Headline

Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.

Prevalensi Stunting di Sumut hanya Turun 2,3%

Yoseph Pencawan
24/7/2020 14:30
Prevalensi Stunting di Sumut hanya Turun 2,3%
Petugas Posyandu memberikan vitamin A pada balita di Posyandu Bougenvile, Ngawi, Jawa Timur, Selasa (25/2) untuk mencegah stunting.(ANTARA/ARI BOWO SUCIPTO)

Dharma Wanita Persatuan Sumatra Utara menilai kasus stunting, atau kegagalan pertumbuhan anak, di Sumut hingga kini masih tergolong tinggi sehingga menjadi salah satu fokus perhatian organisasi tersebut.

Nawal Edy Rahmayadi, Penasihat DPW Dharma Wanita Persatuan Sumut, meminta para orang tua agar lebih memperhatikan gizi dan pertumbuhan anak untuk menekan angka prevalensi stunting.

Baca juga: DBD Menelan 19 Korban di Kota Tasikmalaya

"Pada tahun 2019, prevalensi stunting di Sumut masih mencapai 30,11%  atau hanya berkurang 2,3% dibanding tahun sebelumnya," kata Nawal, Jumat (24/7).

Masih tingginya prevelensi stunting tersebut bagi Nawal juga menjadi tanggung jawab aparatur sipil negara (ASN) atau istri ASN, khususnya dalam upaya pencegahan.

Adapun salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Situasi pandemi saat ini membuka peluang terjadinya babybooming yang dapat meningkatkan angka stunting.

Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara Evawany Y Aritonang menjelaskan, gangguan gizi dan kesehatan pada anak dapat menyebabkan tinggi badan saat lahir kurang dari 48 cm.

"Di usia 6 bulan tinggi badan masih di bawah 63 cm dan ketika di usia 12 bulan di bawah 71 cm," ujarnya. Sedangkan normalnya, bayi baru lahir rata-rata memiliki tinggi badan sekitar 50 cm, 68 cm saat 6 bulan, 76 cm saat 1 tahun, 97 cm saat 2 tahun dan 127 cm saat 8 tahun.

Ciri-ciri stunting bisa terlihat dari fisik, antara lain pertumbuhannya terlambat dibanding dengan anak seusianya seperti tinggi dan berat badan.

Kemudian, anak memdapat hasilnya buruk saat tes perhatian dan memori belajar dan wajah tampak lebih muda dari anak seusianya. Ciri lain,  pertumbuhan gigi terhambat.

"Anak stunting biasanya lebih pendiam dan tidak banyak melakukan kontak mata dengan orang lain," tambahnya.

Menurut Makmur Sitepu dari Divisi Fetomaternal Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran USU, pencegahan stunting diawali sejak prakehamilan. Kehamilan merupakan proses membangun janin manusia sehingga perlu perhatian sebelum kehamilan.

"Untuk mencegah stunting harus dilakukan sejak sebelum kehamilan, memperhatikan gizi ibunya. Setelah hamil, perhatikan gizi kandungan, karena hamil itu merupakan proses membangun janin manusia," jelasnya. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA
Berita Lainnya