Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Wanita di Boyolali Optimalkan Pekarangan untuk Sumber Pangan

Widjajadi
04/2/2021 17:40
Wanita di Boyolali Optimalkan Pekarangan untuk Sumber Pangan
Pengelolaan berbagai jenis sayuran oleh KWT Sehati di Desa Kudarejan, Urut Sewu.(MI/Widjajadi)

KALANGAN wanita tani di Kabupaten Boyolali menyambut antusias program Kementerian Pertanian (Kementan ) untuk mengoptimilasi lahan pekarangan rumah, sebagai sumber pangan keluarga di tengah masa pandemi covid-19.

"Kami langsung bergerak melakukan sosialisasi dan sekaligus mendorong keluarga untuk memanfaat pekarangan sebagai lahan pangan, dengan menanam berbagai macam sayuran dan buah buahan, ternak ikan, yang mampu mendukung ketahanan pangan keluarga," tukas Kepala Dinas Ketahanan Pangan Boyolali, Joko Hartono kepada Media Indonesia, di Desa Urut Sewu, Kamis ( 4/2).

Dia paparkan, program pemberdayaan lahan pekarangan menjadi sumber pangan, lewat penanaman sayur, dan juga buah buahan serta ternak ikan, sebenarnya sudah dimulai sejak 2010, dengan program yang disebut  program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), yang kemudian berubah menjadi program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) sejak akhir 2019 lalu, sebagai upaya memperluas penerima manfaat dan pemanfaatan lahan.

Kegiatan P2L dilaksanakan dalam rangka mendukung program pemerintah untuk penanganan daerah prioritas intervensi stunting dan atau penanganan prioritas daerah rentan rawan pangan atau pemantapan daerah tahan pangan.

"Kegiatan ini dilakukan melalui pemanfaatan lahan pekarangan, lahan tidur atau lahan kosong yang tidak produktif, lahan  sekitar rumah atau fasilitas publik, serta lingkungan lainnya dengan batas kepemilikan yang jelas seperti asrama, pondok pesantren, rusun, rumah ibadah dan lainnya," tukas Joko.

Yang jelas, lanjut dia, tujuan dan sasaran kegiatan P2L ada dua, yakni pertama untuk meningkatkan ketersediaan, aksesibilitas, dan pemanfaatan pangan untuk rumah tangga sesuai dengan kebutuhan pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman.

"Kedua untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga melalui penyediaan pangan yang berorientasi pasar," imbuh dia.

Kegiatan P2L yang dilaksanakan sejak 2020, menurut Joko Hartono dibagi dalam tiga tahap, yakni tahap penumbuhan, pengembangan, dan pembinaan. Di Boyolali, sudah berjalan di sejumlah desa di 10 kecamatan dan pengembangan di 4 kecamatan, yang dilaksanakan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT).

Seperti yang dilakukan oleh KWT Sehati Dukuh Kuderejan, Desa Urut Sewu, Kecamatan Ampel, kabupaten Boyolali. "Kalau KWT Sehati sendiri sudah ada sejak 2016.Tapi saat itu hanya untuk pemenuhan pangan keluarga.Tapi sejak diluncurkannya program P2L, kami menjadi lebih terbina,hingga mampu mengembangkan dan bisa mendapatkan pasar, atau barter kebutuhan," tukas Ketua KWT Sehati Elviana Setyawati.

Banyak jenis sayuran yang ditanam dipekarangan rumah milik 30 anggota. Dari mulai loncang, sledri, cabai, bunga kol, boncis, dan juga ternak ikan nila maupun lele. Dari yang dibudidayakan itu, mampu menarik pihak ketiga atau pembeli dari kabupaten Semarang dan juga Kota Semarang.

"Selain untuk kebutuhan pangan rumah,masih sisa berlebih untuk dipasarkan dengan packing yang menarik pembeli. Hasil lumayan, tiap seminggu sekali dari berbagai jenis sayuran bisa dipetik,untuk dijual dengan cara dijemput," imbuh Elviana.

Pengelolaan tanaman sayuran dengan memanfaatkan lahan pekarangan itu berhasil secara bertahap, dengan hasil meningkat sejak mendapayakan pembinaan teknis dari Dinas Ketahanan Pangan Boyolali, yang dibarengi luncuran dana bantuan Rp50 juta per KWT, untuk pembibitan dan kepentingan menejemen pasar.

Bahkan terkait pengembangan pengelolaan yang lebih maju, telah dilakukan oleh KWT Subur Makmur di Dukuh Samiran, Desa Samiran, Kecamayan Selo, yang mampu memanfaatkan pekarangan secara maksimal untuk kebutuhan pangannkeluarga dan pasar.

Bahkan pembibitan dari KWT Subur Makmur, menurut salah seorang pengurus, Reni Fajarwati juga banyak dinanti pembeli atau pengepul. "Satu bulan bisa menjual bibit berbagai macam jenis sayur, senilai Rp10 juta an. Sementara sayur yang dipanen juga sudah ditunggu banyak pembeli pada masa pandemi covid ini," tukas ibu muda yang menjadi sekretaris KWT Subur Makmur Desa Samiran ini. (OL-13).

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya