Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
POPULASI hama belalang kembara yang semakin meningkat menarik perhatian Tani Centre IPB University. Digandeng Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Tani Centre IPB melakukan pemetaan populasi dan eksplorasi musuh alami belalang kembara.
Kepala Tani Centre IPB Prof. Dr. Hermanu Triwidodo, M.Sc mengatakan saat ini keberadaan hama belalang kembara sudah mulai mengkhawatirkan. "Kegiatan pemetaan dan eksplorasi selama sepekan di Pulau Sumba mengumpulkan data-data yang diperlukan tim untuk menentukan rekomendasi strategi pengelolaan belalang kembara ke depan," kata Hermanu dalam keterangannya di Bogor, Jumat (25/3).
Hermanu juga menegaskan perlu aksi nyata dari para pihak, termasuk IPB. Aksi nyata ini, kata dia, dilakukan untuk mengantisipasi agar tidak terjadi ledakan hama belalang kembara sebagaimana yang pernah terjadi pada dekade 1970-an. "Apabila tidak dilakukan penanganan, dikhawatirkan belalang kembara akan mengancam produksi pangan Pulau Sumba. Belalang kembara merupakan hama endemik di Pulau Sumba. Sekarang populasinya mulai meningkat," ujarnya.
Tani Centre IPB merupakan salah satu komponen dari Tim Pengembangan Teknologi Pengendalian Hama Belalang Kembara Ramah Lingkungan di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tim ini dibentuk oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan.
Dalam tim ini terlibat sejumlah pakar, mulai dari dunia pendidikan seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Timor, dan Universitas Cendana. Ada juga Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Jatisari, Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), dan BPTP Provinsi NTT. "Pembentukan tim ini merupakan salah satu tindak lanjut pengelolaan belalang kembara di Pulau Sumba," kata Dr. Mohammad Takdir Mulyadi, Direktur Perlindungan Tanaman Pangan yang juga menjadi ketua tim.
Mulyadi mengatakan penanganan hama belalang kembara dalam jangka panjang akan diupayakan dengan konsep pengendalian hama terpadu (PHT) dengan memanfaatkan teknologi pengendalian ramah lingkungan. "Tim akan melakukan eksplorasi agens pengendali hayati spesifik Pulau Sumba yang akan dimanfaatkan untuk mengendalikan belalang kembara yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Selain ini, akan diupayakan konservasi musuh alami yang sekarang populasinya sudah langka."
Mulyadi menjelaskan selama seminggu, tim telah mengumpulkan data-data melalui monitoring secara langsung di berbagai kecamatan yang menjadi kantung populasi belalang kembara yang ada di pulau Sumba (Kabupaten Sumba Timur dan Sumba Tengah) dan Pulau Timor (Kabupaten TTU dan Belu). Beberapa strategi yang direkomendasikan oleh tim, kata dia, di antaranya konservasi musuh alami melalui peraturan perundangan seperti perlindungan burung branjangan Sumba.
Baca juga: Polisi Tangkap Dua Pelaku Curanmor di Sidoarjo
Rekomendasi lain yakni menggali potensi pengendalian ramah lingkungan seperti agens pengendali hayati, parasitoid, dan predator, memanfaatkan potensi belalang kembara sebagai bahan pakan ternak, serta membangun database terkait belalang kembara. "Dengan penetapan strategi tersebut diharapkan para stakeholders yang terkait dapat bersinergi untuk bekerja sama menyelesaikan permasalahan hama endemik Pulau Sumba tersebut," kata Mulyadi. Secara umum, pakar yang telah melakukan pengamatan ialah Prof. Dr. Hermanu Triwidodo, M.Sc (IPB), Dr. Paulus Taek, M.S. (Univ. Nusa Cendana), Dr. Nikolas Nik, SP., M.Si serta Aloysius Rusae, SP. M.Si (Univ. Timor). Para pakar telah bekerja selama sepekan, mulai 14 Maret lalu. (RO/OL-14)
Motivasi diberikan kepada para peserta MPLS di sela-sela kunjungannya ke Flores Timur selama dua hari
Benda itu meliputi 40 kilogram artefak hasil ekskavasi yang terbagi menjadi 15 kategori, termasuk perhiasan, alat bantu, keramik, gerabah, serta sisa kerangka dari 3 individu leluhur
Warga yang direlokasi berasal 2.209 keluarga. Mereka akan menempati lahan seluas 130 hektare.
KOMUNITAS Bidara di Mbay, Kabupaten Nagekeo, Flores, NTT, melakukan kegiatan sosialisasi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim bagi para pemuda, pelajar, nelayan, petani, mahasiswa.
Indonesia Eximbank (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia/LPEI) meluncurkan program Desa Devisa Tenun NTT untuk memberdayakan para penenun tradisional di wilayah NTT.
Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena mengatakan proyek ini akan berlalan selama enam tahun dengan menargetkan sekitar 45.000 rumah tangga petani.
Alang-alang terbukti menjadi rumah alami bagi serangga parasit, yakni musuh alami yang mampu menekan populasi hama pengganggu tanaman padi.
Kalau dengar kata serangga, yang terlintas di benak orang biasanya semut, kecoa, atau nyamuk. Padahal serangga memegang peran kunci dalam hampir semua proses ekologi.
Ulat grayak musim gugur (fall armyworm) telah menjadi hama global yang mengancam ketahanan pangan di lebih dari 80 negara.
Selain membawa bakteri penyebab penyakit, kecoa juga memiliki kemampuan bertahan hidup yang luar biasa, bahkan dalam kondisi ekstrem.
Bagi pemula yang ingin memiliki tanaman minim perawatan, ini 5 pilihan tumbuhan hias yang dikenal tahan terhadap hama.
Tikus merupakan salah satu hama utama tanaman pertanian yang dapat mengancam penurunan produksi, khususnya padi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved