Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
UNTUK memperkaya populasi cumi yang ada di perairan Bangka Belitung (Babel). PT. Timah Tbk, menargetkan setiap tahun dapat melepaskan 20 ribu anakan cumi.
Keseriusan PT. Timah memperkaya cumi tersebut dibuktikan dengan melepaskan ratusan anakan cumi yang menjadi bagian dari restocking cumi di Pantai Tikus Emas, Kabupaten Bangka, Minggu (11/4).
Kepala Bidang Komunikasi Perusahaan PT Timah Tbk, Anggi Siahaan mengatakan, ini merupakan pertama kalinya PT Timah melepaskan anakan cumi pasalnya program restocking cumi ini baru dilaksanakan tahun ini.
PT Timah menurutnya menargetkan tahun ini akan mersetocking sekitar 20 ribu anakan cumi. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya artificial reef yang ditenggelamkan PT Timah.
"Restocking cumi ini kelanjutan dari artificial reef yang kita tenggelamkan beberapa waktu lalu. Untuk sementara ini baru jenis cumi Bangka, karena kan ini telur cumi yang diambil dari fish shelter yang ditenggelamkan, daripada telur cumi di makan ikan buntal atau predator lainnya, jadi kita ambil tetaskan dulu di darat baru nanti dilepaskan lagi," kata Anggi, Senin (12/4)
Kedepan, kata dia untuk mendukung pariwata bawah laut, PT Timah juga akan mengkreasikan bentuk artificial reef yang akan ditenggelamkan sehingga akan banyak wisatawan tertarik untuk snorkeling dan/atau diving di kawasan artificial reef.
"Khusus untuk program restocking cumi ini kita ingin melestarikan cumi yang ada di Bangka, karena kualitas yang bagus dibandingkan di daerah lain, harapan kami dengan semakin banyak fish sehelter yang kita buat mudah-mudahan cumi yang bertelur akan semakin banyak sehingga jumlah yang kita restocking juga semakin banyak, tidak hanya 20 ribu pertahun tapi bisa meningkat," ujarnya.
Ia juga berharap, nantinya restocking cumi ini juga bisa bermanfaat bagi masyarakat dan mungkin juga dimanfaatkan akademisi untuk mengembangkan penelitian terkait reklamasi laut maupun restocking cumi.
"Kita berharap terus bisa bersinergi dan berkolaborasi dengan stakeholder terkait sehingga reklamasi laut yang kita laksanakan ini dapat memperbaiki ekosistem dan juga bermanfaat bagi masyarakat,"harapnya.
Menurut Kelompok Perlindungan Lingkungan, Direktorat Teknik dan Lingkungan Minerba pada Ditjen Minerba Kementerian ESDM restocking ini merupakan program berkelanjutan yang masih dalam satu siklus dari reklamasi laut yang dilakukan PT Timah.
"Telur cumi yang diambil dari lokasi fish shelter yang sebelumnya ditenggelamkan PT Timah, lalu ditetaskan di darat dan dilepaskan lagi ke laut. Hal ini merupakan satu siklus program reklamasi yang dilakukan secara continue. Ini hal yang sangat baik, mungkin ini pertama di Babel bahkan di Indonesia dan kita apresiasi kepada PT Timah dan tim," ujar Kelompok Perlindungan Lingkungan, Direktorat Teknik dan Lingkungan Minerba pada Ditjen Minerba Kementerian ESDM.
Pihaknya berharap, melalui program ini nantinya dapat berlanjut dan bisa menjadi contoh sinergisitas antara penambangan, pariwisata dan kelautan
perikanan.
"Kita berharap ini bisa dilakukan secara continue dan terus berkembang, kita apresiasi juga tim akademisi yang telah turut melaksanakan ini dan juga pengusul KEK yang telah bersedia anakan cumi dilepaskan di kawasan ini," sambungnya.
Sementara, Pengusul KEK PT Pantai Timur Sungailiat Alexander Lie mengatakan, pihaknya menyambut baik adanya kegiatan pelepasan anak cumi di Pantai Tikus Emas yang merupakan salah satu kawasan yang diusulkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata.
"Tentu ini sinergi yang baik antara pertambangan dan pariwista, kami berharap ini berkelanjutan dan banyak hal bisa dikerjakan bersama. Kalau ada kerjasama ini tentunya ini akan membantu mempercepat kawasan ini ditetapkan menjadi kawasan KEK, kita berharap terus ada sinergi seperti ini dengan PT Timah," ujarnya.
Dosen Kelautan Perikanan Universitas Bangka Belitung, Indra Ambalika Syari yang juga tim bagian dari restocking cumi mengatakan, restocking cumi yang dilakukan PT Timah terbilang berhasil. Menurutnya, memang masih ditemui beberapa kendala seperti pakan, namun hal ini bisa diatasi dan terus diteliti.
"Anakan cumi yang kita lepas sekitar 250 ekor anakan cumi, sebetulnya sebelumnya sudah menetas sekitar 2.000 ekor. Total presentase yang menetas lebih dari 80 persen dari potensi telur yang kita dapat, tingkat keberhasilan penetasan sekitar 80 persen," kata Indra.
Ia menjelaskan, anakan cumi yang dilepas berukuran sekitar 5-7 milimeter, anakan cumi ini sengaja dilepaskan saat masih berukuran kecil sehingga tahap penyesuaian dengan habitat alaminya lebih cepat dan akan lebih survive dibandingkan jika dilepas saat sudah berukuran besar.
"Kalau dilepaskan saat masih kecil, kemampuan untuk bisa bertahan hidup dan menyesuaikan habitat alaminya lebih cepat. Kalau dilepaskan saat sudah besar ini berpotensi tidak bisa bertahan lama, karena biasanya kan makananya sudah ada. Kalau masih kecil sudah kita lepaskan di laut lebih survive," ujarnya.
Pihaknya, jelas dia, akan melakukan monitoring untuk melihat sejauh mana tingkat keberhasilannya. Terutama untuk yang aritificial reef. Ini akan
dilakukan sepanjang tahun karena lokasi telur cumi ini ada di artificial reef. "Tahun ini targetnya 20 ribu anakan cumi, ini setiap tahun akan
bertambah," ucapnya.
Dalam melaksanakan restocking cumi, PT Timah bekerjasama dengan Universitas Bangka Belitung dan Yayasan Sayang Babel Kite. Dalam melaksanakan reklamasi laut ini, PT Timah juga bekerjasama dengan masyarakat nelayan. (OL-13)
Santoso, seorang nelayanJembrana, Bali, yang sedang melaut sekitar dua kilometer dari pantai mendengar suara minta tolong korban selamat kapal KMP Tunu Pratama Jaya
“Diduga ledakan terjadi karena gesekan serbuk korek api saat bom ikan dirakit dalam botol saus tomat, hingga memicu percikan api,”
PENURUNAN permukaan tanah dan kenaikan permukaan laut menyebabkan migrasi besar-besaran para nelayan dari Pantura, khususnya daerah Indramayu, Cirebon, dan Tegal ke Jakarta.
Enam nelayan itu dilaporkan hilang sejak 15 Mei 2025 saat menangkap ikan mengunakan KM Berkat Baru di perairan selatan Pulau Rote.
AKTIVITAS penangkapan ikan mengunakan bahan peledak masih terus berlangsung di perairan Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
Para nelayan di wilayah terdampak mengatakan kekhawatiran mereka terhadap kondisi cuaca yang memburuk.
Pelepasliaran juga dapat menambah populasi orangutan di habitat alaminya.
Orangutan jantan Aben, Muaro, Onyo, Batis, dan Lambai juga memiliki riwayat penyelamatan yang hampir sama ketika diselamatkan
Siti juga menekankan bahwa semua burung yang dilepasliarkan telah melalui pemeriksaan kesehatan yang ketat dan menjalani proses habituasi di kawasan Kebun Raya Indrokilo.
BALAI Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Jawa Timur bersama Balai Karantina Hewan Ikan dan Tumbuhan (BKHIT) Jawa Timur melepasliarkan 275 ekor burung Madu pengantin.
Ketua Pengurus Yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS) Jamartin Sihite mengatakan 300 lebih orang utan yang saat ini sedang Dalam masa perawatan menunggu pelepasliaran.
Lokasi pelepasliaran merupakan kawasan Hutan Lindung yang berada di bawah pengelolaan KPH III Langsa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved