Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
PULUHAN remaja itu berbaris rapi dengan mengenakan masker, keluar dari Ponpes Al-Hidayah di Purwokerto, Jawa Tengah, akhir September lalu. Punggungnya menggendong tas yang berisi pakaian. Satu per satu baik laki-laki dan perempuan berusia belasan masuk ke dalam bus yang telah siap. Mereka diatur oleh seorang petugas yang berbaju hazmat.
Wajah para remaja itu kelihatan gundah gulana. Ada perasaan sedih, khawatir dan takut yang berkecamuk. Bus kemudian membawanya ke sebuah tempat bernama Pondok Slamet milik Pemprov Jateng di Kawasan Baturraden yang dipinjamkan ke Pemkab Banyumas untuk dijadikan rumah karantina bagi santri yang positif Covid-19 tanpa gejala.
"Ketika diminta untuk pindah dari Ponpes ke Baturraden, terus terang kami tidak tahu. Apalagi yang menjemput adalah petugas berbaju hazmat. Ya jelas, awalnya takut. Tetapi mau bagaimana lagi, menurut saja. Meski rasa di dalam hati macam-macam, tetapi yang pasti khawatir," kata Lulu, seorang santri kepada mediaindonesia.com pada Rabu (4/11).
Lulu, adalah satu perempuan dari santri asal Ponpes Al Hidayah yang diketahui positif Covid-19. Jumlah totalnya mencapai 328 santri. Ia bersama teman-temannya dibawa ke Pondok Slamet, salah satu rumah karantina selain Wisma Wijaya Kusuma dan Balai Diklat.
"Kami masuk ke ruangan masing-masing yang telah ditentukan. Tak pernah terbayangkan masuk karantina, karena kami positif Covid-19. Kami juga bertanya-tanya, sebetulnya dari mana penularannya. Padahal pihak pondok juga sangat ketat menerapkan protokol kesehatan (prokes), tetapi nyatanya bisa mengjangkiti santri. Meski kami tidak merasakan gejala," ungkapnya.
Kegelisahan santri yang dikarantina juga diungkapan oleh Anisa. Dalam testimoninya, ia mengatakan bahwa awalnya takut sama para petugas. Apalagi, mereka mengenakan baju hazmat yang disebut seperti makhluk luar angkasa.
"Awalnya kami takut dengan beliau-beliau, karena memakai baju seperti makhluk luar angkasa," ungkapnya.
Rudi Setiawan, Koordinator Rumah Karantina Pondok Slamet waktu itu mengakui bahwa para santri takut dan kaget. Apalagi sesungguhnya mereka tidak merasakan gejala apapun.
"Jangankan para santri, awalnya kami juga merasa takut. Bayangkan saja, harus mengurus 88 remaja santri yang positif Covid-19. Dan kami harus berinteraksi dengan mereka. Namun, sebelum masuk mengurus mereka yang positif Covid-19, telah ditekankan kalau tugas yang kami jalankan merupakan kewajiban demi kemanusiaan," kata Rudi.
Adaptasi
Melihat kondisi santri yang masih takut, akhirnya ada perubahan pola pendekatan. Misalnya saja, petugas yang ada di rumah karantina diminta untuk menganggap para santri bagian dari keluarga. Dalam aktivitas harian, disamakan jadwalnya seperti saat mereka di Ponpes. Sejak subuh, mereka bangun, salat dan pagi harinya senam pagi. Jika cuaca bagus, maka senam dilaksanakan di halaman. Kalau hujan, di kamar masing-masing. Karena olahraga menjadi kewajiban, maka kegiatan senam divideo dan diserahkan di grup WA yang dbentuk untuk koordinasi.
"Telah ditekankan dari pimpinan kami, bahwa petugas tidak boleh menganggap para santri sebagai orang lain, melainkan keluarga. Agar tidak merasa di rumah karantina, maka kegiatan disamakan dengan waktu di Ponpes. Kami juga berusaha semaksimal mungkin agar para santri yang dikarantina tidak segan-segan meminta apapun. Ternyata, mereka bisa terbuka dan tak ragu meminta. Mulai dari peralatan mandi, peralatan sekolah untuk ujian, peralatan pribadi remaja putri dan lainnya," jelas Rudi.
Bahkan, ketika ada yang ulang tahun, para petugas memberikan kue istimewa. Hal itu dilakukan agar para santri kerasan dan berbahagia, sehingga imunitasnya terus terjaga. Selama dikarantina, para santri terus diberi edukasi kesehatan khususnya prokes Covid-19. Juga ada konseling untuk menampung keluhan para santri serta yang tak kalah penting adalah pemeriksaan kesehatan secara rutin.
Setelah melewati beberapa hari, para santri mulai betah di rumah karantina. Mereka mengikuti prokes secara disiplin. Seorang santri bernama Nurul, misalnya, meminta kepada orang tuanya untuk tidak khawatir memikirkan dirinya di rumah karantina. Dalam pernyataan testimoninya, Nurul menyatakan, "Mah, pah, jangan risau di rumah, di sini aku baik-baik saja."
Santri lainnya, Arifah, mengungkapkan bahwa dukungan yang diberikan oleh petugas karantina sangat berarti. Arifah menyebut para petugas dengan kakak astronout, karena baju hazmat yang dipakai mereka.
"Kakak astronout, baik Kakak Dinkes (Dinas Kesehatan) maupun BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) terima kasih support-nya. Kakak adalah orang berani dengan kami yang dinyatakan positif. Di luar sana, banyak orang yang takut dengan kami. Engkau bagai lilin yang mampu menerangi apa yang ada di sekelilingnya, tanpa mempedulikan diri yang akan hangus terbakar," ungkap Arifah.
Ditambahkan oleh Ika, ada pelajaran yang diperoleh ketika mereka berinteraksi dengan para petugas.
"Saya berpikir, mengapa mereka sehat, padahal setiap hari berinteraksi dengan kami yang positif. Oh, ternyata protokol kesehatan yang selalu diterapkan serta ikhlasnya mereka dalam menolong orang lain. Saya juga belajar, bahwa dengan adanya pandemi, bukan untuk menjauh karena ada larangan salat berjamaah, akan tetapi pandemi ini mengajarkan kita untuk menemukan Sang Maha Cinta di dalam kesepian," tulis Ika.
Jadi Penggerak
Sebagai Koordinator Rumah Karantina Pondok Slamet, Rudi mengatakan tempat tersebut digunakan selama 23 hari. Dari 88 santri, sudah balik semua ke Ponpes.
"Alhamdulillah, selama bertugas 23 hari dan sama sekali tidak pulang, seluruh personel tak ada yang positif. Kami sangat disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Setelah santri pulang, kami langsung tes swab dan diinapkan di hotel sambil menunggu hasil tes keluar. Jadi, pulang ke rumah tidak khawatir menulari," katanya.
Kebahagiaan para santri yang sembuh dan dinyatakan negatif, salah satunya diungkap oleh Lilis. Ia menuliskan semua orang pasti akan membuka mata tentang kebaikan, pengorbanan dan jasa kalian. Yang paling kuingat selama di rumah karantina adalah bangun, senam, makan siang sudah siap, makan malam telah siap, vitamin jangan lupa, masker jangan lupa dipakai. Teima kasih dari kami untuk kalian para pahlawan Covid-19.
baca juga: Pandemi di Musim Hujan Warga Harus Perkuat Imunitas
Kini, para santri yang pernah positif Covid-19 menjadi penggerak program Jogo Santri. Mereka mendisiplinkan diri mereka dan mengajak orang lain untuk senantiasa mencuci tangan, mengenakan masker dan jaga jarak. Itulah yang menekan angka penularan.
Lulu, misalnya, setelah sembuh dia beraktivitas normal di Ponpes serta tak pernah absen mengikuti kuliah sebagai mahasiswa secara daring. Kini Lulu terus mengingatkan supaya setiap orang sadar untuk terus menerapkan prokes secara ketat. Sebuah ajakan sederhana sebetulnya, tetapi harus terus menerus dilakukan agar tidak pernah lupa. (OL-3)
Studi Nature Communications ungkap pandemi Covid-19 mempercepat penuaan otak rata-rata 5,5 bulan, meski tanpa infeksi. Siapa yang paling terdampak?
Studi terbaru mengungkapkan vaksinasi anak mengalami stagnasi dan kemunduran dalam dua dekade terakhir.
Diary, merek perawatan kulit (skin care) asal Bekasi, sukses menembus pasar Vietnam dan Jepang berkat inovasi produk, strategi digital, dan semangat pantang menyerah.
Produksi masker ini. bersamaan dengan produk lain seperti kopi, keripik udang dan coklat lokal membawa Worcas mendapatkan perhatian pasar domestik internasional.
Tahun 2020, sepasang peneliti India mengklaim lockdown global selama pandemi Covid-19 menyebabkan penurunan suhu permukaan bulan.
Jumlah wisman yang datang langsung ke Bali pada Januari-November 2023 sebanyak 5.782.260 kunjungan, sementara pada periode yang sama tahun 2019 sebanyak 5.722.807 kunjungan.
Taj Yasin menjanjikan hadiah bagi santri-santri asal Jawa Tengah yang bisa meraih juara pada ajang nasional di Sulawesi Selatan.
Baznas menyalurkan bantuan program Zmart Pesantren untuk 10 Pondok Pesantren di wilayah Jawa Timur.
Pesantren bukan hanya tempat menuntut ilmu atau sekadar menjadi pintar. Yang terpenting adalah menjaga akhlak generasi muda.
KETUA Bidang Pondok Pesantren dan Majelis Taklim Pengurus Pusat GP Ansor, Nur Faizin mendukung gagasan tentang transformasi pendidikan pesantren.
Sementara Kuasa Hukum pelapor -- KDR -- Heru Lestarianto, Sabtu (31/5) menjelaskan aksi penganiayaan tersebut tersebut terjadi pada Februari lalu.
Dia juga membangun kedekatan emosional dengan semua santri agar mereka patuh, disiplin dan menjauhi hal negatif yang bisa merusak masa depan mereka.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved