Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
KABUPATEN Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali diterpa kasus kematian babi secara mendadak. Ada sekitar 100 ekor babi diperkirakan mati secara mendadak khusus di bulan Januari 2021. Kematian babi tersebut diduga diserang virus African Swine Fever (ASF), atau demam babi Afrika.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, Mauritz da Cunha kepada mediaindonesia.com, Kamis (14/1) menyatakan, masuk di bulan Januari saja, sudah sekitar 100 lebih ekor babi milik warga Kabupaten Sikka yang mati mendadak. Untuk di Sikka ada dua wilayah yang saat ini banyak kasus kematian babi secara mendadak yakni Kecamatan Koting dan Nelle.
"Dua kecamatan itu saat ini yang paling banyak kasus kematian babi secara mendadak. Kematian babi secara mendadak ini diduga diserang virus Afrika atau disebut flu Afrika. Gejala virus afrika pada babi sama seperti gejala hog cholera pada babi, antara lain, panas tinggi, napsu makan berkurang, merah pada bagian tubuh," ungkap Moris.
Moris mengatakan, sejak kematian babi secara mendadak yang terjadi di tahun 2020 sekitar 3 ribuan ekor, pihaknya sudah melakukan berbagai kegiatan seperti melakukan sosialisasi dan memeriksa hewan ternak babi di rumah-rumah warga. Bahkan pihaknya sudah melakukan penjagaan secara ketat di setiap perbatasan antar kabupaten hingga di bulan November-Desember tahun 2020 tidak ada lagi kasus kematian babi secara mendadak.
Namun justru di bulan Januari 2021, Kabupaten Sikka kembali digegerkan dengan kasus kematian babi secara mendadak. Ia menilai kematian babi secara mendadak diakibatkan dengan ulah papalele kita yang membeli babi dari Kabupaten tetangga yang lagi naik kasus kematian babi.
"Kabupaten tetangga ini kan lagi naik-naiknya kasus kematian babi mendadak. Sementara di Sikka sudah mulai turun hingga tidak ada lagi kasus. Hal ini dimanfaatkan oleh papale kita untuk membeli babi dari luar dan dijual di Kabupaten Sikka. Babi dari luar papalele ini beli dengan harga murah. Lalu papale ini jual kembali di kita di sini. Apalagi harga jual babi di Sikka sangat mahal sekarang," tandas Moris itu.
Menurut dia, babi yang mati mendadak ini lebih banyak warga beli di pasar dan saat ini virusnya sudah menyerang babi yang ada beberapa wilayah ini. Hingga saat ini sudah ada 100 ekor lebih babi di Kabupaten Sikka yang mati mendadak yang diduga terpapar virus Afrika.
"Saat ini kita mulai turun melakukan pencegahan agar tidak lagi meningkatnya kasus kematian babi di Kabupaten Sikka. Hanya bisa dengan
Biosecurity atau pengaturan lalu lintas hewan. Biosecurity itu tujuannya kita cegah supaya virus dari luar jangan masuk ke kabupaten atau masuk ke kecamatan atau ke desa atau ke satu kandang yang lain," papar dia.
Kepala Desa Nelle Barat Paulus Alus menyampaikan ada sekitar 60 ekor lebih babi milik warganya yang mati mendadak. Jumlah ini melebihi jumlah kematian babi pada tahun 2020 lalu.
"Petugas Kesehatan Hewan dari Dinas Pertanian Kabupaten Sikka sudah turun ke lokasi dan mengambil sampel babi yang mati untuk diuji di laboratorium dan untuk mengetahui penyebab kematian babi-babi tersebut," pungkas dia (GL/OL-10)
Kematian tragis ibu hamil Maria Yunita dan bayinya di Kabupaten Sikka, NTT, memicu kecaman keras dari masyarakat dan organisasi masyarakat sipil di wilayah tersebut.
Pemerintah Daerah Kabupaten Sikka mendukung penuh pelaksanaan Festival Maumerelogia 5 yang akan berlangsung pada 15-24 Mei 2025.
Sebanyak empat orang yang diduga sebagai aktor intelektual di balik kasus Hak Guna Usaha (HGU) Tanah Nangahale di Kecamatan Talibura, Kabupaen Sikka, dilaporkan ke Polda NTT.
SEJAK tanggal 25 Januari 2025 hingga hari ini, publik masih dikejutkan oleh drama tanah HGU Nangahale di Maumere, Kabupaten Sikka-Flores.
Gempa dan tsunami yang pernah melanda Teluk Maumere, Kabupaten Sikka pada 12 Desember 1992 silam masih menyisakan jejak geologi yang patut menjadi pembelajaran.
SEKTOR pariwisata sangat potensial untuk menambah pendapatan masyarakat serta meningkatkan kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Ribuan hewan ternak babi mati mendadak di Parigi Moutong, Poso, dan Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Penyebabnya, virus African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika.
Sebanyak 14.756 ekor ternak babi di Luwu Timurm Sulawesi Selatan mati mendadak akibat serangan virus African Swine Fever (ASF) atau flu babi Afrika.
Ratusan babi di beberapa daerah mati mendadak diduga akibat Flu Babi Afrika yang sebelumnya telah dikonfirmasi mewabah di Batam. Namun, Menteri Pertanian membantahnya.
HINGGA saat ini, kasus flu burung atau Avian Influenza (AI) belum ditemukan di Kota Bandung, Jawa Barat.
ADANYA virus babi ini dimanfaatkan oleh pemerintah untuk melakukan banyak kegiatan sehingga terkesan menghamburkan uang.
PEMKAB Nagekeo, NTT menolak bantuan ternak babi dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian. Alasannya, untuk mencegah masuknya virus babi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved