas atau heat wave yang terjadi di Eropa, Afrika dan Amerika yang merupakan kejadian peningkatan suhu udara ekstrem di luar kebiasaan dan berlangsung dalam waktu cukup lama,” ujar Prabowo.

Baca juga : Stasiun Klimatologi DIY: Fenomena La Nina akan Melemah hingga Maret

Menyikapi hal ini, BMKG mengimbau masyarakat untuk tidak perlu mengkhawatirkan dampak dari equinox sebagaimana disebutkan dalam isu yang berkembang. Sebab secara umum kondisi cuaca di wilayah Indonesia cenderung masih lembab atau basah. Hanya beberapa wilayah Indonesia yang sedang memasuki periode transisi atau pancaroba.

"Ada baiknya, masyarakat tetap mengantisipasi kondisi cuaca yang cukup panas dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan tetap menjaga kesehatan keluarga serta lingkungan," tukasnya.(OL-5)

Baca juga : Gempa Susulan Guncang Kalimantan Selatan



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya