Headline

Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.

Fokus

Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.

Berkunjung ke Makam Angkawijaya Bangsawan Kasepuhan Cirebon

Supardji Rasban
26/4/2021 01:30
Berkunjung ke Makam Angkawijaya Bangsawan Kasepuhan Cirebon
Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Brebes Wijanarto dan kunci makam Angkawijaya, Subekti, di pusara Panembahan Angkawijaya.(MI/Supardji Rasban.)

SEORANG bangsawan keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, Panembahan Angkawijaya, menyingkir ke Kabupaten Brebes Jawa Tengah, lantaran terjadi konflik dalam internal Kasepuhan Cirebon. Dalam pengasingannya Angkawijaya melakukan dawah Islam hingga mangkat dan dimakamkan di pinggir timur Sungai Cisanggarung, tepatnya Desa Losari Lor, Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes, yang merupakan perbatasan Jawa Tengah-Jawa Barat.

Makam Panembahan Angkawijaya atau dikenal juga sebagai Panembahan Losari merupakan salah satu cagar budaya di Kabupaten Brebes. Bagian depan makam tersebut merupakan permakaman umum. Masuk ke dalam lagi, ada sejumlah bangunan serta tempat parkir kendaraan bagi peziarah. Juga terdapat gapura, musala, sumur, serta tempat peristirahatan yang juga digunakan tempat musyawarah para pengurus makam.

Kompleks makam Panembahan Angkawijaya terpisah dan berada di ujung timur. Untuk masuk ke cungkup makam apalagi masuk ke inti makam, tidak sembarangan orang bisa masuk karena harus ada izin khusus dari pengurus makam. Sama seperti lazimnya tempat permakaman umat islam, warga yang berkunjung selain berziarah juga memanjatkan doa-doa serta membaca ayat-ayat suci Alquran atau bertadarus.

 

Menurut juru kunci makam Panembahan Angkawijaya, Subekti, 47, ada sejumlah bangunan seperti gapura yang dulunya berjumlah tiga dibongkar satu dan sekarang tinggal dua. "Karena tidak bisa dimasuki kereta kencana setiap kali ada acara kirab, terpaksa ada gapura yang dibongkar," ujar Subekti, Minggu (25/4/).

Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Brebes Wijanarto menuturkan Panembahan Angkawijaya menyaru sebagai masyarakat biasa dan melakukan proses dakwah penyebaran agama Islam di wilayah Losari. "Sang pangeran mendirikan perkampungan sendiri meski saat itu pada abad ke-15 sudah banyak perumahan oriental di wilayah Losari. Waktu itu juga sudah ada bandar pelabuhan besar," tutur Wijanarto.

Menurut Wijanarto, selain ahli agama Panembahan Angkawijaya juga ahli budaya dan seni. Hasil kreasi lain darinya yaitu menciptakan kereta kencana yang kini tersimpan di Kasultanan Kasepuhan Cirebon. "Panembahan Angkawijaya juga pencipta motif batik corak Mega Mendung, corak Gringsing, yang merupakan corak batik yang menjadi ikonis wilayah Cirebon dan pesisir barat Laut Jawa," terang Wijanarto.

Wijanarto menyebut, Angkawijaya anak dari perkawinan Ratu Wanawati (Cirebon) dengan anak keturunan raja (Demak), Pangeran Dipati Carbon. "Panembahan Angkawijaya atau Pangeran Losari itu menyingkir dari kehidupan keraton karena tidak ingin terkungkung dengan sistem kehidupan kerajaan yang serbagemerlap," ucap Wijanarto yang juga dikenal sebagai sejarawan pantura itu. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya