Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Disabilitas Sukses Merintis Usaha Nata De Coco di Ciamis

Adi Kristiadi
10/11/2020 19:20
Disabilitas Sukses Merintis Usaha Nata De Coco di Ciamis
Pekerja di Pabrik nata de coco milik Enok Sri Kurniasih sedang menyimpan hasil fermentasi air kelapa, Selasa (10/11)(Antara)

PABRIK pengolahan produk minuman pembuatan nata de coco berada di Kampung Citaman, Desa Citapar, Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Ciamis, Jawa Barat,  bertahan di tengah pandemi Covid-19. Usaha yang dirintis disabilitas, Enok Sri Kurniasih, 46, ini sejak 2009 itu kini omsetnya per bulan mencapai Rp200 juta.

Semula produk minuman nata de coco dibuat Enok di Dusun Badak Jalu, RT 32 RW 8, Desa Ciulu, Kecamatan Banjarsari. Usahanya berkembang dan pindah ke lokasi yang baru, kini pegawainya berjumlah 36 orang dari warga sekitar.

Enok Sri Kurniasih, menceritakan usaha yang ditekuninya kerap menemui berbagai rintangan. Untuk meraih kesuksesan seperti saat ini tidaklah mudah. Apalagi, bagi dia yang kehilangan tangan kanannya. Namun, tekad dan kerja keras mampu membuat mimpinya memiliki usaha tercapai.

"Perjuangan dalam meraih kesuksesan bukan perkara gampang laiknya membalikan tangan. Butuh kerja keras dan jangan minder," ujar Enok Sri Kurniasih yang disapa Nia, Selasa (10/11)

Paska kecelakaan yang membuatnya kehilangan tangan kanan pada 25 tahun lalu, kenang Nia, membuat dirinya pesimistis. Beruntung, Menteri Sosial Inten Suweno saat itu, datang melayat memberikan dukungan dan motivasi supaya untuk tetap melanjutkan kuliah hingga lulus.

"Alhamdulillah motivasi dari bu Mensos Inten Suweno membuat saya bangkit. Keterbatasan fisik bukan menjadi halangan untuk maju. Kita adalah jalan hidup yang harus dilalui apapun takdir Allah, yang penting berjuang untuk hidup dengan jalan yang diridhoNYA," ungkap Nia.

Semangat Nia terkumpul, diapun membantu kakak sepupu yang lulusan IPB yang ahli mengolah nata de coco menjadi minuman. Setelah beberapa tahun menimba ilmu mengolah limbah air kelapa itu, dia memberanikan diri membuat minuman itu sendiri.

"Hasil pengolahan nata de coco saya dan suami, alhamdulillah diterima pasar. Saya memakai merk nama anak kami Nabil dan Zaki. Keuntungan pertama saya itu baru Rp150 ribu per bulan, sekarang bisa Rp200 juta. Itu memakan waktu 10 tahunan, butuh sabar dan profesional," pesannya.

Pada 2014, jelas Nia, dia mendapat binaan Bank Indonesia. Di bawah binaan BI ini diajari manajemen, strategim pemasaran dan sebagainya. Ternyata pangsa pasar nata de coco sangat luas, untuk sektor industri non food seperti bahan kertas, textile, layar LCD dan lainnya selain untuk minuman.

"Bank Indonesia tidak hanya memberikan ikan tapi kailnya. Banyak sekali manfaatnya terutama soal kedisiplinan dan etos kerja. Mereka masih memberikan motivasi saat pandemi covid ini dan bagaimana bisa bertahan selama perekonomian menurun," ungkap Nia.

Menurut Nia, pengolahan nata de coco sangat mudah bisa dipelajari semua orang. Apalagi bahan baku air kelapa melimpah di Indonesia. Syaratnya butuh kesabaran, mau belajar dari kesalahan dan kerja keras.

"Doa juga jangan lupa agar kita tidak lekas patah semangat. Hasil kita hari ini adalah perjuangan yang dilakukan dahulu. Alhamdulillah cita-cita saya bisa bermanfaat buat lingkungan tercapai," ujar Nia. (OL-13)

Baca Juga: Kemas Tempe Jadi Elegan Hidupkan Ekonomi Rakyat

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik