Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

LIPI Ingatkan Pentingnya Edukasi Publik untuk Siaga Bencana

Faustinus Nua
20/1/2021 11:07
LIPI Ingatkan Pentingnya Edukasi Publik untuk Siaga Bencana
Banjir bandang menerjang Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Selasa (19/1/2021).(MI/Dede Susanti)

LEMBAGA Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menekankan pentingnya implementasi pengurangan resiko bencana alam yang wajib menjadi perhatian seluruh masyarakat Indonesia pada tahun ini. 

Pasalnya sepanjang 1-16 Januari 2021, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mencatat sebanyak 136 bencana alam terjadi di Indonesia. Termasuk gempa yang terjadi di Sulawesi Barat.

"Perulangan gempa relatif lama misalnya 50 tahun atau bahkan lebih sehingga masyarakat mudah melupakannya. Iulah pentingnya edukasi terus-menerus mengenai mitigasi bencana diperlukan," kata Kepala Pusat Penelitian Teknologi LIPI Eko Yulianto melalui keterangan resmi, Rabu (20/1).

Menurut catatan BNPB di awal tahun 2021, bencana banjir paling banyak terjadi dengan mencapai 95 kejadian. Bencana lainnya adalah tanah longsor yang terhitung sudah 25 kali terjadi, puting beliung sebanyak 12 kali kejadian, serta dua peristiwa gempa bumi. Peristiwa bencana tersebut telah mengakibatkan ratusan jiwa menjadi korban.

"Awal tahun 2021 melabuhkan kesedihan dan kekhawatiran bagi hati rakyat Indonesia terkait bencana alam yang banyak merenggut korban jiwa. Mulai dari tanah longsor di Sumedang hingga peristiwa gempa bumi berkekuatan M 6,2 di Kota Majene dan Mamuju mengingatkan kembali ancaman bencana serupa yang bisa terjadi kapan saja dan dimana saja," ungkapnya.

Dia memberikan istilah bencana tersebut seperti 'arisan'. Lantaran bencana alam seperti gempa bumi, longsor, banjir, dan sebagaiya bisa terjadi di wilayah mana saja di Indonesia. Seluruh wilayah Indonesia, kata dia, dipenuhi retakan-retakan akibat tektonik itu yang notabene menjadi sumber gempa.

Hal lain yang ia soroti adalah aspek bangunan yang aman atau tahan gempa. Kerapkali sebuah rumah dibangun hanya memperhatikan aspek estetikanya saja tanpa melibatkan faktor-faktor kebencanaan seperti ketahanan akan guncangan. Sementara membangun ulang rumah atau memperkuat bangunan yang sudah ada bisa membutuhkan biaya mahal. Untuk itu, dia mendorong masyarakat untuk memiliki satu ruang aman yang bisa digunakan sebagai tempat berlindung tatkala gempa terjadi.

Peneliti Pusat Penelitian Limnologi LIPI, Iwan Ridwansyah mengatakan bahwa Indonesia akan mengalami puncak musim hujan pada Januari dan Pebruari. Pada periode tersebut kewaspadaan terhadap bencana banjir harus ditingkatkan.

baca juga: KLHK: Banjir Kalsel Karena Anomali Cuaca, Bukan Soal Luas Hutan 

"Masyarakat perlu menambah kewaspadaan terhadap bencana hidrometeorologi. Bencana banjir di Kalimantan Selatan telah mengakibatkan 27.111 rumah terendam dan 112.709 warga mengungsi di 7 kabupaten/kota. Sementara di Kabupaten Sumedang terjadi tanah longsor di Desa Cihanjunag Kecamatang Cimanggung," paparnya

Iwan menegaskan bahwa bencana hidroklimatologi juga mengakibatkan banjir bandang dan cuaca buruk lainnya. Untuk mengurangi dampak bencana di masa depan, perencanaan tata ruang kabupaten/kota yang berada pada potensi bencana tinggi harus di desain ulang berdasarkan analisis ilmiah berbasis kebencanaan. (OL-3)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya