Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Indahnya Perbukitan Kawasan Tahura Sultan Adam

Denny Susanto
31/5/2022 18:50
Indahnya Perbukitan Kawasan Tahura Sultan Adam
Hamparan keindahan alam di perbukitan kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam(MI/DENNY SUSANTO)


MENYAKSIKAN panorama alam dari puncak-puncak perbukitan kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam sangat menakjubkan. Saat senja, di atas ketinggian sekitar 300 meter di atas permukaan laut, mata dimanjakan dengan hamparan alam yang mempesona.

Keindahan sang mentari saat terbit atau tenggelam, hamparan awan menyelimuti punggung perbukitan, kerlap-kerlip lampu kota saat malam maupun panorama alam lainnya membuat kawasan Tahura menjadi favorit bagi para pendaki, selain puncak Pegunungan Meratus.

Walau ketinggiannya tidak seperti gunung-gunung berapi, rute pendakian puncak-puncak bukit yang oleh warga desa juga disebut gunung tersebut tidaklah mudah. Terlebih untuk menjangkau puncak-puncak bukit yang belum dikelola sebagai objek wisata atau bahkan perbukitan perawan, karena letaknya yang tersembunyi.

Kawasan Tahura Sultan Adam memiliki luas mencapai 112 ribu hektare, membentang di dua kabupaten yakni Banjar dan Tanah Laut. Kawasan ini di dalamnya terdapat beragam spot wisata, baik yang dikelola pemerintah daerah melalui UPT Tahura Sultan Adam maupun dikelola masyarakat (badan usaha milik desa wisata).

Kawasan wisata Tahura Mandiangin dan Tahura Bukit Batu adalah dua lokasi kawasan wisata yang dikelola pemerintah daerah. Selain itu ada banyak obyek wisata alam serupa yang dikelola masyarakat. Termasuk kawasan Waduk Riam Kanan dengan keindahan gugusan pulau-pulau menyerupai Raja Ampat, yang menjadi surga bagi para penghobi mancing.

Salah satu bagian kawasan Tahura yang belum dikembangkan sebagai objek wisata adalah Desa Pulau Nyiur, di Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar. Di wilayah ini juga terdapat beberapa bukit yang disebut Gunung Gelondong, Gunung Salak dan Gunung Melati.

Karena belum dikelola sebagai objek wisata, untuk berkunjung ke lokasi ini harus mendapatkan izin aparat desa atau petugas pos pemantau api. Dari ibu kota kabupaten, Desa Pulau Nyiur dapat dijangkau kurang lebih satu jam menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat dengan akses yang cukup baik, meski beberapa ruas jalan belum beraspal.

"Wilayah Pulau Nyiur ini masuk kategori lahan kritis dan mudah terbakar sehingga dijaga petugas kehutanan. Di sini juga ada kegiatan rehabilitasi daerah aliran sungai," ungkap Abdul Majid, warga desa yang menjadi salah seorang petugas jaga kawasan tersebut.

Tanpa Nama

Selain keindahan kawasan perbukitan, di kawasan ini juga terdapat riam atau air terjun yang sangat indah. Letaknya tersembunyi di lembah Gunung Gelondong yang memiliki hutan cukup lebat dan belum ada nama.

Riam ini berair jernih dengan debit air stabil meski di saat kemarau dan menjadi sumber air bagi ratusan warga di dua desa sekitar.

"Riam dan keindahan alam perbukitan di sini sangat potensial jika dikembangkan sebagai obyek wisata. Apalagi aksesnya tidak terlalu sulit," tutur Dwi Putera Kurniawan, Ketua Serikat Petani (SPI) Kalsel, saat berkunjung ke Desa Pulau Nyiur.

Beberapa warga desa menuturkan bahwa masih banyak terdapat binatang jenis rusa (menjangan) dan kancil (pelanduk) di kawasan hutan sekitar yang kerap diburu masyarakat. (N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : NUSANTARA
Berita Lainnya