Headline
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
PEMERINTAH Provinsi Jawa Barat dituntut lebih tegas dalam menjalankan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) skala provinsi yang saat ini memasuki tahap kedua. Terlebih, saat ini memasuki musim mudik Lebaran sehingga berpotensi terjadinya perpindahan warga kota ke desa dalam jumlah yang besar.
Ketua Fraksi PKS DPRD Jawa Barat, Haru Suandharu, meminta Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, lebih berani mendesak pemerintah pusat untuk konsisten dan tegas terhadap kebijakan penanganan Covid-19.
Baca juga: Asa Penjual Takjil Menjemput Rezeki Ramadan saat Pandemi Covid-19
"Ketidaktegasan, ketidaksinkronan, dan sikap plin-plan pemerintah pusat akan membuat pemerintah daerah dan masyarakat di bawah kebingungan, dan dapat menimbulkan sikap abai atas protokol Covid-19," kata Haru di Bandung, Kami (21/5).
Dia menilai, perpanjangan PSBB di Jawa Barat harus dilakukan secara tegas dan konsisten dengan melakukan upaya penegakan hukum terhadap pelanggarnya. "Ketegasan terhadap pelanggar harus ada," katanya.
Selain terkait mudik, ketegasan pun diperlukan untuk pembatasan salat Idulfitri dan kegiatan lainnya yang mengumpulkan banyak orang. Haru menegaskan, dalam penerapan PSBB ini sudah sesuai dengan pembatasan HAM karena alasan kesehatan dan nyawa lebih utama.
"Sebagai gantinya perayaan Idulfitri secara individual tetap dapat dijalankan di rumah masing-masing. Gubernur jangan memberi opsi diberikannya izin salat Id di Jawa Barat dengan alasan adanya zona hijau," ujarnya.
Terlebih, di wilayahnya ini belum jelas terkait data penyebaran Covid-19, khususnya orang tanpa gejala (OTG). Haru menilai, adanya izin akan membuat banyak masyarakat cemburu dan abai terhadap ketegasan PSBB.
"Gubernur harus melibatkan tokoh masyarakat, khususnya agama untuk menyukseskan PSBB, lebih khusus selama perayaan Idulfitri. Karakter khas masyarakat Jawa Barat cukup patuh terhadap pemimpin informal, selain pemimpin formal," katanya.
Gubernur juga harus memastikan ketersediaan sarana-prasarana kesehatan untuk penanganan Covid-19, seperti APD, obat-obatan, vitamin, ruang isolasi, alat tes massal, laboratorium kesehatan, makanan bergizi dan lainnya selama momentum Idulfitri.
"Terkait bantuan, Gubernur harus mempercepat distribusi bantuan sosial bagi masyarakat terdampak dengan terlebih dahulu melakukan pembaruan data, sehingga masyarakat dapat merayakan Idulfitri dengan bahagia tanpa kekurangan kebutuhan pokoknya," jelasnya.
Haru pun meminta Emil mengevaluasi secara total pelaksanaan PSBB dan mulai menyusun rencana besar penanganan Covid-19 yang menyeluruh, baik dari aspek kesehatan, ekonomi, sosial, keamanan dan lainnya mengingat sangat mungkin pandemi akan berlangsung dalam waktu lama.
"Konsep new normal yang bertepatan pasca Idulfitri harus dipastikan memperhatikan banyak aspek, dengan tetap berpegang pada aspek penyelamatan nyawa dan kesehatan sebagai tujuan utama," katanya. (OL-6)
Presiden Joko Widodo mengaku bingung dengan banyaknya istilah dalam penangan covid-19, seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar hingga Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat.
Demi membantu UMKM untuk bangkit kembali, influencer Bernard Huang membuat gerakan yang diberi nama PSBB atau Peduli Sesama Bareng Bernard dii Kota Batam.
Kebijakan itu juga harus disertai penegakan hukum yang tidak tebang pilih, penindakan tegas kepada para penyebar hoaks, dan jaminan sosial bagi warga terdampak.
Dari jumlah tes tersebut, sebanyak 20.155 orang dites PCR hari ini untuk mendiagnosis kasus baru dengan hasil 6.934 positif dan 13.221 negatif.
Untuk menertibkan masyarakat, tidak cukup hanya dengan imbauan. Namun harus dibarengi juga dengan kebijakan yang tegas dalam membatasi kegiatan dan pergerakan masyarakat di lapangan.
Epidemiolog UI dr.Iwan Ariawan,MSPH, mengungkapkan, untuk menurunkan kasus Covid-19 di Indonesia, sebenarnya dibutuhkan PSBB seperti tahun 2020 lalu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved