Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Raih Simpati, Partai Gelora Usung Isu Lingkungan

Bayu Anggoro
28/11/2021 17:15
Raih Simpati, Partai Gelora Usung Isu Lingkungan
Pengurus Partai Gelora saat melakukan penanaman pohon di Kabupaten Bandung(MI/BAYU ANGGORO)

 

AROMA kampanye untuk pemilu legislatif 2024 semakin terasa.
Kali ini gaung kontestansi dilakukan Partai Gelora dengan mengusung isu lingkungan.

Bertempat di Kampung Cikoneng 3, Desa Cibiru Wetan, Kecamatan Cileunyi,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (28/11), partai pimpinan Anis
Matta ini mencoba menarik simpati publik dengan menggagas gerakan
melawan perubahan iklim. Mereka menggulirkan program 'Gelora Tanam 10 juta Pohon".

Pada kesempatan itu, seluruh petinggi partai tersebut hadir langsung di
kaki Gunung Manglayang. Di antara mereka ialah Ketua Umum Anis Matta, Wakil Ketua Umum Fahri Hamzah, Sekretaria Jenderal Mahfud Sidik, dan Ketua DPW Partai Gelora Jawa BaraT Haris Yuliana. Kehadiran mereka  disambut kader, simpatisan, dan warga setempat serta kesenian tradisional reak.

Anis mengatakan acaranya ini sebagai deklarasi perlawanan terhadap
perubahan iklim yang dinilainya sudah dalam kondisi darurat. "Gerakan
perlawanan perubahan iklim melalui gerakan Gelora Tanam 10 Juta Pohon
ini dilakukan secara serentak oleh seluruh kader dan simpatisan Partai
Gelora di seluruh Indonesia," katanya.

Dalam kesempatan itu, Anis pun sempat menyapa secara virtual kadernya di 33 provinsi yang juga tengah melakukan penanaman pohon. "Kita berkumpul hari ini untuk memulai satu tekad, di Kampung Cikoneng ini, kita ingin deklarasikan semangat melawan perubahan iklim karena Indonesia sudah menghadapi darurat perubahan iklim," katanya.

Menurut Anis, pertumbuhan ekonomi yang luar biasa sejak revolusi
industri telah membawa dampak besar, yakni kerusakan lingkungan. Kondisi tersebut mengakibatkan perubahan iklim yang memicu berbagai bencana alam seperti longsor, banjir, hingga perubahan iklim.

"Akibat perubahan suhu, udara naik begitu cepat. Perlahan-lahan kita
merasakan bukan hanya banyaknya bencana tanah longsor, banjir, kebakaran hutan, tapi yang lebih buruk tempat hunian kita perlahan-lahan semakin tidak nyaman dihuni," katanya.

Menurutnya, lingkungan harus senantiasa dijaga, sehingga kehidupan manusia pun terjaga. "Kalau planet ini tidak nyaman dihuni, tidak enak lagi kita mengucapkan i love you kepada kekasih kita karena planet yang kita tempati tidak nyaman dan semua kemakmuran ini tidak bisa kita nikmati, kalau tempat hunian tidak nyaman akibat bencana, akibat perubahan iklim," katanya.

Anis juga menyatakan bahwa gerakan Gelora Tanam 10 Juta Pohon sebagai
wujud kecintaan seluruh kader dan simpatisan Partai Gelora kepada Tanah
Air sekaligus memperkokoh kehadiran Partai Gelora. Gerakan ini akan
berlanjut hingga dua tahun ke depan.

Tanpa ragu, Anis pun menyebut gerakan ini sebagai caranya untuk meraih
simpati masyarakat agar meraih kesuksesan di ajang pemilu 2024. "Gerakan ini akan memperkokoh keberadaan Partai Gelora karena kita tidak hanya ada di permukaan bumi, melainkan juga di dalam tanah dengan pohon yang kita tanam," tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Anis juga mengatakan bahwa politik yang selama ini dianut Indonesia adalah politik kelompok yang berdampak pada banyaknya 'tembok penghalang'. Akibat banyaknya dinding pemisah itu, dia menilai bahwa kerja sama seluruh elemen bangsa sulit dilakukan.

"Gelora lahir di tengah krisis dan tujuan kita adalah meruntuhkan
tembok-tembok itu, lalu kita bangun jembatan dan bertemu di tengah, baru kita bicara apa masalah kita. Isu perubahan iklim ini tidak ada
hubungannya dengan kelompok kiri dan kanan, ini ancaman terbesar, lebih
besar dari ancaman perang sekalipun karena ini menjadi ancaman keamanan
nasional," katanya.

Ketua DPW Partai Gelora Jawa Barat Haris Yuliana menambahkan, gerakan
Gelora Tanam 10 Juta Pohon merupakan sebuah gerakan besar dan strategis
dalam melawan isu perubahan iklim. Tidak hanya di Indonesia, namun juga
di seluruh dunia.

"Jadi, ini adalah sebuah gerakan besar, gerakan strategi, dan gerakan
perlawanan. Mudah-mudahan Jabar jadi titik ledak perubahan iklim yang
diharapkan membawa perubahan bagi global, khususnya Indonesia," kata
Haris. (N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : NUSANTARA
Berita Lainnya