AKADEMI Keperawatan Santo Elisabeth Keuskupan Maumere melakukan terobosan dengan menjalin kerja sama dengan LPK Musubu Bali. Kerja sama ini untuk membuka peluang bagi mahasiswanya setelah wisuda untuk bekerja di luar negeri tepatnya di Jepang.
Direktur Akper St Elisabeth Keuskupan Maumere, Maria K.Ringgi Kuwa, S.ST mengatakan, sebelum berangkat bekerja ke Jepang, nantinya seluruh mahasiswa Akper wajib mengikuti mata kuliah bahasa Jepang 1 di Semester 1. Kemudian dilanjutkan kembali bahasa Jepang 2 di Semester 2. Nantinya, di semester tiga atau di tingkat dua, kita akan putuskan mahasiswa yang serius bekerja di Jepang.
"Jadi untuk bahasa Jepang semua mahasiswa wajib ikut. Nanti di tingkat dua baru mahasiswa putuskan mau bekerja atau tidak di Jepang. Jadi bagi mahasiswa yang mau, kita akan fokuskan kembali mengikuti ekstrakurikuler bahasa Jepang dalam satu minggu dua kali sampai mereka mau wisuda," papar dia kepada mediaindonesia.com, Selasa (8/6) di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
Baca Juga: Karena Refocusing, Pemkab Sikka Dorong Petani Akses KUR Kementan
Terkait tenaga pengajar bahasa Jepang, dia sampaikan itu disiapkan oleh LPK Musubu Bali saat menjalin kerja sama. Setelah wisuda, nantinya mahasiswa ini yang sudah mengikuti proses akan bekerja di Jepang yang sudah disiapkan oleh LPK Musuba Bali yang akan bekerja di rumah-rumah sakit yang ada di Jepang.
"Kalau skill kesehatan kita punya. Kita fokuskan bahasa Jepang dan budaya di Jepang. Kan nantinya mahasiswa yang sudah tamat dan bekerja di Jepang tentunya sudah pandai berbahasa Jepang," papar dia.
Ia mengakui pihaknya sudah melakukan penandatanganan perjanjian kerja sama dengan pihak LPK Musuba Bali. Sehingga tahun ajaran baru, mahasiswa kita sudah mulai belajar bahasa Jepang.
"Tadi kita sudah tanda tangan MOU nya. Jadi tahun ajaran baru kita mulai eksen," tandas Maria.
Ia juga menambahkan ada 21 mahasiswa semester akhir yang akan diwisuda mengikuti sosialisasi kerja di Jepang selama tiga tahun.
Disampaikan dia, sosialisasi ini dilakukan Direktur LPK Musubu Aloysia dan Kepala Laboratorium Bahasa Jepang LPK Musubu Bali Trisna dan Pengurus Musubu Bali, Voni Francis. Untuk itu, kata dia, kerja sama dengan pihak LPK Musubu Bali ini bertujuan menyiapkan tamatan Akper agar langsung bekerja di Jepang selama tiga tahun.
Sementara itu, Direktur LPK Musubu Bali, Aloysia Trombine mengatakan jalin kerja sama dengan Akper St.Elisabeth Keuskupan Maumere supaya tamatannya bisa bekerja di rumah-rumah sakit yang ada di Jepang. Disampaikannya, lembaga yang ia pimpin ini salah satu pemegang SO (Sending Organization) yang diterbitkan langsung oleh Departemen Kementerian Tenaga Kerja. ''Karena tanpa SO ini kita tidak bisa mengirimkan tenaga kerja di Jepang,'' kata Aloysia.
Selain memiliki SO, kata dia, lembaganya juga terdaftar di Otit (Organization for Technical Intern Training) milik pemerintah Jepang. Yang mana, Otit ini melakukan akreditasi bagi LPK-LPK yang ada di Indonesia yang sudah memegang SO ini.
"Jadi kalau kita tidak mendaftar di Otit maka kita tidak bisa kirim tenaga kerja ke Jepang. Jadi lembaga kita LPK Musubu Bali ini telah resmi dengan memiliki SO dan telah terdaftar di Otit," jelas dia.
Dia sampaikan, banyak sekolah perawat di Pulau Flores ini. Namun sayangnya, lulusan ini tidak terserap di dunia kerja. Hal ini karena lapangan pekerjaan terbatas. "Perawat kita secara skill tidak kalah juga. Jadi kita menjalin kerja sama dengan Akper St. Elisabeth Keuskupan Maumere. Yang mana lulusan dari mereka akan kita tempatkan bekerja di Jepang," ujar dia yang sudah 15 tahun bekerja di Jepang yang partnernya di bisnis investasi.
Dikatakan Aloysia, syarat untuk bisa bekerja di Jepang harus menguasai bahasa Jepang meski mereka memiliki skill yang luar biasa. " Jadi kalau mereka tidak lulus bahasa Jepang, mereka tidak bisa berangkat dan bekerja di Jepang. Karena ada salah satu tes yang dilakukan oleh pemerintah Jepang. Jadi test tidak main-main sehingga lembaga kita juga tidak bisa intervensi," pungkas dia.
Dia pun menuturkan kerja sama ini hanya selama tiga tahun saja saat mereka bekerja di Jepang. "Yang kita kirim ini harus punya skill. Jadi kita tempatkan di Jepang sudah siap bekerja di rumah sakit," tandas dia.
Lewat kerja sama dengan Akper ini, kata dia, pihaknya juga akan menitipkan tenaga pengajar bahasa Jepang di kampus ini untuk mengajar para mahasiswa. "Jadi kami ingin mahasiswa Akper Maumere disiapkan kerja di Jepang. Kami tidak ragu soal kemampuan akademik. Tamatan ini sangat bagus dan kami ingin mereka bekerja di Jepang," pungkas dia. (GL/OL-10)