Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon Hubbul Wathon minal Iman Wala Takun minal Hirman Inhadlu Alal Wathon Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon Hubbul Wathon minal Iman Wala Takun minal Hirman Inhadlu Alal Wathon...
Lagu ini berkumpandang pada hari Minggu (13/2) siang di Masjid Nurul Huda, Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Menyambut kedatangan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang kembali berkunjung di Desa Wadas. Hanya didampingi jajarannya dan tanpa pengawalan polisi, Ganjar tiba dengan mengenakan baju warna putih dan berpeci hitam, sekitar pukul 12.30WIB. Kedatangan Ganjar Pranowo langsung disambut oleh warga yang berada di lingkungan masjid.
Tak nampak adanya ketegangan dan bahkan seolah tak terjadi apa-apa. Mereka menyambut kedatangan Ganjar Pranowo dengan hangat dan ramah. Beberapa warga sempat menyapa Ganjar Pranowo. Demikian pula, Ganjar menyapa warga yang ada di lokasi bahkan sempat menyapa Nurhadi, salah satu warga Wadas yang ditangkap. Nurhadi ini sempat video call dengan Ganjar.
Kepada Nurhadi, Ganjar menanyakan kabar dan kesehatannya saat ini. Tak hanya itu, Gubernur juga menawarkan pemeriksaan kesehatan bagi Nurhadi, termasuk pula di-rontgent bila perlu untuk mengetahui penyebab sakitnya.
Namun, Nurhadi dengan halus menolak dan menyatakan cukup diurut saja akan segera sembuh. "Pak Nurhadi ini nanti dipejitke nggih," kata Ganjar.
Setelah tiba di lokasi dan bertemu warga, Ganjar menyempatkan shalat Dzuhur di masjid tersebut. Seusai shalat, Ganjar lesehan bersama warga di teras serambi. Dialog antara warga dengan Gubernur ini berjalan akrab. Beberapa kali Ganjar Pranowo terlihat tertawa atau tersenyum ketika mendengar ucapan warga.
Bahkan beberapa warga bercerita pengalaman yang tidak menyenangkan pada 8 Februari lalu. Bagaimana pengalamannya saat ditangkap.
"Kami takut pak, suami saya ditangkap tanpa tahu masalahnya. Sekarang di rumah dan kalau lihat polisi atau pria asing berbaju hitam jadi ketakutan. Setiap hari mengurung diri di rumah, pintu selalu dikunci. Anak-anak juga trauma pak," kata Waliyah, salah satu warga.
Warga lain, Ana menceritakan, ia dan suaminya ditangkap oleh pihak kepolisian saat konflik terjadi. Suaminya ditangkap saat sedang berada di perjalanan menuju Purworejo, sementara dirinya ditangkap saat berada di desa.
"Kasihan anak saya pak, masih kecil. Bagaimana rasanya ditinggal kedua orang tuanya yang ditangkap polisi, pak. Kami warga masih trauma," katanya.
Ganjar dengan sabar mendengar cerita-cerita dan tuntutan warga itu. Sebelum mengawali sambutannya, Ganjar meminta maaf atas peristiwa yang terjadi.
"Kulo nyuwun ngapuro kalih panjenengan (saya minta maaf pada bapak/ibu) atas peristiwa yang terjadi. Makanya saya datang ke sini secara langsung. Yang kedua, saya ke sini ingin mendengarkan langsung dari masyarakat dari persoalan yang ada. Saya juga ingin takziah, karena mendengar ada sesepuh di desa Wadas yang meninggal, semoga husnul khotimah," kata Ganjar mengawali obrolan.
Usai mendengarkan keluhan warga, Ganjar mengatakan akan menindaklanjuti. Sejumlah pihak yang berkepentingan akan diajak dialog terkait hal ini.
"Ada tiga hal yang akan kita kerjakan setelah pertemuan ini, pertama kita akan melakukan evaluasi teknis, kedua metode pendekatan dan ketiga terkait apa yang selama ini menjadi polemik, apakah yang pro atau kontra. Nah yang ketiga ini sepertinya kurang, makanya saya datang ke sini dan ingin mendengarkan secara langsung," ucapnya.
Disinggung terkait apakah tuntutan warga untuk mencabut izin lokasi penambangan, Ganjar mengatakan hal itulah yang akan dibicarakan secara teknis.
"Belum, itu masalah teknis yang harus kita bicarakan. Tidak sekedar bicara cabut atau tidak cabut, tapi itu teknis. Itu yang saya katakan evaluasi teknis yang akan kami lakukan. Semua opsi masih ada peluang, makanya kita bicarakan," pungkasnya.
Sementara untuk membantu warga, Tim Respon DMC Dompet Dhuafa, mendirikan dapur umum, hingga tiga hari ke depan. Ketua Tim Respon DMC Dompet Dhuafa Erwandi Saputra menjelaskan saat ini ada dua dapur umum yang melayani warga. "Tidak membedakan yang pro atau kontra," katanya.
Untuk mengurangi barang terbuang, warga yang memerlukan diminta mengambil sendiri di tempat yang disediakan. Keberadaan dapur umum ini melibatkan pula warga setempat baik untuk membantu mempersiapkan dan juga penyediaan peralatan pendukung memasak. (OL-13)
Baca Juga: Peringati HUT Kota Surakarta ke-277 Dengan Napak Tilas Kepemimpinan Mangkunegoro VI
Muhammadiyah tetap memiliki misi membela yang lemah yang sesuai dengan semboyan dari Muhammadiyah, yaitu Penolong Kesengsaraan Oemat (PKO)
KONFLIKÂ warga desa di Kawasan Pegunungan Kendeng dengan Ganjar Pranowo masih menyisakan luka, akibatnya mereka sepakat menyatakan Anti-Ganjar dan PDI Perjuangan
Direktur Bumdes Wadas, Fuad Rofik mengatakan, studi banding ini dimaksudkan untuk memelajari kunci keberhasilan BUMDes di wilayah lain.
SITUASI di Desa Wadas Kecamatan Bener, Purworejo semakin kondusif. Kini tinggal 8 bidang saja yang belum diserahkan dari 617 bidang yang direncanakan.
SEBANYAK 22 warga pemilik 34 bidang di Desa Wadas yang sempat menolak keras penambangan lahan kuwari, akhirnya secara suka rela menyerahkan berkas untuk dilakukan pengukuran.
Sikap Ganjar Pranowo yang langsung mendatangi warga Desa Wadas, baik yang pro maupun kontra merupakan sikap pemimpin yang peduli terhadap rakyatnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved