Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Vanili, Asa Warga di Kaki Gunung Ebulobo

Palce Amalo
17/3/2021 14:20
 Vanili, Asa Warga di Kaki Gunung Ebulobo
Budi daya vanili di pekarangan rumah warga Desa Ua, Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Negekeo, NTT(MI/PALCE AMALO)


SUDAH sembilan bulan, Robertus Mona, 38, bergelut dengan tanaman vanili
di samping rumahnya. Warga Desa Ua, Kecamatan Mauponggo, Kabupaten
Negekeo, Nusa Tenggara Timur itu memanfaatkan lahan subur di kaki Gunung Ebulobo untuk mengembangkan tanaman vanili sebagai sebuah investasi pertanian yang bernilai ekonomis tinggi.

Jaring-jaring plastik dibuat sebagai peneduh di samping rumahnya dengan
50 tonggak penyangga rambatan vanili. Sedikitnya ada 4-5 stek pada tiap tonggak dengan pupuk bokasi.

Tiang rambatan dimodifikasi dengan lingkaran kawat besi dengan bagian
tengahnya terpancang batang aluminium baja ringan. Di antara lilitan
kawat dan batang aluminium itu diisi sabut kelapa.

Robert berkisah pernah gagal menanam vanili secara konvensional. Setelah melihat seorang temannya menanam vanili di kota dengan cara modern mengunakan green house di lahan sempit, barulah ia kembali
tertarik menanam vanili.

"Sudah pernah tanam tetapi tidak tumbuh, busuk batang. Mungkin karena saya salah memilih bibit," kata mantan penjual jasa taman tersebut.

Dorongan Robert menanam vanili secara organik juga didukung harga vanili yang meroket, antara Rp3-5 juta per kilogram. Untuk budi daya vanili, ia mengeluarkan anggaran sebesar Rp5 juta.

Setiap tonggak ditanami empat stek. Tanaman itu baru akan panen dua tahun lagi, dengan jumlah sekitar lima kilogram vanili mentah.

"Kalau nutrisinya bagus bisa menghasilkan 10 sulur produksi pada tiap tonggak, minimal lima kilogram basah. Kalau enam kilogram basah menghasilkan satu kilogram kering,� ungkap Robert.

Bupati Nagekeo, Johanes Don Bosco Do mendorong petani vanili
mengembangkan usaha mereka. Petani Mauponggo pernah berjaya
dengan budi daya vanili, namun anjlok akibat persaingan usaha.

Vanili menjadi pilihan utama karena komoditas ini bisa dikembangkan di lahan sempit dan cukup efektif karena didukung iklim dan etos kerja warga.

Kepala Bank NTT Mbay, Mathias Nara Tifaona mengatakan, pihaknya bisa
membantu para petani vanili lewat Kredit Usaha Merdeka tanpa agunan. Bunga bunga untuk jangka waktu satu tahun.

"Kami berupaya memutus mata rantai rentenir yang sudah berjalan pada petani cengkeh. Bila dalam dua tahun petani vanili sudah bisa panen, mereka akan diberikan kredit agar bisa meningkatkan produktivitasnya," ujarnya. (N-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : NUSANTARA
Berita Lainnya