Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Kurangi Impor, Pemerintah Dorong Budidaya Bawang Putih

Supardji Rasban
03/9/2020 08:22
Kurangi Impor, Pemerintah Dorong Budidaya Bawang Putih
Petani menanam benih bawang putih usai panen bersama bawang putih double chromosome di Desa Tuwel, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.(ANTARA/Oky Lukmansyah)

DEMI mengurangi impor bawang putih yang masih dominan, pemerintah terus mendorong petani untuk meningkatkan produksi dengan berbagai cara. Antara lain dengan melakukan penanamaan double chromosom sehingga selain produksinya meningkat masa tanamnya juga pendek.

Hal itu disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indoonesia (BI) Tegal, Jawa Tengah, M Taufik Amrozi, saat bersama petani memanen bawang putih dari hasil budi daya double chromoson di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Rabu (2/9).

Dalam upaya meningkatkan produksi bawang putih tersebut Perwakilan BI Tegal tidak hanya sendiri tapi bersinergi dengan Kementerian Pertanian
(Kementan) dan Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) IPB.

Baca juga: Berbelanja Kebutuhan Dapur tanpa Takut Terpapar

Taufik menyebut, penanaman bawang putih chromosome yang dikelola Kelompok Berkah Tani Desa Tuwel tersebut merupakan binaan BI Tegal sejak
2015 yang berarti kurang lebih sudah lima tahun dengan hasil naik turun.

"Namun alkhamdulillah para petani di sini tidak pernah patah semangat, sehingga pernah menghasilkan dimensi bawang putih lebih besar, menyerupai bawang putih impor," ujar Taufik.

Taufik berjanji pihaknya dengan Kementan serta peneliti dari universitas, khusunya IPB, akan terus mengupayakan agar pengadaan bibit bawang putih selalu stabil sehingga bisa menjadi bibit nasional.

"Karena bibit bawang yang unggul menjadi kunci dalam peningkatan produksi," kata Taufik.

Taufik menerangkan, hasil bibit bawang putih dari penanaman dengan model chromosome akan disebarkan dari Tegal ke Jawa Tengah, setelah itu ke seluruh Indonesia, supaya tidak lagi 95% bawang putih impor.

Ia menginginkan masyarakat terbiasa dengan bawang putih produk sendiri bukan impor dengan cara terus menyosialisasikan mengenai kualitas
bawang putih chromosome yang secara hasil laboratorium unsur kaliumnya jauh lebih tinggi ketimbanag bawang putih impor. Tidak hanya itu, termasuk juga kandungan gizinya jauh lebih tinggi ketimbang bawang putih impor dan dari segi rasa pun juga berbeda.

Taufik mengakui, hampir 600 ribu ton kebutuhan bawang putih nasional, 95%-nya masih impor.

"Butuh keberpihakan baik dari BI, pemerintah, akademisi, atau pun petaninya," ucap Taufik.

Ketua Kelompok Berkah Tani Desa Tuwel Achmad Maufur menuturkan, saat ini, para petani bawang putih di Kabupaten Tegal sedang mengalami masalah, terutama mengenai hasil panen petani yang ditampung untuk dijadikan bibit dan disuplai ke beberapa daerah banyak yang belum terserap.

Maufur menyebut di gudang milik kelompok tani yang dipimpinnya masih ada sekitar 30 ton benih bawang putih yang harusnya awal tahun sudah bisa ditanam, tapi sampai saat ini tidak terserap.

Jika sampai akhir tahun tidak terserap, akan busuk semuanya dan memicu kerugian bagi anggota kelompok Tani.

"Harapan kami, kebijakan dari pemerintah bisa berubah, yaitu yang tadinya hanya wajib tanam tapi juga ditambahi wajib beli. Karena tanpa
adanya kebijakan dari pemerintah, bawang putih kita tidak dapat bersaing," kata Maufur.

Perwakilan Kementerian Perdagangan Indra Wijayanto menambahkan, saat ini karena memang barangnya tidak ada, mau tidak Indonesia melakukan impor.

"Hasil panen bawang putih chromosome merupakan salah satu langkah untuk meningkatkan bawang putih hasil panennya sama seperti produk impor yang ukuran atau dimensinya lebih besar," ujar Indra. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya