Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
MEMASUKI musim kemarau sejumlah sumber air untuk pengairan areal lahan pertanian di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, sudah menyusut. Bahkan sudah ada sejumlah bendungan mulai kekurangan air dan tidak bisa mengairi areal persawahan.
Salah satunya bendungan Cisadap di Desa Buara, Kecamatan Ketanggungan, yang mengairi persawahan di tiga kecamatan. Bendungan Cisadap sudah menyusut sejak Juli lalu tidak bisa lagi mengairi areal persawahan di Kecamatan Ketanggungan, Kersana, dan Tanjung. Pengairan sawah di tiga kecamatan itu akhirnya mendapat pasokan air dari Waduk Malahayu, Kecamatan Banjarharjo.
Kepala Bidang Irigasi dan Air Baku, Nurul Hidayat mengatakan, menyampaikan persediaan air di Waduk Malahayu per akhir Juli terdapat 20.723.911 meter kubik. Persediaan air itu cukup untuk mengairi areal persawahan hingga 72 hari ke depan.
"Belum bisa dikatakan kekeringan, karena sumber-sumber air masih ada. Di Waduk Malahayu masih mencukupi untuk dua bulan ke depan dengan debit air yang dikeluarkan setiap hari 3 meter kubik per detik. Artinya, ini cukup untuk pengairan sampai Oktober nanti," ujar Nurul Hidayat, saat meninjau Bendung Cisadap, Jumat (13/8).
Nurul Hidayat menyebut, mulai 16 Agustus nanti akan mulai dilakukan gilir air dengan debit air 3 meter kubik per detik. Sistem gilir air akan dilakukan hingga 28 Oktober.
Baca juga : Gubernur NTT Hukum 103 Pegawai Berjemur Selama Tiga Jam
"Sistem gilir air di Waduk Malahayu dilakukan dengan pola 4 hari mati atau ditutup dan 6 hari dibuka. Persediaan air di Bendungan Notog mencapai 4.619 liter per detik," terangnya.
Ia menuturkan Bendung Notog mendapat pasokan air dari Waduk Penjalin melalui anak Sungai Pemali. Di bendungan Notog, sudah dilakukan gilir air dengan penggunaan air yang efesien.
"Sumber-sumber air masih ada, jadi belum bisa dikatakan kekeringan, tapi kekurangan air. Sekarang juga sudah ada gilir air dan pompanisasi oleh para petani," jelas Nurul hidayat.
Nurul Hidayat melanjutkan, gilir air di bendungan Notog dilakukan dua hari sekali. Karena ada irigasi Pemali Kanan, Pemali Tengah, dan Pemali Kiri.
"Persediaan air untuk pengairan areal lahan pertanian tahun ini lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Tahun lalu, di bulan Juli sudah mengalami kekeringan dan sejumlah sumber-sumber air mengering. Namun tahun ini, masa tanam kedua berjalan lancar dan bisa panen dengan baik. Saat ini memasuki masa tanam ketiga dengan persediaan air yang cukup," ucapnya.
Menurutnya, tahun ini kemarau basah, diperkirakan juga persediaan air akan cukup hingga Oktober. Sementara di bulan Oktober sudah mendekati musim hujan. Mudah-mudahan tidak ada kekeringan yang parah untuk tahun ini," pungkasnya. (OL-2)
AKIBAT tidak turun hujan dan krisis air saluran irigasi, kekeringan lahan sawah di Kabupaten Pidie, Aceh, semakin parah.
Di Desa Ceurih Kupula, Desa Pulo Tunong, Desa Mesjid Reubee dan Desa Geudong, puluhan ha lahan sawah mengering. Lalu tanah bagian lantai rumpun padi pecah-pecah.
SEBANYAK 10,25 hektare lahan pertanian di Tanah Datar terdampak kekeringan, dan 5,25 hektare di antaranya sudah dinyatakan puso atau gagal panen.
SIUMA menggunakan sensor kelembaban tanah berbasis IoT yang terkoneksi langsung ke grup WhatsApp petani, sehingga memungkinkan pengambilan keputusan irigasi secara real time.
PERUBAHAN pola cuaca semakin nyata di Indonesia. Peneliti BRIN Erma Yulihastin, mengungkapkan bahwa musim hujan saat ini tak lagi berjalan secara reguler.
LAHAN pertanian di Desa Waringinsari Kecamatan Takokak Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mengalami krisis pasokan air akibat tanah longsor dan pergerakan tanah.
BMKG memperingatkan bahwa cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia, meskipun musim kemarau secara klimatologis telah dimulai.
Di kawasan pegunungan dan dataran tinggi, bahkan pada malam hingga pagi hari suhu udara dapat mencapai di bawah 14 derajat celcius.
Ketidakteraturan atmosfer memicu kemunduran musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia, memunculkan cuaca ekstrem yang terus berlanjut.
BMKG menegaskan fenomena cuaca dingin di Indonesia bukan disebabkan Aphelion, melainkan Monsun Dingin Australia dan musim kemarau.
Di musim kemarun ini, BPBD mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan tidak membuka kebun dengan cara membakar hutan dan lahan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved