Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Ada Blantik di Lereng Merapi

ARDI TERISTI
13/11/2020 03:50
Ada Blantik di Lereng Merapi
Sapi-sapi lereng Merapi yang terus diburu blantik atau makelar sapi, ketika para pemiliknya sedang kebingungandi pengungsian(widjajadi )

SAPI dan bahaya Merapi. Dua soal itu menjadi persoalan pelik bagi penduduk dan petani di lereng Gunung Merapi. Mereka diimbau mengungsi, tapi banyak yang keberatan karena takut kehilangan sapi.

“Sejumlah peternak sapi di Dusun Kalitengah Lor, Cangkringan, mengaku kesulitan mengurus ternak jika harus mengungsi,” kata Camat Cangkringan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, Suparmono, kemarin.

Ternak sapi butuh perawatan rutin. Tak hanya makan dan minum, tapi juga pembersihan kandang. Saat ini masih banyak ternak milik warga di kawasan rawan erupsi Merapi yang belum diungsikan. Warga yang mengungsi harus bolak balik, naik-turun untuk mengurus ternak.

Kondisi itu, menurut Suparmono, dimanfaatkan sejumlah blantik atau makelar ternak. Mereka mengiming-imingi untuk menampung sapi dari warga dengan harga di bawah pasaran.

Suparmono mengaku hanya bisa mengimbau peternak untuk tidak menjual sapinya dengan harga murah. “Kami berharap pemerintah daerah atau dinas terkait dapat memberikan solusinya.”

Di sentra peternakan Dusun Kalitengah Lor ada 294 sapi. Sampai kemarin baru 56 ekor yang telah diungsikan ke tempat aman.

Ternak dan harta benda lainnya juga membuat warga tiga dukuh di Desa Sidorejo, Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, enggan mengungsi. “Pemerintah desa sudah  menyiapkan GOR Kalimosodo sebagai tempat pengungsian sementara,” ungkap Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah Klaten Nur Tjahjono.

Adapun dari dua desa lain yang berada di wilayah rawan, yakni Tegalmulyo dan Balarante, jumlah pengungsi mencapai 240 orang. Mereka ditampung di Balai Desa Tegalmulyo dan
Balarante.

Imbauan mengungsi juga belum ditanggapi warga dua dukuh di Desa Jrakah, Selo, Kabupaten Boyolali. “Mereka mengandalkan kearifan lokal karena belum ada tanda-tanda bahaya dari Merapi,” kata Kepala Desa Jrakah, Tumar.

Pemerintah Desa Jrakah sudah menyediakan 24 ruangan di balai desa untuk menampung warga.

Sebaliknya, 200 warga Desa Klakah, Selo, memilih bersedia dievakuasi. Kebanyakan ialah warga yang rentan, yakni lansia, ibu hamil, balita, dan penyandang disabilitas. Mereka mengungsi ke Balai Desa Klakah.


Tes cepat


Adanya pengungsian di masa pandemi membuat Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang Retno Indriastuti mengharuskan para relawan di lokasi pengungsian menjalani tes cepat. “Kita harapkan semua sehat sehingga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.”

Sebelumnya, tes cepat juga dilakukan terhadap pengungsi. Hasilnya, ada 9 orang yang reaktif. Setelah dites usap, 7 orang negatif dan dua lainnya masih menunggu hasil. “Yang dua orang dikarantina di Rumah Sakit Merah Putih,” kata Retno.

Dari Pakem, Sleman, Panewu atau Camat Suyanto menyatakan sejumlah objek wisata di wilayahnya sudah ditutup. “Salah satunya lokasi wisata ziarah makam Syekh Djumadil
Kubro di Bukit Turgo.”

Penutupan juga diberlakukan untuk objek wisata di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi, yakni Hutan Pronojiwo, Tlogo Putri, dan Tlogo Nirmolo.

“Selain objek-objek wisata itu, objek-objek wisata yang ada di Pakem, termasuk di Kaliurang, tetap buka,” terang  Suyanto.

Untuk antisipasi, pihaknya telah berkoordinasi dengan para relawan di Pakem. (JS/TS/AU/WJ/N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya