Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Pemkab Boyolali Inventarisasi Temuan Naskah Kuno, Masih dalam Penguasaan Warga

Widjajadi
06/6/2025 22:47
Pemkab Boyolali Inventarisasi Temuan Naskah Kuno, Masih dalam Penguasaan Warga
Petugas kearsipan Boyolali menginventarisasi manuskrip kuno yang masih dikuasai warga, untuk dialihkan ke media digital dan berfungsi menjadi koleksi digital Perpustakaan Boyolali.(Dok Kearsipan Boyolali)

DINAS Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Boyolali serius menginventarisasi manuskrip dan juga naskah kuno, yang menjadi temuan di sejumlah desa di kawasan lereng Merapi dan Merbabu.

"Manuskrip dan naskah kuno yang ditemukan di lingkungan masyarakat Boyolali merupakan karya intelektual orang terdahulu dan memiliki nilai sejarah dan budaya tinggi," ungkap Asisten II Setda Boyolali, Insan Adi Susmono kepada wartawan di sela sela proses inventarisasi bersama sejumlah petugas OPD ( Organisasi Perangkat Daerah ).

Menurut dia, selain menyimpan khazanah keilmuan, sejumlah naskah kuno yang diantaranya nasih ditangan masyarakat itu, akan dijadikan kajian filologi untuk mempelajari tradisi dan budaya.

Dari hasil penelusuran, terdapat lima naskah kuno yang memiliki nilai sejarah dan budaya tinggi itu secara fisik sudah rentan karena dimakan usia, nmun masih utuh untuk diidentifikasi dan dikaji lebih lanjut.

Yang berhasil ditelusuri, diantaranya temuan mushaf Al-Qur’an kuno di kawasan lereng Merapi, tepatnya di Desa Cabean Kunti, Kecamatan Cepogo. Manuskrip ini berasal dari abad ke-18 hingga awal abad ke-19. 

Mushaf itu ditulis dengan aksara Arab berharakat dan menggunakan media kertas,  berisi 30 juz Al-Qur’an lengkap. Ukuran fisiknya cukup besar, yaitu 33 cm x 23 cm dengan tebal 6,5 cm.

Susmono menegaskan, meskipun sudah berusia ratusan tahun, mushaf ini masih memperlihatkan karakter khas manuskrip keagamaan masa lalu. Pemilik atau penemunya adalah Slamet, warga Cabean.

Selanjutnya ada naskah Serat Witaradya, diperkirakan dari abad ke-17. Naskah kuno dalam aksara Jawa di atas dluwang ini ditemukan di kawasan lereng Merbabu, tepatnya di Desa Tanduk, Kecamatan Ampel.

Sangat dimungkinkan Serat Witaradya ini ditulis pujangga besar tanah Jawa, Raden Ngabehi Ranggawarsita pada tahun 1863 Masehi. Mahakarya ini bagian dari kelompok Serat Maharaka dalam konstruksi teks-teks Pustakaraja, yang dikenal sebagai Serat Pustakaraja Puwara. 

Isi Serat Witaradya dari Ronggo Warsito ini mengisahkan perjalanan Prabu Kusumawicitra atau Prabu Ajipamasa, di era Kerajaan Pengging Witaradya, yang berakhir turun tahta digantikan   putranya, Prabu Citrasoma.

“Karya ini tidak hanya menggambarkan sejarah kerajaan, tetapi juga mencakup struktur naratif, lokasanggraha (teologi alam)," tukas Susmono.

Selain Serat Witaradya, di desa Cabean Kunti juga ditemukan mushaf berupa naskah Serat Ambiya’, yang merupakan manuskrip langka pada masa akhir abad ke-18, kisaran tahun 1784 -1786 Masehi. 

Naskah ini menggunakan Pegon atau aksara Arab yang digunakan untuk menuliskan bahasa Jawa, atau bisa disebut Arab gundu, di atas kertas tradisional jaman dulu atau dluwang 

Manuskrip berisi kisah-kisah para Nabi dan Rasul,  oleh penulis bernama  Ki Prawiro Sedono, yang melatarbelakangi naskah kuno  karya KH Hasan Munadi, seorang ulama lokal pada masa pertengahan abad 17. 

"Dari narasi yang ada pada manuskrip ini, menceritakan tentang akulturasi tradisi Islam dan budaya lokal di Jawa. Saat ini masih dimiliki penduduk setempat Khamid Winarti, yang mengaku mereawat turun temurun," urai Asisten II Setda Boyolali itu 

Pada penelusuran selanjut di Desa Tanduk, ditemukan sebuah manuskrip lain yang belum diketahui judul maupun isi lengkapnya. Naskah ini ditulis dengan aksara dan bahasa Jawa di atas media dluwang, dan memiliki ukuran 22 cm x 18 cm dengan tebal 1 cm.

Berdasarkan pengamatan awal, naskah ini berisi tulisan yang memuat ajaran spiritual dan kejawenm Tetapi untuk pendalaman, diperlukan kajian lebih lanjut. Naskah kuno itu hingga kini masih dalam penguasaan seorang warga Desa Tanduk bernama Sumari.

Sedang inventarisasi terakhir, adalah naskah kuno beraksara Pegon di Dukuh Sewengi, Desa Kembang, Kecamatan Gladagsari. Naskah kuno di atas keertas produksi Eropa  itu tanpa judul.

Bisa jadi naskah ini berasal dari masa transisi kolonial. Substansi isi belum  sepenuhnya diidentifikasi. Tetaki teks awal menunjukkan adanya kandungan keislaman yang disampaikan dalam gaya tutur lokal. 

Naskah kuno ini juga masih dala penguasaan warga setempat, Sucipto yang merupakan anggota Komunitas Sedalu.

Lima naskah kuno yang berhasil diinventarisasi itu kini sedang diupayakan proses digitalisasi dan akan menjadi bagian dari koleksi digital Perpustakaan Daerah Kabupaten Boyolali dan juga akan didaftarkan ke portal Khastara milik Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya