Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Masyarakat Desa Gambut di Kalsel Lestarikan Kain Sasirangan

Deri Dahuri
02/10/2020 13:19
Masyarakat Desa Gambut di Kalsel Lestarikan Kain Sasirangan
Warga kawasan gambut di Desa Teluk Karya Kecamatan Lampihong, Kabupaten Balangan, Kalsel, memproduksi kain tradisional sasirangan.(Ist)

PADA hari ini atau Jumat yang bertepatan dengan 2 Oktober diperingati Hari Batik Nasional (HBN). Tepatnya 2 Oktober 2009, batik karya anak bangsa ditetapkan sebagai warisan kebudayaan Indonesia  oleh United Nations Educational Scientific and Cultural (UNESCO).

Indonesia dikenal dunia sebagai negara dengan kekayaan budaya dan akar tradisinya yang melahirkan berbagai produk ‘wastra’ atau kain tradisional yang sarat budaya Nusantara. Kalimantan Selatan (Kalsel) juga memiliki wastra dengan sebutan ‘sasirangan’.

Kain sasirangan memiliki nilai sejarah yang cukup panjang sebelum akhirnya diproduksi massal oleh masyarakat terutama mereka yang berada di wilayah perdesaan gambut di Kalsel. 

Kain sasirangan merupakan kain adat suku Banjar di Kalsel yang diwariskan secara turun temurun sejak abad ke-12. Saat itu daerah Banjar dipimpin Lambung Mangkurat sebagai Patih Negara Dipa.

Berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat Kalsel, kain sasirangan pertama kali dibuat oleh Patih Lambung Mangkurat setelah bertapa 40 hari 40 malam di atas rakit Balarut Banyu.

Seiring dengan perkembangan zaman, kain sasirangan dipertahankan sebagai nilai budaya masyarakat Kalimantan Selatan terutama suku Banjar.

Masyarakat memproduksi secara massal kain sasirangan. Usaha warga tak sia-sia, kini, kain tersebut dikenal masyarakat luas hingga ke mancanegara.

Badan Restorasi Gambut (BRG) sebagai lembaga nonstruktural yang bekerja untuk mengoordinasi dan memfasilitasi restorasi gambut juga terlibat melestarikan dan mempromosikan kain sasirangan. Sejak 2018 lalu, BRG melatih masyarakat di desa-desa gambut membuat kerajinan kain sasirangan.

BRG mendukung pembentukan Kelompok Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang memproduksi kain sasirangan di sejumlah Desa Peduli Gambut di Kalimantan Selatan. Berbagai pelatihan dan akses pasar dihubungkan kepada kelompok yang banyak diisi oleh generasi milenial ini.

“Kami memberikan bantuan peralatan seperti mesin jahit dan sekarang dalam proses mengirimkan paket kamera digital untuk memudahkan pelaku UMKM menghasilkan foto produk yang bagus. Hal ini kami lakukan setelah sebelumnya memberikan pelatihan pemasaran digital,” ujar Yuyus Afrianto, Plt. Kepala Sub Kelompok Kerja yang mengurusi Kemitraan dan pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di BRG.

Pelatihan kepada anggota UMKM itu kini membuahkan hasil. Produksi kelompok usaha kain batik sasirangan telah merambah ke pasar nasional dan telah dipamerkan di mancanegara.

Sekarang, kelompok UMKM produsen kain sasirangan ini juga sudah mampu memasarkan produk mereka secara online melalui beberapa marketplace.

Dinamisator Desa Peduli Gambut Kalsel, Enik Maslahah, mengungkapkan masyarakat dilatih memanfaatkan lahan gambut yang ada secara bijak.

Menurut Enik, lahan gambut memiliki banyak keistimewaan. Bahkan lahan gambut bisa menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat yang hidup di perdesaan itu. Termasuk menyediakan berbagai warna-warna alam yang indah untuk kain-kain sasirangan.

Perbedaan kain sasirangan biasa dengan kain sasirangan masyarakat desa gambut terletak pada penggunaan pewarna kainnya. Masyarakat desa gambut menggunakan pewarna alami yang tumbuh di lahan gambut sebagai pewarna utama pada kain sasirangan mereka.

Masyarakat menggunakan kunyit, daun rambutan, akar pohon-pohonan hingga bunga kamboja dan kenanga. Penggunaan pewarna alami juga mempermudah perajin mendapatkan bahan baku dari lingkungan sekitar dan efisiensi dari segi biaya produksi. Apalagi nilai jual ternyata lebih tinggi.

“Kain sasirangan juga sudah dikenalkan kepada pemerintahan kabupaten, provinsi dan instansi-instansi lain,” kata Enik.

Pemerintah Kabupaten Balangan di Kalsel memamerkan kain sasirangan karya masyarakat desa-desa gambut di Festival Sasirangan Banjarmasin tahun lalu. Pada perhelatan itu, UMKM Desa Peduli Gambut mendapat juara 1 kategori stand kelompok usaha yang menjual produk ramah lingkungan.

Awalnya, kegiatan produksi sasirangan hanya dilakukan satu kelompok, yaitu Kelompok Eco Teratai di Kabupaten Hulu Sungai Utara. Sekarang, mereka menularkan keterampilan ini kepada desa-desa lain seperti Desa Teluk Karya dan Desa Banuahanyar di Kabupaten Balangan.

Menurut Pembina UMKM Kain Batik Sasirangan Kabupaten Balangan, Kalsel, Nursidah, kualitas kain batik sasirangan karya masyarakat desa gambut dinilainya cukup baik dan laku di pasaran.

“Bahan yang digunakan untuk memproduksi kain sasirangan tersebut mudah didapatkan sehingga mempercepat kerja para pengrajin,” jelas Nursidah.

Seorang anggota kelompok usaha kain sasirangan di Desa Teluk Karya Kecamatan Lampihong, Kabupaten Balangan, Kalsel, Laila Hayati menceritakan, pembinaan yang dilakukan BRG kepada masyarakat desa Teluk Karya telah membangkitkan ekonomi warga.

Anggota kelompok yang berjumlah 21 orang itu kini lebih semangat karena mendapatkan tambahan pendapatan yang mencukupi untuk kehidupannya.

“Dalam satu bulan kelompoknya bisa mendapatkan Rp 10 juta. Keuntungan bersih kami sekitar 5%,” ujar Laila. (RO/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya