Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

DBD di Cianjur Terkendali Meski ada 477 Kasus dan 5 Kematian

Benny Bastiandy
30/6/2020 14:35
DBD di Cianjur Terkendali Meski ada 477 Kasus dan 5 Kematian
DBD di Cianjur pada semester tahun ini terjadi 477 kasus dengan lim kematian.(Ant/Budiyanto)

KABUPATEN Cianjur, Jawa Barat, belum menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah dengue (DBD). Padahal, pada semester pertama tahun ini, jumlah kasus maupun kematian akibat DBD relatif cukup banyak.

Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, Rostiani Dewi, menuturkan kasus DBD sejak memasuki awal tahun hingga akhir Juni memang cukup merebak. Selain karena faktor iklim, perilaku masyarakat juga berkontribusi cukup besar terhadap merebaknya penyakit yang diakibatkan gigitan nyamuk aedes aegypti tersebut.

"Selain kondisi iklim, pengaruh perilaku masyarakat juga berperan (terhadap merebaknya DBD). Tapi sampai sekarang kita belum menetapkan KLB," terang Dewi kepada mediaindonesia.com, Selasa (30/6).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan setempat, selama Januari-Juni terjadi sebanyak 477 kasus DBD dengan jumlah kematian sebanyak 5 kasus. Rinciannya, pada Januari terdapat sebanyak 85 kasus, pada Februari sebanyak 91 kasus
dan kematian 1 kasus, pada Maret sebanyak 129 kasus dengan jumlah kematian 1 kasus, pada April sebanyak 61 kasus dengan jumlah kematian 2 kasus, pada Mei ada 66 kasus dengan jumlah kematian 1 kasus, dan pada Juni ada 45 kasus.

"Pada Maret jumlah kasusnya memang melonjak. Kalau kematian yang banyak terjadi pada April sebanyak 2 kasus," ungkapnya.

Baca Juga: DBD Efektif Diatasi Dengan Pola Hidup Sehat

Dewi mengaku berbagai upaya dilakukan untuk mengantisipasi merebaknya DBD. Hal paling utama yakni melaksanakan 3 M Plus yakni mengubur benda-benda yang bisa menjadi tempat berkembangnya jentik nyamuk aedes aegypti, menguras bak mandi secara rutin, serta menutup tempat-tempat penampungan air. "Termasuk melaksanakan program pemberantasan sarang nyamuk," tegasnya.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, Yusman Faisal, menambahkan tren kasus DBD setiap bulannya cenderung berfluktuasi. Peralihan musim dari kemarau ke hujan,
sebut Yusman, diakuinya cukup rentan berpotensi terjadinya DBD.

Yusman mengaku Dinkes Kabupaten Cianjur sudah mengeluarkan surat edaran ke semua puskemas agar masyarakat menggiatkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui program 3M Plus.

"PSN dan 3M Plus yakni menguras, menutup, dan mengubur ini merupakan upaya preventif. Plusnya memanfaatkan barang tidak terpakai, menanam tumbuhan pengusir nyamuk, dan memberikan larvasida," beber Yusman.

Di kalangan masyarakat sendiri masih terbentuk stigma bahwa penanganan DBD dilakukan dengan cara fogging. Namun, kata Yusman, fogging sifatnya kuratif bukan preventif. "Jadi, fogging tidak terlalu efektif," tandasnya. (OL-13)

Baca Juga: Kasus DBD Melonjak, Kemenkes Sebut Belum Ada Penanganan ...



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya