Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Repatriasi Warga Australia dari Bali Bukan Akhir Pariwisata Pulau Dewata

Arnoldus Dhae
18/8/2021 08:20
Repatriasi Warga Australia dari Bali Bukan Akhir Pariwisata Pulau Dewata
Ilustrasi: Menikmati matahari terbenam di salah satu destinasi wisata Bali(Antara)

HARI ini, Rabu (18/8), akan ada sekitar 186 warga Australia yang dipulangkan ke negaranya (repatriasi). Mereka akan kembali ke negaranya karena situasi pandemi Covid19 yang melanda Indonesia dan Bali khususnya.

Menyikapi hal itu, pengusaha pariwisata Bali, Wayan Puspa Negara mengajak segenap stakeholder pariwisata di Pulau Dewata  agar tetap tenang dengan informasi tersebut. Sebab hal yang wajar bagi sebuah negara untuk melindungi warganya.

"Sebenarnya kurang lebih ada 780 orang Australia yang direpatriasi oleh negaranya sejak 2020 hingga 2021 ini. Dari jumlah tersebut, ada sekitar 350-an orang yang dianggap rentan terhadap penyakit sehingga harus pulang ke negaranya untuk meminimalisir risiko yang fatal selama mereka berada di Bali," ujar Wayan yang juga Ketua LPM Desa Adat Legian ini, Rabu (18/8).

Menurutnya, saat ini tidak ada penerbangan langsung dari Australia ke Denpasar. Sementara, warga Australia perlu segera berangkat ke negaranya
dengan menggunakan pesawat charteran. Akibatnya, mereka harus ke Jakarta
dan bahkan ada yang ke Singapura baru ke Australia.

Repatriasi warga Australia ini bukanlah sesuatu yang baru. Sebelumnya ada juga beberapa negara yang memulangkan warganya dari Bali, seperti Jepang, Arab Saudi, dan beberapa negara lainnya. Sementara untuk warga negara Australia, yang pulang saat ini adalah mereka yang sudah kehabisan visa kunjungan, dan sudah beberapa kali melakukan perpanjangan visa.

Ada juga warga Australia yang memegang identitas penduduk sementara di Bali. Bahkan sudah menetap di Bali pun terpaksa harus pulang ke negaranya karena situasi pandemi Covid19 yang melanda Indonesia dan Bali khususnya.

Ia meminta agar isu repatriasi ini tidak mengemuka di Bali dan menjadi kontraproduktif pembenahan sistem pariwisata di Bali. Sebab, kapan pun situasi sudah normal, meraka akan kembali ke Bali kerena Bali sudah menjadi rumah kedua bagi mereka.

"Ini adalah hal yang wajar dan biasa saja. Karena kapan saja orang bisa pulang ke negaranya. Apalagi sudah hampir dua tahun ini situasi tidak menentu. Mereka bosan, jenuh, dan ingin kembali. Namun yakinlah suatu saat kalau sudah normal, Australia akan mendominasi pasar pariwisata di Bali lagi," ujarnya.

Untuk di Bali, daerah yang paling berdampak adalah destinasi yang ada di Kuta Utara seperti di Canggu, Pantai Brawa, Kayu Aya, Tibubeneng dan sebagainya.
Kemudian di sekitar Kuta, Nusa Dua dan sekitarnya. Beberapa titik ini selama pandemi Covid19 ini masih hidup pariwisata, sebab masih banyak warga Australia yang bertahan di sana. Namun, saat ini akan berubah karena repatriasi tersebut. Selama ini mereka masih duduk nongkrong di kafe, di warung, belanja di minimarket dan sebagainya. Namun jangan takut, pariwisata Bali akan pulih secepatnya. (OL-13)

Baca Juga: Di HUT ke 76 RI, Belasan Pemuda Sikka Malah Pesta Miras di Emperan Toko

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya