Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Sajian Kopi Lokal dan Hasil Bumi Pegunungan Meratus Warnai HUT Walhi

Denny Susanto
16/10/2021 08:00
Sajian Kopi Lokal dan Hasil Bumi Pegunungan Meratus Warnai HUT Walhi
Perayaan HUT ke-41 Walhi di Kalsel(MI/Denny Susanto)

PEMOTONGAN nasi tumpeng Astakona dan sajian aneka panganan dari hasil bumi masyarakat petani Pegunungan Meratus menandai perayaan HUT ke-41 organisasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Provinsi Kalimantan Selatan.

Aneka hasil bumi dari berbagai daerah seperti kacang nagara Hulu Sungai Selatan, jagung manis Tanah Laut, semangka Tapin, pisang mahuli Balangan, juga gumbili ungu Hulu Sungai Tengah disajikan pada acara yang dihadiri sejumlah tokoh lingkungan serta jejaring Walhi ini. Tidak ketinggalan sajian minuman kopi lokal Kopi Meratus.

Direktur Eksekutif Walhi Kalsel Kisworo Dwi Cahyono menegaskan penyajian panganan lokal dari hasil panen petani ini menunjukkan rakyat Kalsel mampu berdaulat pangan. 

Baca juga: Kawasan Pantai Marina Labuan Bajo Terus Dipoles Jadi Potensi Wisata Nasional 

"Untuk mempertahankan daulat pangan ini, kelestarian lingkungan harus dijaga. Karena itu, rakyat berhak berdaulat atas ruang, tanah, air dan kesejahteraan ekonomi," ungkapnya.

Kisworo juga menyinggung kondisi Kalsel yang mengalami darurat ruang dan bencana ekologis. Separuh wilayah Kalsel sudah dikuasai izin pertambangan dan perkebunan kelapa sawit. 

"Yang tersisa adalah Pegunungan Meratus di wilayah Hulu Sungai Tengah. Itupun terancam ekspansi pertambangan maupun penebangan liar," ucap Kisworo sembari mengajak semua pihak untuk tetap menjaga kelestarian Pegunungan Meratus.

Sehari sebelumnya, Walhi bersama organisasi sayapnya dan sahabat Walhi menggelar aksi unjuk rasa damai dengan menyerukan penyelamatan pegunungan meratus di depan perkantoran Pemprov Kalsel di Banjarbaru.

Direktur Eksekutif Walhi Nasional periode 2008-2012 Berry Nahdian Furqon mengatakan sistem ekonomi dan pembangunan saat ini harus dikoreksi. Rakyat harus diberi ruang dalam pengelolaan kekayaan alam agar lebih berkeadilan dan berkelanjutan. 

"Kalsel, hari ini, masih dihadapkan pada persoalan serius terkait konflik agraria, tenurial, ancaman kerusakan lingkungan akibat eksploitasi sumber daya alam, serta ancaman bencana banjir dan karhutla," ujarnya.

Karena itu, menurut mantan Wakil Bupati Hulu Sungai Tengah itu, generasi Walhi saat ini hendaknya lebih gigih memperjuangkan kepentingan rakyat dan komitmen menjaga kelestarian pegunungan meratus. 

Gerakan Save Meratus harus didorong agar bisa menjadi agenda nasional pemerintah, melalui pembenahan kebijakan pengelolaan lingkungan di Kalsel.

Senada dengan Walhi, Ketua Serikat Petani Indonesia (SPI) Kalsel Dwi Putera Kurniawan menegaskan daulat pangan hanya dapat dicapai jika rakyat atau petani berdaulat atas ruang dan kelestarian lingkungan terjaga. 

"Sektor pertanian merupakan salah satu yang paling terdampak akibat kerusakan lingkungan," tutur Dwi Putera, saat berdialog dengan Pena Hijau Indonesia terkait persiapan kegiatan peringatan Hari Pangan Sedunia. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya