Headline
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
DEMAM berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mulai merebak. Dinas Kesehatan setempat pun mengintensifkan upaya-upaya preventif. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, Yusman Faisal, mengatakan merebaknya kembali DBD tak terlepas kondisi cuaca saat ini. Peralihan musim dari kemarau ke hujan memicu perkembangbiakan jentik nyamuk aedes aegypti.
"Dari data yang kami terima, selama Januari tahun ini, sudah ada sekitar 25 orang yang positif DBD," kata Yusman kepada Media Indonesia, Kamis (6/2).
Data tersebut merupakan laporan dari tiga rumah sakit besar di Kabupaten Cianjur yakni RSUD Sayang Cianjur, RS Dr Hafiz, dan RSUD Cimacan. Pasien DBD, lanjutnya, kebanyakan berasal dari wilayah utara.
"Kasusnya kebanyakan dari wilayah utara," ucapnya.
Yusman mengaku Dinkes Kabupaten Cianjur sudah mengeluarkan surat edaran ke semua puskemas agar masyarakat menggiatkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui program 3M Plus.
"PSN dan 3M Plus yakni menguras, menutup, dan mengubur ini merupakan upaya preventif. Plusnya memanfaatkan barang tidak terpakai, menanam tumbuhan pengusir nyamuk, dan memberikan larvasida," beber Yusman.
Di kalangan masyarakat sendiri masih terbentuk stigma bahwa penanganan DBD dilakukan dengan cara fogging. Namun, kata Yusman, fogging sifatnya kuratif bukan preventif.
"Jadi, fogging tidak terlalu efektif," terangnya.
Kepala Dinkes Kabupaten Cianjur, Tresna Gumilar, mengingatkan masyarakat agar tidak terlalu mengandalkan fogging sebagai upaya memberantas nyamuk aedes aegipty penyebab DBD. Alasannya, jika fogging dilakukan terus menerus, maka akan berdampak terhadap risiko kesehatan.
"Kalau fogging itu sifatnya hanya sesaat dan hanya membunuh nyamuk dewasa. Selain itu (fogging) juga berisiko. Kalau daya tubuh manusia tidak kuat, itu bisa jadi resisten karena ada residunya," tutur Tresna.
Upaya yang efektif, kata Tresna, sebetulnya bisa dilakukan dengan cara-cara sederhana. Misalnya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan PSN.
"Yang paling aman itu ya PSN atau 3M Plus," ucapnya.
baca juga: Maksimalkan Potensi Batu Bara, Sumsel Tambah Angkutan
DBD bisa dipicu dua faktor. Pertama karena kondisi cuaca ekstrem. Tingginya intensitas curah hujan memicu banyaknya genangan air sehingga mempercepat proses berkembangbiaknya jentik nyamuk.
"Kalau cuaca itu harus bisa menjadi kawan. Kita tidak bisa menolak kalau yang hubungannya dengan kondisi alam atau cuaca. Terpenting, bagaimana sekarang masyarakat bisa menerapkan PHBS di masing-masing lingkungan tempat tinggal. Kalau masyarakat bisa menerapkannya, Insyaallah tidak akan ada penyebaran DBD," pungkas Tresna. (OL-3)
KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) RI merilis data terbaru mengenai tren kasus dan kematian akibat Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia sepanjang tahun 2025.
Dokter Spesialis Anak mengingatkan bahaya DBD atau dengue pada anak-anak, gejalanya bisa mirip flu demam tinggi mendadak, nyeri kepala, mual, muntah. Dengue berbahaya kalau tidak ditangani
MENINGKATNYA angka kejadian demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia mendorong berbagai pihak untuk melakukan upaya edukatif kepada masyarakat.
Peningkatan kasus DBD Garut tersebut, menyebabkan 8 meninggal dan 7 orang mendapat perawatan di rumah sakit serta yang lainnya berangsur sembuh.
Penurunan kasus DBD di Klaten, menurut Anggit, karena faktor kesadaran masyarakat meningkat dalam upaya pencegahan penyebaran penyakit demam berdarah.
DINAS Kesehatan Kalimantan Timur (Kaltim) menerapkan gerakan 3M Plus termasuk memerangi jentik nyamuk dalam menangani kasus demam berdarah dengue (DBD) yang jumlahnya terus meningkat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved