Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Penjualan Hewan Kurban di Wonogiri Turun 50 Persen

Widjajadi
23/7/2020 17:01
Penjualan Hewan Kurban di Wonogiri Turun 50 Persen
Situasi perdagangan hewan kurban sapi di Wonogiri jelang Idul Adha 1441 H.(MI/Widjajadi)

TRANSAKSI hewan kurban di Kabupaten Wonogiri hingga sepekan jelang hari raya Iduladha masih lesu. Pandemi covid-19 membuat daya beli masyarakat turun, penjualan hewan kurban pun ikut menurun hingga 50% dibandingkan penjualan tahun lalu.

"Pembeli dari Jawa Barat dan Jakarta memang masih mendominasi, jika dibandingkan pembeli lokal dari Solo Raya atau Yogyakarta yang berbatasan dengan Wonogiri. Namun omzet penjualan tetap turun, mencapai 50% lebih dibandingkan transaksi hewan korban tahun lalu," ungkap Kepala Dinas Perikanan Peternakan dan Kelautan (Disnakperla) Wonogiri Sutardi kepada Media Indonesia, Kamis (23/7).

Menurut dia, situasi pagebluk mengikis perekonomian di semua sektor. Pun ada ketakutan para pembeli akan penyebaran virus covid-19 jika bertransaksi langsung dengan peternak. Hal itu menjadi picu utama turunya omzet penjualan hewan ternak, baik sapi maupun kambing.

Sebagai sentra ternak sapi potong terbesar ketiga di Jateng setelah Blora dan Grobogan, Kabupaten Wonogiri masih menjadi pilihan utama para pembeli dari Jabar dan DKI Jakarta.

"Kebanyakan dari mereka sudah langganan dengan kelompok peternak, sebagian besar pesan lewat online dengan syarat utama ada SKKH (surat keterangan kesehatan hewan)," imbuh dia.

Hanya sedikit yang bertransaksi langsung saat hari pasaran di Pasar Hewan Utama, seperti di Purwantoro, Jatisrono maupun Pracimantoro. Meski yang didatangkan saat hari pasaran Paing masih ratusan ekor, namun hanya 10% yang diambil pembeli.

Baca juga: Khofifah Jamin Hewan Kurban di Jatim Penuhi Kriteria ASUH

Sutardi menambahkan, banyak ternak sapi dari daerah di Jatim yang dicoba dijual ke Wonogiri dengan meminjam nama warga lokal berhasil digagalkan petugas.

"Ada yang lewat jalan tikus atau pinjam nama warga Wonogiri, kita tolak. Karena kita tidak ingin kecolongan sapi sakit. Semua harus legal dan ber-SKKH," ungkapnya.

Disnakperla Wonogiri mengawasi ketat lalu lintas ternak, jangan sampai kemasukan sapi terpapar antrhax, leptospirosis dan brucellosis, hingga lolos dalam transaksi. Semua hewan ternak untuk uorban yang keluar harus mengantongi SKKH.

"Tidak ada yang lolos dari pemeriksaan. Sekali lagi harus memiliki SKKH. Apalagi protokol kesehatan menjadi hal wajib dalam transaksi hewan kurban," tuturnya.

Selain memenuhi protokol kesehatan, para peternak juga wajib melakukan penyemprotan disinfektan di lingkungan sentra ternak dan memilah hewan sapi bunting dari penjualan. Saat ini, populasi sapi potong di Wonogiri mencapai 165 ribu ekor.

"Di Wonogiri khusus sapi potong, kalau di Boyolali kan yang ikut dijual sapi perah juga. Ini yang membedakan," pungkas Sutardi sembari menyebut harga sapi belum melonjak meski Iduladha tinggal sepekan lagi.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya