Headline
Pemerintah tegaskan KPK pakai aturan sendiri.
UNIVERSITAS Hasanuddin (Unhas) Makassar mulai intensif melakukan pencegahan penularan virus korona atau Covid-19 di lingkup kampus sejak dua minggu terakhir. Sebanyak 2.000 pegawai mengikuti rapid test dan hasilnya 37 dia ntaranya reaktif.
Ketua Tim Satgas Covid-19 Unhas, Prof Budu menjelaskan, langkah tersebut diambil menindaklanjuti laporan ada empat pegawai di Unhas yang ditemukan terinfeksi virus korona.
"Berdasarkan contact tracing, keempat pegawai tersebut kemungkinan terpapar dari luar kampus," sebutnya.
Meskipun demikian, Unhas berkomitmen, memastikan seluruh pegawai dalam keadaan sehat dan terhindar dari infeksi virus korona. Rektor Unhas, Prof Dwiah Aries Tina Pulubuhu memerintahkan, agar seluruh pegawai menjalani rapid test sebagai langkah pencegahan penularan.
Sesuai standar pencegahan penularan virus korona, seluruh pegawai ini kemudian diambil tindakan lanjutan, yaitu dengan melakukan karantina mandiri dan melakukan tes polymerase chain reaction (PCR) swab, untuk memastikan mereka betul terinfeksi virus korona.
"Kemarin, Selasa 23 Juni 2020, Unhas telah menerima hasil pemeriksaan swab dari 37 pegawai yang reaktif, dan sebanyak 25 pegawai di antaranya, ditemukan positif terinfeksi Covid-19 walaupun sampai saat ini belum ada gejala klinis baik ringan maupun berat. Mereka OTG," sebut Prof Budu, Rabu (24/6).
Baginya, langkah melakukan screening (pemeriksaan) terhadap seluruh pegawai Unhas ini merupakan langkah yang sangat strategis. Dengan melakukan pemeriksaan ini, Unhas berkomitmen total dalam upaya memutuskan mata rantai penyebaran Covid-19.
"Seluruh pegawai yang dinyatakan positif tersebut kondisinya dalam keadaan sehat, tidak ada gejala sakit apapun yang kita temui. Coba bayangkan kalau kita tidak melakukan pemeriksaan massal. Mereka ini tentu bisa menjadi sumber penularan bagi ribuan pegawai lainnya. Sekarang kita segera memutus rantai sebaran," seru Prof Budu.
Dari sebarannya, 25 pegawai yang positif Covid-19 ini tersebar di 13 unit kerja berbeda, yaitu Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas MIPA, Fakultas Teknik, Fakultas Peternakan, Kantor Pusat, Satuan Pengamanan Kampus, Fakultas Farmasi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Unit Kearsipan, dan Fakultas Hukum.
Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unhas, Ansariadi menjelaskan, perlu investigasi lebih lanjut apakah mereka terpapar di tempat kerja atau dari keluarga mereka. Apakah ada hubungan antara satu kasus dengan kasus yang lain.
"Apalagi, kondisi di luar kampus saat ini sangat longgar, terutama pada tempat-tempat umum. Kalau melihat sebaran kasus yang ada di beberapa fakultas dan jika mereka tidak ada kontak diantara semua kasus sebelumnya di kampus, maka kemungkinan tertular dari keluarga atau tempat lainnya sangat besar," lanjut Ansariadi.
Selanjutnya, karantina terhadap staf yang pernah kontak erat dengan mereka yang positif juga perlu dilakukan untuk memutus penularan penyakit ini.
"Cepatnya Unhas melakukan identifikasi dan selanjutnya isolasi dan karantina ini yang perlu diapresiasi," kata Ansariadi.
Ia menambahkan, melihat peningkatan kasus dalam beberapa minggu terakhir di Sulsel, maka hampir dapat dipastikan banyak orang yang sudah terinfeksi tapi belum diidentifikasi dan melakukan kontak dengan mereka yang masih sehat.
"Karena itu, kita perlu proaktif cepat mengidentifikasi mereka yang positif dan melakukan isolasi dan karantina,” tukas Ansariadi.
baca juga: Test Massal di Semarang Tambah Kasus Covid 100 Persen
Rektor Unhas menambahkan masyarakat harusnya memiliki cara pandang baru terhadap Covid-19. Virus ini memang menyebar dan berada di sekitar kita, tetapi ini bukan hal memalukan. Siapa saja, tanpa kenal strata sosial, berpotensi terpapar.
"Covid-19 bukan aib. Ini bukan hal memalukan. Jangan takut memeriksakan diri, dan jangan malu jika terkena. Unhas memilih langkah ini untuk memberikan contoh, sambil menyiapkan protokol untuk tindak lanjut. Jika kita menemukan ada yang positif, protokol pencegahan akan segera bekerja," ujar Rektor. (OL-3)
Nimbus berada pada kategori VUM, artinya sedang diamati karena lonjakan kasus di beberapa wilayah, namun belum menunjukkan bukti membahayakan secara signifikan.
KEPALA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Ishaq Iskanda, Sabtu (21/6) mengatakan Tim Terpadu Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan (Sulsel) menemukan satu kasus suspek Covid-19.
Peneliti temukan antibodi mini dari llama yang efektif melawan berbagai varian SARS-CoV, termasuk Covid-19.
HASIL swab antigen 11 jemaah Haji yang mengalami sakit pada saat tiba di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, menunjukkan hasil negatif covid-19
jemaah haji Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap gejala penyakit pascahaji. Terlebih, saat ini ada kenaikan kasus Covid-19.
Untuk mewaspadai penyebaran covid-19, bagi jamaah yang sedang batuk-pilek sejak di Tanah Suci hingga pulang ke Indonesia, jangan lupa pakai masker.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved