Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Inflasi DIY Mei 2020 Kembali Meningkat

Agus Utantoro
04/6/2020 08:27
 Inflasi DIY Mei 2020 Kembali Meningkat
Pedagang cabai menjajakan dagangannya di Pasar Beringharjo, Yogyakarta, Sabtu (11/1/2020)(ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

BANK INDONESIA Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta, pada bulan Mei 2020 ini inflasi di DIY mencapai 0,22% (mtm). Kepala Perwakilan Bank Indonesia  Daerah Istimewa Yogyakarta, Hilman Tisnawan, mengatakan dengan realisasi tersebut, laju inflasi DIY secara akumulatif sampai dengan Mei 2020 tercatat 0,72% (ytd) atau secara tahunan sebesar 2,09% (yoy). 

"Inflasi bulanan DIY merupakan yang tertinggi di Jawa," kata Hilman, Kamis (4/6)

Walaupun demikian capaian inflasi tahunan DIY sedikit lebih rendah dibanding inflasi nasional, 2,19% (yoy). Namun masih berada pada batas bawah sasaran yang ditetapkan, yakni 3,0 hingga plus minus 1% (yoy). Tekanan inflasi DIY maupun nasional pada Mei 2020 disebabkan oleh inflasi kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices). Inflasi inti (core inflation) relatif stabil, sementara kelompok harga pangan bergejolak (volatile food) masih mengalami deflasi.

Inflasi administered prices mengalami peningkatan seiring aktivitas ekonomi yang mulai berjalan. Tarif angkutan udara pada Mei 2020 mengalami inflasi 15,6% (mtm), setelah dalam 4 bulan terakhir telah turun 19,9% (ytd).

Menurut dia, dengan dibukanya kembali aktivitas bandara pada Mei 2020  diiringi dengan pembatasan jumlah kursi penerbangan sebesar 50% menyebabkan maskapai mulai meningkatkan tarif angkutan udara, untuk mengkompensasi kerugian akibat penurunan jumlah kursi.

"Sementara itu inflasi inti cenderung stabil," jelas Hilman.

Dikatakan, sentimen inflasi kelompok inti berasal dari tarif sewa rumah yang meningkat 0,35% (mtm). Peningkatan tersebut bersifat siklikal, yang umumnya terjadi pada pertengahan dan awal tahun. Di sisi lain, deflasi kelompok inti utamanya disumbang oleh komoditas gula pasir yang turun 3,30% (mtm). Berdasarkan PIHPS harga gula pasir sudah mulai bergerak menurun walaupun tercatat masih tinggi di level Rp15.500/kg di akhir Mei 2020.
 
Realisasi impor gula pasir telah masuk ke Indonesia sejak April 2020, sehingga TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) mampu melakukan operasi pasar maupun memasuk stok untuk stabilitas harga. "Diperkirakan pada Juni 2020 telah memasuki musim giling tebu, sehingga harga gula pasir akan cenderung menurun pada beberapa bulan kedepan," ujarnya.

baca juga: Cegah Penduduk Miskin Bertambah, Ekonomi Harus Berputar Kembali 

Hilman Tisnawan lebih lanjut mengungkapkan, pasokan yang melimpah pada beberapa komoditas pangan utama menyebabkan deflasi kelompok volatile food seperti bawang putih, cabai yang harganya turun. Dalam kondisi ini, perlu diwaspadai dampak Covid-19 yang telah menyebabkan penurunan penyerapan komoditas pokok di DIY. Deflasi pangan telah terjadi 3 bulan berturut-turut. Hal ini menyebabkan kerentanan bagi produsen dalam menjaga daya jualnya. Untuk itu upaya pemerintah untuk menggerakkan ekonomi saat ini perlu didukung, dengan tetap memastikan protokol kesehatan menjadi prioritas utama. (OL-3)


 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik