Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
DATA Badan Pusat Statistik (BPS) membuktikan bahwa persentase penduduk miskin di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) periode Maret 2021 menempati urutan ke-4 terendah se-Indonesia, setelah Bali, DKI Jakarta, dan Kalimantan Selatan.
Dengan laporan BPS tersebut, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Babel kembali menorehkan prestasi dalam menekan angka kemiskinan.
"Data series persentase penduduk miskin di Babel periode Maret 2015 hingga Maret 2021 menunjukan bahwa, pada Maret 2021 persentase penduduk miskin di Babel berada di angka 4,9%," ujar Koordinator Fungsi Statistik Sosial BPS Babel, Harjo Teguh Ilmiana saat dihubungi via telepon selularnya.
"Artinya hanya 4,9% penduduk Babel yang pengeluaran perkapitanya di bawah garis kemiskinan, yakni 752.203 (untuk memenuhi kebutuhan kalori per hari 2100 kkal dibutuhkan sebesar 752.203)," jelas Harjo.
Dengan angka 752.203, menjadikan Babel meraih peringkat teratas terkait garis kemiskinan tingkat provinsi, meninggalkan jauh rata-rata nasional yang hanya 472.525.
Sebagai informasi bahwa semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.
Berdasarkan release resmi BPS Babel tanggal 15 Juli 2021, disebutkan bahwa jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode 2008 hingga Maret 2021 berfluktuasi dari tahun ke tahun, tetapi menunjukkan tren yang menurun.
Pada periode 2008 hingga Maret 2021 jumlah penduduk miskin di Babel menurun sebanyak 13,99 ribu orang, yaitu dari 86,70 ribu orang pada tahun 2008 menjadi 72,71 ribu orang pada Maret 2021.
"Semakin kecil jumlah penduduk miskinnya berarti relatif kesejahteraan masyarakatnya semakin baik," jelas Harjo Teguh Ilmiana.
Tak hanya itu, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk yang diukur berdasarkan gini ratio periode Maret 2021 menempatkan Babel pada posisi terendah se Indonesia dengan capaian 0,256 persen, sementara rata-rata nasional 0,384%.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk di Babel juga mengalami penurunan.
Adapun indikator tingkat kemiskinan selama periode September 2020-Maret 2021 dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti :
1. Perekonomian yang cenderung semakin membaik dibandingkan dengan kondisi saat awal Pandemi Covid-19 berdampak pada perubahan perilaku serta aktivitas ekonomi penduduk yang mendorong terjadinya penurunan angka kemiskinan;
2. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Babel, rata-rata pengeluaran penduduk desil pertama (kelompok 10% ke bawah) di daerah perkotaan mengalami peningkatan pada periode September 2020-Maret 2021 yaitu sebesar Rp 708.552.
3. Distribusi pengeluaran pada 40 persen penduduk terbawah dan 20% penduduk teratas baik di daerah perkotaan maupun perdesaan mengalami kenaikan. Kenaikan distribusi pengeluaran untuk kelompok 40% penduduk terbawah di daerah perdesaan sebesar 1,40%.
4. Kondisi perekonomian Babel pada triwulan I 2021 tumbuh jika dibandingkan kondisi triwulan III-2020. Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2021 terhadap triwulan III-2020 tumbuh sebesar 0,85%.
5. Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Babel, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2021 sebesar 5,04%, naik 1,69 poin persen dibanding TPT pada Februari 2020 sebesar 3,35%. Penduduk usia kerja yang terdampak Covid-19 sebanyak 70.473 orang atau 6,33%.
Menanggapi hal tersebut, Plt. Kepala Biro Ekonomi dan Pembangunan Setda Pemprov. Babel, Ahmad Yani mengatakan bahwa garis kemiskinan yang berada diangka 752.203, menandakan bahwa masyarakat Babel yang berpenghasilan di bawah angka tersebut setiap bulannya dikategorikan miskin. Sehingga garis kemiskinan di angka 752.203, menurutnya termasuk angka yang besar dibandingkan provinsi lainnya di Tanah Air.
"Selain itu, indeks gini ratio kita juga kecil, yang membuktikan bahwa kesenjangan penghasilan antar masyarakat tak berbeda jauh. Artinya distribusi penghasilan masyarakat Babel bisa dikatakan hampir sama dan merata," ungkapnya.
Capaian tersebut menurutnya tak terlepas dari upaya dan komitmen Gubernur Babel Erzaldi Rosman dalam dalam meningkatkan ekonomi Babel, terlebih untuk bisa keluar dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19 yang berimbas banyaknya pemutusan kerja oleh perusahaan.
"Berbagai program dilakoni untuk kembali menggeliatkan perekonomian Babel, mulai dari relaksasi sektor pertambangan timah, peningkatan harga komoditas unggulan seperti timah, lada putih, sawit dan karet," ujarnya.
"Terlebih lagi Bangka Belitung menjadi pilihan investor untuk pengembangan berbagai komoditi, seperti udang vaname," tambah Ahmad Yani.
Pada sektor pariwisata juga, menurut Yani, kini mulai menggeliat. Gebrakan-gebrakan Gubernur di sektor ini terus dilakukan, seperti pengadaan event pariwisata serta menambah rute penerbangan menuju Babel.
"Kebijakan terutama di sektor pariwisata membuat membuat sektor usaha mulai memiliki daya ungkit yang besar kepada sektor-sektor ekonomi yang lainnya," pungkasnya. (RO/OL-09)
Penyaluran bantuan sosial (bansos) yang mengacu pada Data Terpadu Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) akan lebih baik.
Lembaga Riset dan Data Analisis Sigmaphi 118,73 juta orang atau 42,9% penduduk Indonesia pada tahun 2023 hidup dalam kondisi tidak layak.
Di balik keindahan alamnya yang memukau dan semangat masyarakatnya yang tak kenal lelah, Gorontalo masih bergulat dengan dua "luka" kronis: kemiskinan dan kesenjangan
SEKTOR usaha ultramikro, mikro, kecil dan menengah (UMKM) membutuhkan ekosistem yang sehat agar bisa naik kelas dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Kenaikan angka kemiskinan di Ibu Kota Jakarta pada Maret 2025 dipicu oleh berbagai faktor, termasuk peningkatan garis kemiskinan dan ketidakstabilan harga kebutuhan pokok.
Kemiskinan di wilayahnya masih tinggi terutama kategori miskin ekstrem yang jumlahnya mencapai 44.462 kepala keluarga. Sementara jumlah warga miskin tercatat 35.818 kepala keluarga.
Center of Economic and Law Studies (Celios) meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) turut mengaudit data pertumbuhan ekonomi triwulan II 2025 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS).
PRESIDEN Presiden Prabowo Subianto menginstruksikan pada jajaran kabinet Merah Putih untuk melakukan percepatan pengentasan kemiskinan ekstrem di desa
Tulus Abadi menuding angka pertumbuhan ekonomi yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) tidak tidak mencerminkan kondisi masyarakat di lapangan.
JAUH di atas ekspektasi pasar, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2025, y-o-y, mencapai 5,12%, meningkat dari 4,87% kuartal I 2025.
SULAWESI dan Jawa menjadi dua wilayah dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi pada triwulan II-2025.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua 2025 tumbuh sebesar 5,12% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved