Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Bahuma, Praktik Bercocok Tanam dengan Kearifan Lokal

Denny Susanto
26/8/2021 07:00
Bahuma, Praktik Bercocok Tanam dengan Kearifan Lokal
Kegiatan berladang (bahuma) masyarakat adat di Pegunungan Meratus(MI/Denny Susanto)

MUSIM kemarau selalu diikuti dengan maraknya kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Kegiatan berladang (bahuma) masyarakat Suku Dayak Meratus yang membuka lahan pertanian dengan cara membakar acapkali dituding sebagai penyebab terjadinya karhutla.

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat luas karhutla di Kalsel sepanjang 2021 ini sudah mencapai lebih dari 2.000 hektare. Pemerintah melalui BPBD telah menerjunkan tim satgas darat dan satgas udara dengan mengerahkan helikopter water boombing untuk memadamkan karhutla.

Pembukaan lahan untuk berladang umumnya di sepanjang lereng-lereng bukit di kawasan Pegunungan Meratus dengan luas tiap ladang rata-rata 1-2 hektare. Kepala Adat Kecamatan Hantakan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Abdul Hadi mengatakan masyarakat Dayak Meratus dan suku dayak pada umumnya memiliki kebiasaan turun-temurun membuka lahan pertanian dengan cara membakar.

"Tradisi berladang atau bahuma dengan cara membakar itu sudah ada sejak jaman nenek moyang (leluhur). Bahuma bagi masyarakat adat berkaitan dengan persoalan religi dimana harus dijalankan melalui ritual adat sebagai bentuk penghormatan terhadap sang pencipta, leluhur serta dewi padi," ujar Abdul Hadi.

Sebagai bagian dari siklus bercocok tanam, bahuma dilaksanakan dengan beberapa tahapan yang merupakan sebuah kearifan lokal.

"Penentuan lokasi ladang diperoleh lewat mimpi dimana leluhur akan mengabarkan apakah lahan tersebut cocok atau tidak untuk ditanam. Jika tidak baik maka lokasi ladang harus dipindah atau tetap dilalukan dengan menggelar ritual permohonan izin dan memenuhi persyaratan sesuai mimpi," tuturnya.

Baca juga: Aruh Bawanang Ungkapan Syukur Hasil Panen Suku Dayak Meratus

Lahan yang sudah dibuka, sebelum dibakar digelar aruh (upacara adat) manugal. Biasanya dilaksanakan pada puncak musim kemarau yaitu bulan September-Oktober.

"Aruh manugal ini wajib dilaksanakan. Karena itu membuka lahan dengan cara membakar adalah bagian dari ritual masyarakat suku dayak," ungkap Abdul Hadi sembari meyakinkan bahwa proses pembukaan lahan ini tidak merusak hutan.

Masyarakat suku dayak memiliki metode membakar lahan secara aman yang diterapkan secara turun temurun. Untuk mengantisipasi kebakaran meluas, mereka membuat pembatas api atau sekat bakar. Proses bahuma mulai dari membuka lahan, membakar hingga menanam (manugal) dilaksanakan secara bergotong royong.

Abu dari sisa pembakaran lahan ini dipercaya berfungsi sebagai pupuk alami yang mampu menciptakan kesuburan tanah. Karena itu penggunaan pupuk kimia pada tanaman padi gunung dan holtikultura di ladang sangat minim, namun hasilnya panennya cukup baik.

Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Kabupaten Hulu SungainTengah Robi Putera menegaskan berladang bagi masyarakat suku dayak adalah praktik bercocok tanam dengan kearifan lokal, berdasarkan adat istiadat dan hukum adat.

"Berladang juga merupakan upaya melestarikan keanekaragaman hayati dan lingkungan," tegas Robi.

Budaya bahuma dengan cara membakar sudah dilakukan secara turun temurun dan tidak sampai menimbulkan Karhutla.

"Jika budaya bahuma sering dianggap pemicu Karhutla maka silakan datang untuk belajar bagaimana budaya berladang secara gilir balik yang dilakukan masyarakat adat," tambahnya.

Berladang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat adat yang tinggal di kawasan Pegunungan Meratus. Berladang adalah sebuah siklus budaya dan kepercayaan yang tidak boleh ditinggalkan serta selalu hidup dan tumbuh di tengah masyarakat adat sesuai perkembangan zaman. Makna berladang adalah meminta rejeki, keselamatan, memelihara alam dunia dan menjaga budaya leluhur. (OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik