Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
MASIH teringat dalam pikiran kita bagaimana bencana seroja memmorak-porandakan wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Untuk itu perlu ada upaya rehabilitasi rekonstruksi pasca bencana Seroja itu. Oleh karena itu, Kementerian Sosial (Kemensos) memperkuat mitigasi bencana daerah dengan meningkatkan kompetensi bagi Tagana (Taruna Siaga Bencana) yang ada di tiga zona yaitu zona Flores, Sumba, dan Timor.
Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA), M.Safii Nasution saat ditemui mediaindonesia.com, Kamis (24/6) di Kabupaten Sikka mengatakan, kegiatan ini berawal dari kunjungan Menteri Sosial, Tri Rismaharini ke wilayah Nusa Tenggara Timur pada saat kejadian bencana Seroja. Yang mana banyak anggota Tagana di Nusa Tenggara Timur tidak memahami tugas dalam mengambil peran untuk membantu masyarakat kita yang tertimpa bencana Seroja ini.
"Kita tahu bahwa dalam penanggulangan bencana itu ada peran pemerintah, swasta dan masyarakat. Nah ini yang harus saling kerja sama. Tidak semua pekerjaan dikerjakan oleh pemerintah saja. Swasta harus mendukung dan masyarakat tidak bisa jadi objek saja tetapi masyarakat harus jadi subjek juga. Inilah bentuk pemberdayaan masyarakat dalam penanganan bencana sehingga masyarakat harus mengambil peran dengan menangani pengungsi melalui taruna siaga bencana (Tagana)," papar dia.
Baca Juga:Polda NTT Gelar Vaksinasi Covid-19 untuk Masyarakat Pesisir
Kemudian kata dia, Bu Risma menunjukkan memperhatikannya bukan hanya pada masa tanggap darurat bencana tetapi pasca bencana dengan meningkatkan kompetensi para Tagana di Nusa Tenggara Timur ini.
"Kami mendapatkan perintah langsung dari Bu Risma untuk meningkatkan kapasitas para Tagana yang ada di NTT dengan memberikan pelatihan bagi Tagana yang ada di tiga zona yakni zona Flores berpusat di Sikka, zona Sumba berpusat di Waingapu dan zona Timor yang berpusat di Kabupaten Kupang," ujar dia.
Disampaikan Nasution, kegiatan mitigasi bencana ini melibatkan 315 peserta dengan waktu yang diberikan selama empat hari dengan materi pelatihan seperti manajemen posko, manajemen Shelter, manajemen logistik, dapur umum, layanan dukungan psikososial (LDP), rescue, kesamaptaan dan terakhir sampai dengan simulasi yang dilakukan oleh peserta Tagana.
"Yang dilatih bagi peserta itu bagaimana manajemen posko, kalau terjadi bencana, bagaimana koordinasinya., bagaimana manajemen shelter, dapur umum, LDP, bagaimana menyelamatkan diri, vertical rescue, dan sebagainya,'' paparnya.
Ia pun mengaku kegiatan peningkatan kompetensi mitigasi bencana ini baru pertama kali digelar di Indonesia tepatnya di Nusa Tenggara Timur. Yang mana selama ini kita melakukan kapasitas kompetensi Tagana itu meminta setiap daerah untuk mengirim orangnya ke Jakarta untuk mengikuti pelatihan.
"Biasanya kita minta setiap daerah untuk kirim orangnya ke Jakarta untuk dilatih karena kita punya Tagana Training Center. Karena keterbatasan anggaran di kita mereka biasa kirim hanya dua sampai tiga orang. Tetapi ternyata tidak cukup efektif. Sehingga kita balikkan lagi, kita yang datangi ke daerah untuk berikan pelatihan langsung di daerah. Jadi pelatihan yang kami langsung turun ke daerah ini baru pertama kali di Indonesia kami laksanakan di Nusa Tenggara Timur. Akibatnya banyak sekali peserta yang mengikuti kegiatan ini," beber Nasution.
Ia pun menegaskan peran Kemensos terhadap bencana tidak berhenti pada saat terjadi bencana saja. ''Kami tidak hanya hadir di fase tanggap darurat, tapi juga di pasca bencana. Kami, beserta jajaran yang lain, ikut memikirkan bagaimana para Tagana di NTT bisa siap menghadapi bencana berikutnya,'' ujarnya.
Ia pun berharap dalam pelatihan ini relawan-relawan yang telah dilatih mengikuti proses pelatihan sampai empat hari ini dapat menciptakan relawan-relawan yang handal untuk siap merespon apabila terjadi bencana yang ada di daerahnya masing-masing
"Jadi kalau kita satu pemikiran, saya yakin kedepannya kita dapat mengurangi resiko bencana itu. Tetapi kalau kita tidak melakukan kesiapsiagaan dan terjadi bencana, itu namanya tragedi. Mau jadi tragedi kan tidak. Makanya kita bersama-sama menyiapkan masyarakat kita. Walaupun terjadi bencana, kita dapat mengurangi resiko karena kita sudah mengikuti pelatihan ini," pungkas Nasution ini.
Sekedar diketahui, pendidikan dan pelatihan kepada Tagana NTT yang dilangsungkan selama empat hari dari 21 sampai 24 Juni 2021 ini dipusatkan di tiga lokasi yaitu Maumere, Kabupaten Sikka dengan 160 Tagana, Naibonat, Kabupaten Kupang dengan 111 Tagana, dan Waingapu, Kabupaten Sumba Timur dengan 40 Tagana sehingga total seluruh peserta ini berjumlah 315 orang. (GL/OL-10)
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengatakan bahwa gempa bumi dirasakan warga Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur pada Jumat (18/7).
Banjir, kebakaran, angin kencang, gelombang pasang, dan tanah longsor bukan hanya mengancam keselamatan manusia, tapi juga menghambat pembangunan dan menimbulkan kerugian ekonomi besar.
MEMPERINGATI Hari Logistik Nasional 2025, Lion Parcel menyoroti peran kurir sebagai garda terdepan dalam menghubungkan Indonesia melalui pengiriman barang, termasuk di wilayah timur Indonesia dengan akses yang menantang.
BNPB mencatat 18 kejadian bencana di berbagai wilayah Indonesia dalam kurun waktu 24 jam sejak Selasa (24/6) pukul 07.00 WIB hingga Rabu (25/6) pukul 07.00 WIB.
TANTANGAN dalam mengatasi dan melakukan mitigasi bencana di dunia saat ini disebut semakin kompleks. Berbagai isu global seperti perubahan iklim hingga tekanan urbanisasi menjadi pemicunya.
Cakupan perlindungan asuransi belum mampu mengimbangi besarnya potensi kerugian. Hal itu mengakibatkan semakin banyak pihak yang kurang atau tidak terlindungi.
Berdiri di Desa Mondu, Kecamatan Kanatang, Prainatang dikenal sebagai salah satu kampung megalitik tertua di Sumba Timur.
Air Terjun Tanggedu namanya, tempat yang dijuluki "Grand Canyon-nya Indonesia" karena keindahan tebing-tebing batu dan kolam alaminya yang jernih.
Masyarakat NTT diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi angin kencang yang bersifat kering. Angin kencang ini berpotensi menyebabkan kebakaran hutan dan lahan.
Pulau Kera seluas 48 hektare berada di wilayah Kabupaten Kupang, tetapi hanya berjarak 5 mil dari Kota Kupang.
TIM Penyidik Tindak Pidana Khusus, Kejaksaan Tinggi (Kejati) Nusa Tenggara Timur (NTT) menahan tiga tersangka dalam dua kasus dugaan tindak pidana korupsi dana rehabilitasi sekolah.
Motivasi diberikan kepada para peserta MPLS di sela-sela kunjungannya ke Flores Timur selama dua hari
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved