Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
DPR Provinsi Papua meminta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi merevisi hasil seleksi Beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) tahun 2021 khusus wilayah Papua. Pasalnya alokasi kelulusan yang diberikan untuk anak-anak Papua tidak menjawab kebutuhan riil di Papua saat ini.
"Kami melihat hasil ADik 2021 ini untuk anak-anak Papua sangat mengecewakan karena tidak menjawab kebutuhan tenaga sumber daya manusia yang memang dibutuhkan oleh kami di Papua saat ini," ungkap Anggota DPR Provinsi Papua Nason Utty dalam keterangannya kepada wartawan, Kamis (1/7).
Menurut Nason yang duduk di Komisi yang membidangi pendidikan tersebut, Papua hari ini kekurangan tenaga kesehatan terutama dokter dan ahli obat-obatan atau farmasi.
"Dan dari hasil ADik ini sama sekali tidak ada yang lulus Dokter atau farmasi. Malah jurusan lain yang sebenarnya bisa kami handle sendiri di Papua. Ini artinya pemerintah pusat tidak paham kebutuhan di Papua," lanjut dia.
Saat ini kebutuhan dokter, farmasi, atau pun bidang kesehatan lainnya sangat mendesak di Papua yang diharapakan bisa diakomodir lewat program ADik ini. Masalah kesehatan di Papua selama ini terkendala karena kurangnya sumber daya manusia di bidang ini.
Baca juga : Pencanangan Kampus II Uncen Bagian dari Percepatan Pembangunan Papua
"Dan pemerintah pusat sebenarnya paham ini tapi kenapa lalu tidak diakomodir. Ini heran Sekali. Makanya kami dari DPR Provinsi Papua meminta pada Kepala Pusat Pembiayaan pendidikan di Kemdikbud Ristek agar merevisi keputusannya. Karena jika tidak maka hasil seleksi ADik ini sekali tidak membawa manfaat apa-apa buat Papua," tegasnya.
Ia melanjutkan bukan hanya tenaga dokter, Papua hari ini juga membutuhkan sumber daya manusia di bidang teknik, sosiologi dan antropologi.
"Ini adalah jurusan yang relevan buat kami di Papua. Kami pasti butuh tenaga teknik, dan kami juga butuh SDM di bidang sosiologi dan antropologi karena membantu melihat masalah Papua secara lebih baik karena mengakar dengan kondisi masyarakat Papua itu sendiri. Tapi itu pun tidak diakomodir dalam ADik ini," tukasnya.
Dia tidak ingin agar hasil seleksi ini hanya merupakan program asal jadi tanpa punya visi dan misi yang jelas.
"Bicara Afirmasi kan intinya keberpihakan pada kebutuhan dan kondisi. Tapi hasilnya kali ini sama sekali tidak mencerminkan itu. Jadi sekali lagi kami meminta agar keputusan ini bisa segera direvisi. Jika tidak maka bukan saja mubazir tapi juga sama saja dengan mengabaikan situasi dan kondisi kami di Papua," pungkasnya. (OL-7)
Binus University meluncurkan program Beasiswa Binus untuk Nusantara untuk Tahun Akademik 2026/2027.
Untuk tahun ini siswa penerima Program ADEM berasal dari berbagai daerah di enam provinsi di Papua.
Selain pelatihan intensif, peserta juga mendapat kursus Bahasa Mandarin gratis sebagai persiapan keberangkatan.
KEMENTERIAN Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) melakukan kerja sama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) untuk meluncurkan program beasiswa keolahragaan.
Program ini membuka kesempatan bagi mahasiswa aktif dari seluruh Indonesia untuk memperoleh kuota hingga 2.000 beasiswa senilai Rp14 juta guna mengikuti pelatihan teknologi.
BIM diperuntukkan bagi pelajar terbaik yang berpotensi dalam bidang akademik, sains, seni, dan olahraga.
Laptop itu diadakan untuk menunjang pembelajaran sekolah jenjang PAUD, SD, SMP, dan SMA. Proyek ini menggunakan skema pembayaran APBN dan dana operasional khusus (DAK) daerah
WAKIL Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni, meminta korupsi pengadaan chromebook di Kemendikbudristek diusut tuntas.
Beasiswa Unggulan 2025 adalah program bantuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)
Kemendikbudristek sudah terlanjur menganggarkan Rp3,58 triliun untuk proyek TIK ini. Lalu, ada juga pengadaan DAK senilai Rp6,3 triliun.
Dukungan dari berbagai pihak, baik itu pemerintah, swasta, maupun masyarakat, sangat penting dalam membangun ekosistem pendidikan yang mendukung perkembangan anak secara holistik.
Selama 10 tahun terakhir, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia mengalami tren peningkatan dari 68,90 pada tahun 2014 menjadi 73,55
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved